Disertasi Ketua LSBO PWM DIY Kupas Kaitan Nilai Budaya dengan Ilmu Manajemen
YOGYAKARTA — Terbukti bahwa aktivitas berorganisasi bukanlah penghambat perjalanan akademisi. Dr. Akhir Lusono, S.Sn., M.M., Ketua Lembaga Seni Budaya dan Olahraga (LSBO) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menjadi salah satu yang berhasil membuktikannya.
Kepada tim mediamu.com, Akhir berbagi pengalaman studinya hingga sampai jenjang doktoral. Mula-mula pada jenjang S1, ia mengambil sekolah seni Institut Seni Indonesia (ISI). Kemudian, meneruskan ke jurusan Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) ketika S2.
Terakhir, beberapa saat lalu ia mengusaikan studi doktoral di Fakultas Bisnis Ekonomi (FBE) Universitas Islam Indonesia (UII) dengan konsentrasi Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM). Laki-laki berusia 51 tahun itu mengungkapkan, “Niat saya awalnya untuk menginspirasi anak-anak saya supaya juga mau terus mencari ilmu.”
Meskipun sekilas disiplin ilmu seni budaya saat S1 terkesan jauh dari studi manajemen di S2 dan S3-nya, namun Akhir menjelaskan, “Saya selalu saja mengambil tesis dan disertasi yang relevan dengan kebudayaan.” Apalagi, sebenarnya seni budaya tidak dapat dipisahkan dengan ilmu manajemen.
Melalui disertasinya, ia menelisik bagaimana nilai-nilai budaya Jawa mempengaruhi kinerja sumber daya manusia Jawa itu sendiri. Dalam hal ini, subjek penelitiannya adalah para abdi dalem yang bekerja di Kraton Surakarta Hadiningrat.
Penelitian itu melihat bagaimana pengaruh reward dari pemimpin Kraton yang diberikan kepada para abdi dalem memengaruhi kesungguhan mereka dalam bekerja. Reward ini terbagi menjadi dua, yakni material reward (seperti kekucah atau upah) dan social reward (contohnya status sosial).
Akhir menemukan bahwa reward tersebut, khususnya yang bersifat finansial, tidaklah memiliki pengaruh besar terhadap kinerja abdi dalem. Ini dikarenakan adanya nilai-nilai budaya Jawa yang terinternalisasi dalam diri para abdi Kraton tersebut.
Salah satu nilai yang ditemukan ialah berasal dari konsep “nrimo ing pandum”, alias menerima dengan lapang apapun yang diberikan oleh Yang Maha Kuasa. Dalam hal ini, mereka melihat upah yang diberikan adalah pemberian Tuhan yang disampaikan melalui raja selaku khalifah wakil Allah di muka bumi.
Melalui riset mixed method, data penelitian itu dikumpulkan secara kuantitatif dan kualitatif. Mula-mula melalui pengisian kuisioner, selanjutnya wawancara responden. Pada saat wawancara, Akhir menemukan fakta lain yang menarik. “Ada abdi dalem yang sebenernya ndresulo, sambat, tapi karena ada nilai budaya Jawa itu jadi rikuh mau ngomong,” tuturnya.
Berdasarkan perjalanan studinya tersebut, Akhir semakin menyadari pentingnya manajemen SDM. Termasuk dalam pengelolaan kerja organisasi seperti di lingkup LSBO maupun lingkungan Muhammadiyah sendiri.
Selama ini, kerja-kerja seni budaya dan olahraga masih sering terjebak dalam hasil produk pertunjukan dan pentas-pentas. Namun, kesadaran akan pentingnya pengelolaan, termasuk manajemen SDM, masih sangat kurang. Sehingga produk tersebut pun tidak dihasilkan secara optimal.
Untuk itu, perubahan untuk membenahi manajemen seni menjadi perlu dilakukan. Misalnya dalam pemberian honorarium, penyusunan proposal, serta pencarian sponsor. Meski begitu, Akhir menilai bahwa belum diperlukan adanya diklat atau pelatihan untuk memperbaiki kekurangan itu. Upaya yang bersifat kultural menurutnya lebih tepat untuk dilakukan.
Masih berkaitan dengan disertasi yang dikerjakannya, Akhir melihat terdapat banyak nilai budaya Jawa yang baik untuk ditanamkan dan ditelanani oleh masyarakat hari ini, termasuk warga Muhammadiyah. Salah satunya sebagaimana yang tertuang dalam serat Kalatida dan Jangka Jayabaya.
Dalam serat tersebut, ia menjelaskan, “Zaman sekarang dianalogikan sebagai zaman edan.” Orang umumnya dipaksa harus menjadi edan alias gila segila-gilanya agar dapat melalui zaman ini. Namun, serat itu memberi nasehat untuk tetap “eling lan waspada” alias selalu ingat dan waspada.
Di tengah segala urusan dunia, Akhir menyimpulkan isi serat itu, orang-orang tetap perlu untuk memikirkan kehidupan selanjutnya, yakni di akhirat. Dengan begitu, mereka akan beruntung. Bukan beruntung secara materil, melainkan nantinya mendapat balasan dari Yang Maha Kuasa atas tindak tanduknya di dunia.
Reporter: Ahimsa W. Swadeshi
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow