Atasi Darurat Sampah, LDK PWM DIY Launching Gerakan Sedekah Sampah

Atasi Darurat Sampah, LDK PWM DIY Launching Gerakan Sedekah Sampah

Smallest Font
Largest Font

 

YOGYA - Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Daerah Istimewa Yogyakarta (PWM DIY) semakin serius untuk mengurusi persoalan sampah di DIY. Hal itu dibuktikan dengan launching Gerakan Sedekah Sampah Berbasis Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) oleh Lembaga Dakwah Komunitas (LDK) di SMP Muhammadiyah 10 Yogyakarta (Muhdasa) pada Kamis (4 Rabiul Akhir 1445 H bertepatan 19 Oktober 2023).

Advertisement
Scroll To Continue with Content

Acara ini turut dihadiri Wakil Ketua PWM DIY Iwan Setiawan, M.S.I., Kepala SMP Muhdasa Yogyakarta Esti Priyantini, S.S., M.Pd.Bi., PDM Kota Yogyakarta, Kemantren Gondokusuman, Lurah Terban, serta segenap perwakilan majelis dan lembaga terkait, seperti Majelis Dikdasmen-PNF, Majelis Lingkungan Hidup, dan LPCRPM.

Gerakan Sedekah Sampah ini adalah yang pertama kalinya dicetuskan oleh LDK PWM DIY untuk mengatasi permasalahan sampah. Nantinya, gerakan ini akan berbasis di seluruh Amal Usaha Muhammadiyah, dalam hal ini sekolah, masjid, dan panti asuhan.

LDK sebagai pihak yang diberi mandat oleh PWM DIY untuk mengurusi persoalan sampah, siap bekerja keras dalam gerakan ini bersama pihak-pihak terkait. "Ini menjadi tugas berat utk berkolaborasi dengan berbagai pihak, untuk memulai Gerakan Sedekah Sampah Berbasis AUM, dalam rangka membantu program pemerintah menjalankan amanah pengurangan dan penanganan sampah," kata Ketua LDK PWM DIY Ananto Isworo, S.Ag.

SMP Muhdasa Yogyakarta menjadi salah satu pilot project dalam Gerakan Sedekah Sampah Berbasis AUM. Selain Muhdasa, gerakan ini juga akan diikuti oleh 19 sekolah, 5 masjid, dan 5 panti asuhan Muhammadiyah se-DIY. Untuk itu, Ananto berharap AUM se-DIY memiliki semangat yang sama untuk mengatasi masalah sampah dan menjaga kebersihan lingkungan sekitar.

"Insya Allah gerakan ini bisa menjadi inspirasi kepala sekolah lainnya, bahwa SMP Muhdasa yang secara de facto lahannya sangat terbatas dan masjidnya harus berbagi dengan masyarakat sekitar, bisa menggerakkan warga sekolah dan masyarakat mengelola sampah. Jadi, sekolah lainnya yang punya tanah sendiri juga harus semangat berkali lipat dalam mengurusi sampah," jelas Ananto.

Apalagi, per Januari 2024 Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan akan ditutup permanen dan tidak lagi menerima sampah. "Sehingga, kita harus mencari solusi dan ini amanah dari Ketua PWM DIY, Dr. M. Ikhwan Ahada, untuk dakwah berbasis lingkungan dengan menggerakkan masyarakat sadar lingkungan. Bahkan, kalau perlu kita akan cari lahan wakaf untuk pengelolaan sampah dan sebagainya," pungkas Ananto

Sementara itu, Esti Priyantini selaku kepala sekolah menekankan bahwa SMP Muhdasa Yogyakarta senantiasa mengajarkan murid-muridnya untuk bijak terhadap lingkungan. Salah satu upayanya dengan mencetuskan Program Sedekah Sampah, dimana para murid, guru, tenaga kependidikan, hingga wali murid bahu membahu mengumpulkan sampah-sampah, seperti botol plastik dan kemasan untuk nantinya dijual dan hasilnya bisa membantu peserta didik yang mengalami kesulitan membayar biaya sekolah.

Program ini dirintis pada Agustus 2021, dimana dunia mengalami krisis akibat pandemi covid-19, yang membuat kondisi saat itu serba sulit bagi para guru, tenaga kependidikan hingga murid.

Meskipun para guru saat itu mengalami kesulitan finansial, namun empati mereka luar biasa untuk membantu murid-muridnya yang, mengalami kondisi serba sulit. Alhasil, dicetuskan Program Sedekah Sampah dengan mengumpulkan sampah-sampah yang kayak dijual, macam botol plastik, kemasan, dan sebagainya.

"Kami belajar memilah sampah untuk optimasi penjualan, dan hasil penjualan kami serahkan ke Lazismu untuk dikelola, kemudian dibagikan kepada mereka yang membutuhkan," papar Esti.

Dari program tersebut, SMP Muhdasa Yogyakarta ingin menumbuhkan spirit filantropi lingkungan dan sosial kepada seluruh warga sekolah. Dimana nantinya mampu melahirkan habit positif, ditunjukkan dengan para murid belajar untuk bijak terhadap sampah plastik dan sejenisnya dengan membawanya setiap Jumat. Bahkan orang tua dan wali murid juga ikut terlibat dengan memberikan satu dan dua karung sampah plastik.

"Meskipun tidak ikut dalam Penghargaan Adiwiyata, namun menjadi satu kebanggaan bahwa proses ini berjalan sangat natural. Sudah lebih dua tahun program berjalan, spiritnya tidak berkurang dan sistemnya semakin tertata," tutur Esti.

Saat ini, sudah ada 30 murid SMP Muhdasa Yogyakarta yang menerima manfaat sedekah sampah dan diharapkan program semakin berkembang sehingga semakin banyak yang menerima manfaatnya.

"Program Sedekah Sampah ini tentunya belum sempurna, masih berproses dan perlu diperbaiki. Namun, menjadi suatu kebanggan bagi kami ditunjuk sebagai pilot project Gerakan Sedekah Sampah Berbasis AUM dari PWM DIY," tandas Esti.

Launching Gerakan Sedekah Sampah Berbasis AUM ini juga turut diramaikan dengan penampilan kesenian dari para murid SMP Muhdasa Yogyakarta. Uniknya, kostum yang mereka gunakan adalah hasil karya dari sampah plastik.

Selain itu, pada acara launching ini juga dilangsungkan pengukuhan Satgas Sedekah Sampah SMP Muhdasa Yogyakarta yang beranggotakan 24 murid. Diharapkan, ke-24 murid yang didelegasikan menjadi tim sedekah sampah ini bisa menjadi pionir gerakan "zero waste, charity waste" di seluruh kelas. (*)

 

Wartawan: Dzikril Firmansyah

Editors Team
Daisy Floren

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow