Riset Tentang Mahasiswa Non Muslim di Kampus Islam, Kader KOKAM ini Sukses Raih Gelar Doktor
YOGYA – Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Daerah Istimewa Yogyakarta (PWM DIY) Iwan Setiawan, M.S.I. berhasil menyelesaikan studi doktoralnya pada Jumat (19/7). Iwan yang menjalani program doktor Psikologi Pendidikan Islam di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta mengambil judul disertasi “Pemenuhan Kesejahteraan Spiritual Mahasiswa Non Muslim yang Kuliah di Kampus Islam”.
Dalam penelitiannya, Iwan melihat fenomena bahwasanya kampus-kampus Islam di Indonesia Timur banyak menerima mahasiswa non-muslim, karena memang mayoritas penduduknya demikian. Tak hanya di Indonesia Timur saja, di Yogyakarta yang notabene mayoritas muslim, kampus-kampus Islam juga menerima mahasiswa non-muslim.
Penelitian di Yogyakarta ia ambil di beberapa kampus Islam ternama, seperti Universitas Islam Indonesia, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Universitas Ahmad Dahlan, Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta, dan kampus lainnya. Sementara untuk di Indonesia Timur, Iwan meneliti para mahasiswa non-muslim yang ada di Perguruan Tinggi Muhammadiyah.
“Ternyata dari penelitian saya, mereka (mahasiswa non-muslim-red) merasakan kebahagiaan, baik di Indonesia Timur maupun Yogyakarta. Tetapi memang ada aspek-aspek ketidakbahagian yang juga dirasakan mereka,” ujar Iwan.
Apa yang membuat mahasiswa non-muslim itu tidak bahagia? Yaitu, keharusan untuk mengikuti mata kuliah Al Islam -dan Kemuhammadiyahan jika di kampus Muhammadiyah. Kemudian, adanya kewajiban untuk memakai jilbab bagi perempuan serta alasan-alasan pribadi lainnya juga tidak membuat mereka senang.
Selama 6 tahun penelitian, ia juga menemukan hal-hal menarik, seperti pergaulan antara mahasiswa, ketika mahasiswa non-muslim berinteraksi dengan teman-temannya yang muslim di kampus Islam, adanya interaksi tulus antara mereka dan tidak saling menghakimi atau memberi stigma.
“Mahasiswa non-muslim sebenarnya butuh kenyamanan dalam kuliah. Salah satu kenyamanannya adalah yaitu interaksi yang tulus antar sesama mahasiswa, jadi tidak saling menghukumi. Biasa saja sebagai anak manusia begitu, ngobrol biasa aja dan kadang ingin saling tahu,” jelas Dosen Al Islam dan Kemuhammadiyahan di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta itu.
Iwan juga mengetahui kalau mahasiswa non-muslim di kampus Islam juga tertarik untuk mempelajari Islam, terutama dari aspek praktek. Sebagai contoh, di beberapa kampus Muhammadiyah yang memiliki mata kuliah kemanusiaan, terdapat Project Al Maun, semacam program bakti sosial. Di project ini, mereka suka terlobat aktif membantu masyarakat yang kurang mampu.
Sekretaris KOKAM Nasional periode 2018-2022 itu juga memberi masukan untuk materi-materi untuk mata kuliah Al Islam dan Kemuhammadiyah yang diharapkan lebih inklusif, terkhusus bagi non-muslim. Ia berharap ke depannya, ada kebijakan dari pusat agar menjadikan mata kuliah ini lebih menyenangkan lagi.
“Pastinya ‘kan ilmu itu dinamis, ya. Jadi memang diperlukan upaya agar bagaimana Al Islam dan Kemuhammadiyah itu juga ramah terhadap non-muslim, itu kalau ada mahasiswanya, ‘kan nggak semua kampus ada mahasiswa non-muslim. Sehingga perlu ada kebijakan-kebijakan yang menjadikan Al Islam dan Kemuhammadiyah itu menyenangkan dan membahagiakan bagi mereka,” ungkap Ketua PW Pemuda Muhammadiyah DI Yogyakarta 2014-2018 tersebut.
Atas penelitiannya tersebut, Iwan berhak menyandang gelar doktor dan disertasinya memperoleh predikat “sangat memuaskan”. Tentunya, atas pencapaian luar biasa ini, Iwan menghaturkan ucapan terima kasih kepada seluruh pihak yang terlibat membantunya, mulai dari keluarganya, jajaran PWM DIY, Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta, dan kolega-koleganya.
Sebagai akademisi, penelitiannya tak berhenti sampai di sini. Masih ada beberapa topik menarik lainnya yang bisa dieksplor lagi olehnya. Seperti islam di Indonesia Timur dan ataupun tema-tema Islam dan sosial yang memang Iwan geluti. (*)
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow