Setelah Rektor UII, Rektor UMY Buka Suara Soal Obral Jabatan Akademik di Lingkungan Kampus
YOGYA - Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Prof. Dr. Ir. Gunawan Budiyanto, M.P., IPM., ASEAN.Eng., menegaskan bahwa gelar profesor dan doktor adalah jabatan akademik yang seharusnya melekat pada dosen dan insan akademik. Gunawan menyampaikan ini saat membuka paparan Laporan Tahunan SGDs UMY pada Kamis (18/7) di Gedung AR Fachruddin A, UMY.
Ini Gunawan sampaikan karena menurutnya kondisi dunia akademik di Indonesia sedang tidak baik-baik saja. Ia menyebut banyak politikus dan pejabat yang sedang keranjingan gelar akademik. Alih-alih menempuh jalur akademik, mereka justru mendapatkannya lewat gelar Honoris Causa (HC) dari berbagai kampus.
"Sebetulnya profesor itu bukan gelar, itu jabatan akademik. Jadi sebetulnya yang bukan dosen itu tidak berhak menyabet gelar profesor atau guru besar. Nah kalau politikus sudah ingin punya gelar profesor yang disangkanya hanya gelar, ya kita harus kembali bicara soal etika," tegasnya.
Karenanya, menurut Gunawan, kampus Muhammadiyah sendiri tidak hanya melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang meliputi pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Namun, kampus Muhammadiyah menambahkan "Moral & Etika" sehingga menjadi Catur Dharma Perguruan Tinggi.
"Moral dan etika ini penting menurut kami. Kita bolak-balik membuka buku, bahkan diskusi dari satu seminar ke seminar yang lain, kuncinya hanya satu. Negara kita dalam kondisi seperti hari ini, bukan karena apa-apa tapi karena dua hal, moral dan etika. Termasuk moral dan etika berpikir," jelasnya.
Gunawan menambahkan, sebenarnya aturan pemberian gelar akademik HC kepada individu non-akademik sah-sah saja selama individu tersebut memberi kontribusi nyata pada masyarakat. Aturani ini, menurutnya berat dan tak main-main dan kampus tidak boleh sembarangan dalam memberikan gelar akademik tersebut.
Sebelumnya, Rektor Universitas Islam Indonesia (UII), Fathul Wahid, juga mengeluarkan surat edaran untuk tidak mencantumkan gelar akademiknya dalam korespondensi resmi kampus. Fathul mengatakan bahwa apa yang ia lakukan adalah upaya meningkatkan semangat kolegial sekaligus upaya desakralisasi gelar akademik.
Fathul yang juga merupakan kader Muhammadiyah ini berharap upayanya mampu membuat gelar akademik tidak lagi dikejar banyak orang dengan segala cara, termasuk oleh pejabat dan politisi.
"Dengan desakralisasi ini, semoga jabatan profesor tidak lagi dikejar oleh banyak orang, termasuk para pejabat dan politisi, dengan menghalalkan semua cara," tulisnya di akun Fecebook pribadinya pada Kamis (18/7).
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow