Teladani Kisah Hamka, PDM Sleman Adakan Nobar Film Buya Hamka
SLEMAN – Film biopik Buya Hamka yang rilis pada 20 April 2023 lalu rupanya mengundang minat orang – orang untuk menontonnya di bioskop. Banyak sekali masyarakat yang ingin mengetahui kisah dari ulama bernama lengkap H. Abdul Malik Karim Abdullah itu selama hidupnya, terlebih dirinya yang memiliki keterikatan kuat dengan Persyarikatan Muhammadiyah.
Inilah yang membuat Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Sleman melalui Majelis Pendidikan Kader (MPK) mengadakan Nonton Bareng (Nobar) Film Buya Hamka Vol.I pada Selasa (2/5) di Cinema XXI Sleman City Hall. Nobar ini juga dibersamai oleh Bupati Sleman Dra. Kustini Sri Purnomo beserta keluarga yang juga menonton langsung di bioskop bersama dengan warga Muhammadiyah Sleman.
Diadakannya nobar Film Buya Hamka ini sendiri tentu dimaksudkan agar kader muda Muhammadiyah bisa mengambil banyak inspirasi dan meneladani perjuangan dari sosok ulama, penulis, dan sastrawan yang telah mencetak banyak karya fenomenal tersebut.
Tidak hanya itu, melalui film ini, warga Muhammadiyah bisa mengetahui keterkaitan antara Hamka dengan Persyarikatan Muhammadiyah, khususnya ketika beliau merintis di Sumatera Barat dan menjadi Konsul di Sumatera Timur kala itu.
“Karena ada sentuhan antara Buya Hamka dan Muhammadiyah itulah, kita mengajak kader muda Muhammadiyah di Sleman untuk menonton, dan alhamdulillah yang ikut nonton banyak sekali, sekitar 60 – 70%. Ini supaya mereka mendapatkan pelajaran dan inspirasi dari Buya Hamka dalam perjuangan menggerakkan dakwah Islam, khususnya lewat Persyarikatan Muhammadiyah,” kata Sekretaris PDM Kabupaten Sleman Ahmad Affandi, S.Ag., M.S.I.
Affandi juga melihat para penonton, terutama para kader muda Muhammadiyah Sleman sangat antusias menyaksikan perjalanan hidup dari Buya Hamka di film tersebut.
*Alhamdulillah, para kader sangat antusias menonton film Buya Hamka ini. Harapannya, kader – kader muda Muhammadiyah bisa mengambil inspirasi dari nilai – nilai yang terdapat di film Buya Hamka,” imbuhnya.
Menurutnya, film ini bisa menjadi salah satu model dakwah persyarikatan. Dimana, kita bisa menggunakan film sebagai media dakwah, sehingga dakwah atau hal – hal yang terkait dengan penanaman ideologi kemuhammadiyahan bisa dilakukan dengan menonton film seperti ini. Sehingga, tidak hanya dakwah dalam bentuk pengajian, tetapi juga bisa dilakukan lewat film.
Selain itu, Affandi dalam testimoninya menilai film Buya Hamka ini menarik, sebab sosoknya yang merupakan salah satu ikon Muhammadiyah dan beliau juga merupakan ahli tafsir, dimana salah satu karya tafsirnya adalah Tafsir Al – Azhar.
“Film ini cukup menarik, karena beliau salah satu tokoh Muhammadiyah, meskipun tidak pernah duduk di jajaran PP Muhammadiyah. Tetapi, beliau adalah ikon Muhammadiyah yang luar biasa. Apalagi, Buya Hamka terkenal akan tafsirnya dan orang Muhammadiyah yang ahli tafsir, ya Buya Hamka itu. Sehingga, Buya Hamka tidak bisa dilepaskan dari Persyarikatan Muhammadiyah,” tutur Affandi.
Maka dari itu, Affandi turut mengajak warga Muhammadiyah yang ada di seluruh Indonesia untuk menyaksikan film Buya Hamka ini supaya tahu perjuangannya terhadap Muhammadiyah.
Kisah Buya Hamka dalam film ini belum berakhir, sebab masih akan ada lanjutannya di volume kedua dan ketiga nanti. Volume pertama ini sendiri mengisahkan latar belakang Hamka meniti karir, termasuk kegiatannya di Muhammadiyah sembari berjuang dalam kemerdekaan.
Kemudian, pada volume kedua mengisahkan perjuangan Hamka setelah proklamasi Indonesia, termasuk fitnah yang membuat dirinya dipenjara. Lalu, volume ketiga mengisahkan masa kecil Hamka hingga tumbuh besar di Maninjau, Sumatera Barat.
“Karena film ini masih volume pertama, semoga untuk volume kedua dan ketiga, bisa adakan nobar kembali seperti saat ini,” ujar Affandi. (*)
Wartawan: Dzikril Firmansyah
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow