Sosialisasi Ismuba di Kurikulum Merdeka, Tegaskan 4 Fungsi Pendidikan Muhammadiyah
YOGYA - Sejumlah guru Muhammadiyah se-DI Yogyakarta mengikuti “Sosialisasi Implementasi Kurikulum Ismuba Holistik, Integratif Berpola Kurikulum Merdeka” pada Rabu (3/7) di Grha Ibnu Sina SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta. Sosialisasi ini disampaikan langsung oleh Ketua Majelis Dikdasmen - Pendidikan Non Formal (PNF) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah DI Yogyakarta, Achmad Muhamad, S.Ag.
Total secara keseluruhan, ada sekitar 300 guru peserta yang hadir dalam sosialisasi ini. Jumlah ini di luar ekspektasi dari Forum Guru Muhammadiyah (FGM) DIY selaku penyelenggara acara. “Kami sangat berbahagia karena yang hadir ternyata melebihi dari yang mengisi. (Awalnya) informasi yang mengisi link/tautan 150, (ternyata) yang hadir ternyata 300,” kata Ketua FGM DIY Drs. Slamet Purwo.
Digelarnya sosialisasi ini berdasarkan pada satu kesamaan pemikiran terkait penerapan materi Ismuba dalam kurikulum merdeka. Selain itu, materi dan kurikulum ini juga perlu disesuaikan dengan ciri khas di Yogyakarta.
“Kita memiliki satu pemikiran, beberapa masukan dari teman-teman di SD, SMP, SMA itu ada sedikit yang masih bertanya-tanya terus kurikulum itu besok bagaimana pelaksanaannya. Tentunya untuk Yogyakarta itu nanti ada kekhasan tersendiri,” jelas Slamet yang juga Kepala SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta itu.
Dengan sosialisasi ini, diharapkan nanti output dari acara ini betul-betul mengantarkan materi, sebagaimana arahan dari persyarikatan. Jadi, Slamet mengingatkan agar jangan sampai memberikan ilmu ini semacam teori saja, tapi yang terpenting adalah aplikasi kurikulum dan materi di kalangan anak-anak.
“Minimal kalau yang ada di SMA/SMK/MA Muhammadiyah itu targetnya yang pertama bisa membaca Al Quran. Kemudian, yang kedua bisa melaksanakan mengerjakan atau menegakkan shalat lima waktu, syukur targetnya nanti menjadi imam, terutama saat Subuh, Maghrib, dan Isya’. Ketiga, berakhlakul karimah kepada sesama, kepada orang yang lebih sepuh, kepada guru dan tendik, dan mereka memiliki kepribadian yang Islami. Lalu yang terakhir, mereka nanti menjadi kader-kader persyarikatan kita baik kader Muhammadiyah maupun kader bangsa,” harap Slamet.
Selanjutnya, dari PWM DIY menyambut baik adanya sosialisasi implementasi Ismuba yang holistik untuk kurikulum merdeka ini. Wakil Sekretaris PWM DIY, Dr. Farid Setiawan, M.Pd.I. dalam sambutannya melihat sosialisasi ini sebagai langkah progresif dari FGM DIY berkaitan dengan penggunaan kurikulum Ismuba.
“FGM DIY ini terbilang progresif karena kebijakan berkaitan dengan penggunaan kurikulum Ismuba yang holistik integratif berpola kurikulum merdeka ini belum lama ditetapkan. Di DIY mendapat sambutan yang luar biasa terlebih dengan para hadirin yang hadir sudah melebihi target yang ditentukan. Ini menjadi satu kebanggaan bagi kita semuanya bahwa ada antusiasme untuk menyambut adanya sebuah perubahan,” tuturnya.
Lanjutnya, Ismuba adalah ciri khas dari pendidikan Muhammadiyah dan tentu ciri ini bukan hanya perlu dipegang dan dipahami, tapi juga ditunaikan sebagai bagian dari amanah persyarikatan.
Ada 4 fungsi pendidikan Muhammadiyah. Pertama, sebagai fungsi pendidikan itu sendiri. Kedua, fungsi untuk memberikan layanan kepada masyarakat. Ketiga, fungsi dakwah amar ma'ruf nahi mungkar, dan yang terakhir adalah fungsi kaderisasi
Farid menjelaskan bahwa keempat fungsi ini merupakan satu kesatuan yang diharapkan dengan adanya Ismuba ini, sekolah/madrasah Muhammadiyah mampu meraih dan menunjukkan keunggulan pembeda dengan institusi-institusi yang lainnya. (*)
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow