Ternyata Ada Perbedaan Antara Tabula Rasa dan Fitrah dalam Islam, Abdul Mu'ti Beri Penjelasan
MAKASSAR — Teori Tabula Rasa pertama kali diperkenalkan oleh filsuf Barat, John Locke, dimana ia menggambarkan manusia sebagai kertas putih yang tak bernoda saat lahir. Menurut Locke, manusia dibawa ke dunia tanpa bawaan apapun, dan kepribadian serta karakternya terbentuk oleh pengaruh lingkungan, keluarga, dan pendidikan sepanjang hidup.
Namun, dalam sebuah acara Syawalan Keluarga Besar Muhammadiyah Sulawesi Selatan pada Sabtu (20/4), Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Prof. Dr. Abdul Mu’ti, M.Ed. menyoroti kemiripan antara teori Tabula Rasa dengan konsep Fitrah dalam Islam. Fitrah, seperti yang dijelaskan oleh Mu’ti, adalah keadaan asli dan suci saat manusia pertama kali dilahirkan ke dunia, tanpa dosa dan noda apapun.
“Fitrah seperti bayi yang baru keluar dari rahim ibunya, manusia lahir ke dunia dalam keadaan fitrah, dalam keadaan bersih dari segala dosa, dan lahir ke dunia dan dalam keadaan beragama Islam,” ujar Mu’ti.
Dalam ajaran Islam, kepercayaan bahwa manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah sangatlah penting. Hal ini diperkuat oleh sebuah hadis yang menyatakan bahwa semua anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, dan agama orang tua yang kemudian membentuk mereka menjadi penganut agama tertentu.
Menurut Mu’ti, fitrah dalam konteks ini merujuk pada fitrah beragama Islam yang lurus (hanif), sesuai dengan ayat dalam Al-Qur’an Surah Ar-Rum ayat 30. yang artinya:
"Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam); (sesuai) fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Ar-Rum: 30).
Dari ayat yang dikutip tersebut, Mu’ti menjelaskan bahwa sejak lahir, manusia memiliki kecenderungan alami untuk mencari jalan kebenaran dalam beragama. Islam, menurutnya, adalah agama yang hanifiyah, yaitu agama yang konsisten dengan kebenaran. Selain itu, fitrah juga dipahami sebagai sifat dasar manusia yang cenderung menyukai kepada kebaikan.
“Pandangan Islam ini menegaskan manusia lahir ke dunia dalam keadaan fitrah, dan fitrah itu adalah beragama Islam, dan kecenderungan berbuat baik dan berbuat yang terbaik dalam kehidupannya,” ungkap Mu’ti.
Dengan demikian, konsepsi antara Fitrah dan Tabula Rasa menjadi sangat berbeda dalam pandangan Islam. Sementara Tabula Rasa menggambarkan manusia sebagai kanvas kosong yang dipengaruhi oleh lingkungan dan fitrah dalam Islam menunjukkan bahwa manusia memiliki panggilan bawaan untuk mencari kebenaran agama dan cenderung kepada kebaikan. (*)
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow