Kurangi Emisi Karbon di Amal Usaha: Kontribusi Nyata Muhammadiyah Menjaga Lingkungan Hidup
SLEMAN – Sebagai gerakan Islam Berkemajuan, Muhammadiyah senantiasa memperhatikan dan bergerak dalam isu-isu aktual yang turut mempengaruhi kehidupan berislam dan bermasyarakat. Salah satunya terkait lingkungan hidup, dimana isu ini terus disuarakan dari tahun ke tahun mengingat kondisi bumi akhir-akhir ini mengkhawatirkan.
Terutama terkait penggunaan energi fosil yang berlebihan dan mengakibatkan kerusakan lingkungan di semua sisi. Hal ini membuat banyak muncul gerakan untuk beralih ke energi terbarukan dan bisa didaur ulang.
Melihat hal tersebut, Muhammadiyah tidak tinggal diam dengan salah satunya mengadakan Training Audit Energi untuk para aktivis, pimpinan, serta pegawai dan karyawan Amal Usaha Muhammadiyah, diselenggarakan oleh Majelis Lingkungan Hidup (MLH) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Daerah Istimewa Yogyakarta (PWM DIY) bersama Program 1000 Cahaya dan Cedsgreeb, Sabtu dan Ahad (19-20/10).
Di kegiatan ini, MLH melakukan peningkatan kapasitas peserta dari perwakilan lembaga rumah sakit, sekolah, Pondok Pesantren dan juga dari gedung-gedung Muhammadiyah untuk belajar bagaimana melakukan audit energi.
“Kenapa melakukan audit energi? Karena kita sering tidak sadar melakukan pemborosan energi yang luar biasa. Sebenarnya, kalau kita bisa melakukan sedikit saja penghematan dengan satu atau dua langkah itu sangat signifikan kita di faktor ekonomi,” kata Hening Parlan dari MLH PP Muhammadiyah.
Dengan audit energi, secara ekonomi jelas ada penghematan secara signifikan karena sekaligus menghemat biaya listriknya. Secara islam, kita akan belajar untuk hidup secara konsisten sesuai dengan ajaran Islam, misalnya pada saat adzan. selama lima kali maka semua listrik dimatikan di rumah, karena berada di situasi sedang ada di mushola dan melaksanakan salat.
Terpenting, dari segi lingkungan, menjaga agar mulai berkontribusi untuk berpindah dan bertransisi kepada energi yang lebih baik. Jadi dengan mengurangi energi fosil sekaligus mengurangi energi yang kotor. “Jadi, kita berkontribusi pada pengurangan emisi dunia. Warga Muhammadiyah harus bisa menunjukkan berapa kontribusi kita terhadap emisi karbon dunia,” kata Hening.
Tentunya, berpindah kepada energi terbarukan itu masih butuh waktu karena memang semuanya masih menggunakan energi fosil seperti batubara. Akan tetapi sebagai warga Muhammadiyah sudah harus berpikir berkemajuan.
“Bahwa kita sudah memulai sebuah interaksi kepada bumi dan kita belajar bagaimana mengurangi penggunaan energi fosil di dalam kehidupan kita. Jadi dengan demikian, kita sebenarnya tidak tiba-tiba atau menjadi kaget atau menjadi syok kalau ternyata energi fosilnya dihentikan karena kita sudah bertahap (menggunakan energi terbarukan),” jelasnya.
Usai belajar audit energi, kata Hening, kemudian lanjut langkah yang kedua, yaitu membangun energi yang lebih hijau. Misal, sebelumnya 100% menggunakan energi fosil maka selanjutnya akan menggunakan sebagian kecil energi dari matahari atau bisa menggunakan energi dari angin dan seterusnya.
Dari kegiatan ini, Hening berharap dari para peserta yang hadir dan mewakili lembaganya masing-masing mengisi form untuk satu bulan yang akan datang untuk menghitung berapa karbon yang digunakan. Jika beberapa bulan berikutnya, jumlah karbon berkurang, maka bisa dikatakan bahwa warga Muhammadiyah sudah berkontribusi pada pengurangan emisi karbon dunia Indonesia dan dunia. (*)
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow