Dahlan Rais: Risalah Islam Berkemajuan Harus Dipegang Teguh Warga Muhammadiyah
YOGYA - Bagi warga Muhammadiyah salah satu hal yang harus dipegang betul adalah tiga prinsip dalam Risalah Islam Berkemajuan. Tiga prinsip itu adalah bahwa pertama, agama Islam membawa kemajuan; kedua, agama Islam jika dipahami dan diamalkan dengan baik akan membentuk masyarakat yang unggul; dan ketiga, bahwa Islam menempatkan manusia di tempat tertinggi dengan mengemban nilai kebajikan.
Begitu disampaikan Drs. H. Dahlan Rais, M. Hum., Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah dalam amanatnya pada Musyawarah Pimpinan Wilayah (Musypimwil) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) D.I. Yogyakarta. Pada acara yang berlangsung Sabtu (11/11) di Aula Islamic Centre Universitas Ahmad Dahlan tersebut, Dahlan memberi amanat sekaligus membuka acara musyawarah.
Menurut Dahlan Rais, prinsip yang ditawarkan dalam Risalah Islam Berkemajuan berbeda dengan kenyataan yang terjadi hari ini.
“Fakta yang ada sekarang justru sebaliknya, masyarakat muslim dunia sekarang ini jadi masyarakat yang paling terbelakang. Ini sekarang menjadi pertanyaan, kok tidak sesuai?” tanyanya retoris.
Jika menengok jauh ke belakang, Islam sendiri adalah agama yang membawa perubahan kongkrit, tutur Dahlan. Di masa sebelum Nabi datang membawa risalah, kondisi manusia sangat tidak beradab. Adanya perbudakan, hukum yang tidak adil, dan kesewenang-wenangan. Namun kemudian Islam hadir dan mengubah itu semua.
“Setelah Islam datang semuanya berubah. Perbudakan dihapuskan,” tegasnya.
Dahlan kemudian menawarkan solusi atas apa yang terjadi hari ini. Menurutnya, untuk mengejar ketertinggalan yang dialami umat islam dan untuk membuktikan prinsip Risalah Islam Berkemajuan itu benar, kuncinya pada dua hal: akhlak dan iman.
Dahlan menyebut, ada beberapa masalah akhlak yang menempel dalam diri umat muslim, khususnya di Indonesia. Adanya kehilangan akan keteladanan, kesederhanaan, kejujuran dan rasa malu membuat bangsa ini tertinggal.
Selain itu, ada satu akhlak kurang baik yang menurut Dahlan juga menjadi masalah: Rasa malas. Baginya, tidak berguna kepintaran sesorang jika dia malas, tidak berguna juga kekayaan suatu negara kalau mereka tak mau memanfaatkannya.
“Kita mungkin tidak bisa langsung mengerti mengapa akhlak. Tapi apa artinya orang cerdas kalau malas? apa artinya gemah ripah loh jinawi kalau manusianya pecundang? Itu yang terjadi pada diri kita sendiri.Apa yang seharusnya swasembada, kita malah impor,” terang Dahlan.
Meski begitu, Dahlan percaya sifat seperti ini tidak menempel pada warga Muhammadiyah. Ia yakin orang muhammadiyah adalah orang yang suka akan pekerjaan. Dan ini yang membuat Muhammadiyah besar sampai sekarang ini.
“InsyaAllah orang Muhammadiyah itu keranjingan kalau soal keja. Enggak ada itu ceritanya orang Muhammadiyah tidur siang,” selorohnya disambut tawa hadirin.
Di kesempatan yang sama Dahlan juga memuji perilaku warga Muhammadiyah DIY. Menurutnya, jika ingin melihat bagaimana orang Muhammadiyah seharusnya, lihatlah Muhammadiyah di D.I. Yogyakarta.
Wartawan: Fatan Asshidqi
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow