Awas, Kematian Anak Karena Covid-19 Meningkat. Bagaimana Mengatasi?

Awas, Kematian Anak Karena Covid-19 Meningkat. Bagaimana Mengatasi?

Smallest Font
Largest Font

YOGYA – Covid-19 Talk dengan tema “Mencegah Kematian Anak Terinveksi Covid-19” ini diadakan Muhammadiyah Covid-19 Command Center Pimpinan Pusat (MCCC PP) Muhammadiyah didukung Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) dan Direct Relief. Menghadirkan pembicara dr. H. Mohammad Kormarudin, Sp.A dan Silvi Lailatul Mahfida, S.Gz., MPH., Rabu (1/9).

Dokter Komarudin, Dokter Spesialis Anak yang juga Direktur Utama RS PKU Muhammadiyah, mengungkapkan bahwa kasus Covid-19 yang menimpa anak-anak di Indonesia meningkat sejak Juli 2021. Sebelumnya hanya sekitar 12 % dari total kasus, saat ini mencapai 15 %, sebagaimana diungkapkan Kementerian Kesehatan.

Advertisement
Scroll To Continue with Content

“Kasus kematian di Indonesia pun tertinggi di dunia,” tambahnya.

Tidak sedikit angka kematian itu berasal dari usia anak-anak. Sebelum puncak pandemi bulan Juli, dari 12-13% kasus Covid-19 yang menimpa anak-anak, 2-3% mengalami kematian. Belakangan ini, anak-anak yang meninggal mencapai 5%. Setengah dari mereka masih berusia balita.

“Peran orang tua sangat mutlak dan sangat penting,” seru sang dokter.

Orang tua perlu mengawasi penerapan 5M (mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas) di rumah. Selain itu, “Jangan meremehkan gejala sakit pada anak,” tegasnya. Gejala Covid-19 yang beragam mulai dari tidak nafsu makan, mual, muntah perlu diperhatikan dan jangan dianggap flu biasa.

Hal senada disampaikan Silvi, dosen Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta. Ia menyebutkan pentingnya memperhatikan kondisi anak, khususnya gizi. Jangan sampai anak mengalami malnutrisi, yakni tubuh tidak mendapat nutrisi sesuai kebutuhan, bisa kekurangan maupun kelebihan. Hal ini dapat mempengaruhi ketahanan tubuh.

“Terkena Covid-19 sudah melemahkan tubuh, kalau ditambah status gizi kurang, bisa-bisa memperburuk kondisi kekebalan tubuh,” jelas Silvi.

Selain itu, sistem imun pada anak-anak yang mengalami obesitas juga dapat mengalami stress (ada timbunan lemak). Hal paling menantang adalah ketika anak tidak mau makan karena merasa lemas, tenggorokan nyeri, bahkan minum saja rasanya sakit. Ini tantangan orang tua untuk memastikan asupan makan yang berkualitas untuk anak.

Perhatian yang perlu diberikan kepada anak antara lain, pertama, memastikan asupan cairan itu cukup, tidak hanya air putih, tapi juga bisa makanan berkuah, sari buah, atau jus. Kedua, komposisi makanan seperti protein, khususnya protein hewani yang lebih mudah dicerna. Ketiga, tekstur makanan perlu disesuaikan dengan kesukaan anak. “Anak bisa ditawari lebih dahulu. Mau bubur apa makanan biasa,” jelas Silvi.

Keempat, tambahan suplemen seperti vitamin menjadi wajib, apalagi ketika buah hati sedang sakit. Kelima, pola asuh cara pemberian makan juga perlu diperhatikan.

“Kita harus selalu menyemangati anak untuk makan,” terang sang dosen. Dua hal lain yang ia jadikan poin keenam dan ketujuh adalah kerja sama satu keluarga dan perhatian kepada hygiene sanitasi.

Silvi mengingatkan, “Orang tua sebagai pagar utama bagi anak harus cukup teredukasi.” Orang tua perlu betul-betul memperhatikan kondisi anak sehingga dapat melakukan pencegahan maupun penanganan lebih dini.

Komarudin mengingatkan agar jangan sampai anak terlambat mendapatkan penanganan, termasuk dibawa ke rumah sakit. Selain itu, upaya lain yang dapat dilakukan adalah mendorong anak-anak yang berusia 12 tahun ke atas untuk segera melakukan vaksinasi. (*)

Wartawan: Ahimsa
Editor: Heru Prasetya

Editors Team
Daisy Floren

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow