Langsung Dirikan Tahajud Tak Perlu Pasang Status
YOGYAKARTA — Sering ada di grup-grup media sosial kata-kata ringkas “alhamdulillah sudah tahajud” atau “tahajud call”. Kelihatannya sepele dan mungkin si penulis pesan tidak bermaksud apa-apa, sekadar iseng nulis. Tapi bagi Prof. Ir. Agus Setyo Muntohar, S.T., M.Eng.Sc., Ph.D., sebaiknya dihindari karena nilai mudhoratnya jauh lebih besar ketimbang manfaat.
“Apakah pesan-pesan di WA seperti itu bisa membangunkan orang lain? Tidak kan. Terus apa manfaatnya?” katanya dalam Muhammadiyah With You yang diselenggarakan PWM DIY secara online, Selasa (12/1) malam. Menurut Ketua Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC) PWM DIY, Drs. Purwadi, Ph.D, Muhammadiyah With You adalah salah satu agenda Pesantren Covid-19. Pesantren ini berupa shelter di dua tempat terpisah.
Melaksanakan shalat malam adalah satu dari empat wasiat hidup yang disampaikan Prof. Agus pada acara tersebut. Ketika orang lain mendengkur tidur, seorang muslim bangun kemudian melaksanakan shalat, menghamba dan memohon kepada Allah. Manfaatnya, seseorang akan menjadi manusia terpilih. Hubungan baik antara hamba dengan Sang Maha Kuasa pun tercipta.
Tapi, pesan Agus, kita tetap harus hati-hati, niatkan semua ikhlas lillahi ta’ala. Jangan sampai terbujuk rayu setan. Karena setan itu tidak pernah patah semangat menggoda manusia. Bangun tengah malam ya terus saja shalat malam, tidak perlu pasang status atau kirim di grup WA. Meskipun kata-katanya sekadar “alhamdulillah sudah tahajud” atau “tahajud call”, tetaplah harus dihindari.
“Itu tidak perlu dilakukan. Khawatirnya malah tergelincir ke riya’. Pokoknya niatkan saja karena Allah,” tegasnya.
Pada bagian lain ia mengatakan, wajah seorang muslim selalu dihiasi kedamaian dan ketenteraman. Saling mendoakan dan menyayangi sesama, bahkan seluruh makhluk di muka bumi. Menebarkan keselamatan, keamanan, dan kenyamanan, itulah seorang muslim.
Pengajar Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) ini menyebutkan, salah satu realisasi lapangan dari menebarkan kedamaian dan ketenteraman adalah melayani dengan sempurna dan ikhlas kepada orang-orang yang terkena virus Corona. Sehingga bisa memberi ketenangan dan manfaat bagi mereka. “Apalagi Pesantren Covid ini juga terbuka untuk umum, orang di luar Muhammadiyah,” tuturnya.
Penjabaran dari menebarkan salam tidak hanya mengucap salam (assalamu’alaikum) kepada sesama muslim, tetapi bisa lebih luas dari itu. Apalagi makna ucapan salam tersebut adalah memberikan do’a agar selalu diliputi keselamatan, kasih sayang, dan barokah dari Allah SWT.
“Disitu kita saling mendoakan dan saling menyayangi. Sehingga hubungan menjadi semakin dekat,” tambah Agus Setyo. Ia mencontohkan ketika seorang muslim hidup dalam lingkungan mayoritas non muslim. “Saya sendiri pernah merasakan, kalau ketemu sesama muslim itu senenge pol,” katanya.
Malam itu Prof. Agus Setyo menjelaskan tentang empat wasiat hidup. Keempatnya adalah menebarkan salam, memberi makanan, menyambung silaturahmi, dan melaksanakan shalat malam. Membantu orang lain, tuturnya, juga menjadi salah satu ciri seorang muslim yang memang dipesankan oleh Nabi Muhammad SAW.
“Membantu orang lain yang memerlukan itu harus dilakukan seorang muslim sehingga orang lain terjamin kehidupannya. Jangan sampai diberi makan orang lain yang berakibat murtadnya seseorang,” kata Prof. Agus yang sampai kini tetap aktif di persyarikatan tingkat ranting.
Hal lain adalah menyambung silaturahmi. Tiga manfaat yang diperoleh adalah mempererat tali persaudaraan, memanjangkan usia, dan dilancarkan rejekinya. Karena itulah memutus tali silaturahmi termasuk perbuatan yang dibenci Allah. Dalam konteks berbeda, membangun jejaring juga termasuk dalam hal ini. Semua harus dilakukan dengan tulus ikhlas. (hr)
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow