PWNA DIY Rayakan Milad dengan Pentasyarufan Sembako

PWNA DIY Rayakan Milad dengan Pentasyarufan Sembako

Smallest Font
Largest Font

YOGYA – Nasyiatul ‘Aisyiyah (NA), organisasi otonom (ortom) persyarikatan Muhammadiyah yang khusus menggarap isu perempuan-perempuan muda, kembali membantu perempuan terdampak pandemi. Antara lain terlihat ketika Pimpinan Wilayah NA Daerah Istimewa Yogyakarta (PWNA DIY) menyelenggarakan pentasyarufan sembako dan beberapa bantuan lain untuk para perempuan khususnya kader-kader yang terdampak Covid-19.

Sebagai puncak Milad ke-93 NA, kegiatan yang didukung Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI) ini diwujudkan dalam bentuk bantuan barang berupa beras, minyak, beberapa bumbu dapur, obat-obatan, snacksnack sehat, dan sebagainya.

Advertisement
Scroll To Continue with Content

Sebanyak 70 bingkisan dibagikan kepada kader NA di Gedung Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) DIY, Sabtu (25/9). Tema kegiatan adalah “Ketahanan Pangan bagi Perempuan yang Tedampak Pandemi Covid-19”.

Bersamaan dengan itu, dilaksanakan diskusi secara hybrid dengan kurang lebih 20 peserta di Gedung PWM DIY dan sekitar 45 peserta mengikuti lewat teleconference. Diskusi mengupas “Penguatan Ketahanan Pangan dalam Mewujudkan Keluarga Muda Tangguh Nasyiah”. Acara dibuka dengan tadarus dan pembacaan ikrar 10 komitmen kader NA yang salah satu poin berbunyi “responsif terhadap permasalahan linkungan sekitar”.

Dalam sambutannya, Nunung Damayanti, S.IP, Ketua Umum PWNA DIY, menyampaikan, “Semoga bantuan ini bisa men-support terpenuhinya gizi kader-kader NA.” Di antara penerima bantuan tersebut adalah relawan program Pashmina dan Ramina, mubalighah, serta kader-kader yang sedang sakit, hamil, atau menyusui.

Hadir lima narasumber diskusi yang masing-masing mewakili tiap Pimpinan Daerah  NA (PDNA) di DIY. Kelimanya adalah Intarti, S.S., M.A. (Ketua Departemen Kominmas PDNA Sleman), Fathonah (Ketua Umum PDNA Bantul), Rina Lusiana Arianti, M.Pd. (Ketua Umum PDNA Kota Yogyakarta), Rheviana Dian Miranti, S.Pd. (Wakil Ketua Departemen Kominfo PDNA Kulonprogo), serta Amalia Ulinnuha, S.Pd. (Ketua Umum PDNA Gunungkidul).

Intarti yang akrab disapa Kitik menyebutkan setidaknya ada tujuh faktor penyebab kerentanan keluarga khususnya dalam konteks pandemi. Yakni perubahan ekonomi di semua lini, perubahan pendidikan yang belum tersistem dengan baik, kesehatan jasmani-rohani yang tidak terkelola, media sosial yang berbahaya, lunturnya nilai sosial budaya, kemampuan penggunaan teknologi yang masih kurang, dan ajaran agama yang diabaikan.

Dilanjutkan oleh Fathonah yang mengupas empat dampak dari kerentanan keluarga. Pertama dampak fisik, ekonomi, psikologis, serta sosial budaya. Baik Kitik maupun Fathonah sama-sama mendiskusikan prahara ekonomi baik sebagai penyebab maupun dampak. Fathonah menjelaskan, “Ekonomi ini memang menjadi dampak yang memicu dampak-dampak lainnya.”

 

Diarahkan moderator, narasumber ketiga adalah Rina memaparkan fungsi keluarga di masa pandemi. Ia menjelaskan bahwa pandemi ini tidak hanya berpengaruh negatif, tapi juga positif. Contohnya, keluarga dan masyarakat berpotensi semakin harmonis. Ini disebabkan keluarga punya 8 pilar yaitu perlindungan, pendidikan, sosialisasi, reproduksi, agama, kasih sayang, sosial budaya, serta ekonomi dimana kesemuanya saling berkaitan.

Sedangkan Rheviana menjelaskan strategi NA mewujudkan ketahanan keluarga melalui gagasan Keluarga Muda Tangguh NA (KMTNA). Sebanyak 10 pilar penyangga KMTNA, yakni 1) kokoh dalam aqidah dan akhlakul karimah, 2) sehat jasmani dan rohani, 3) kemandirian, 4) keadilan dan semangat Al Ma’un, 5) misi perdamaian, 6) demokrasi, 7) anti kekerasan, 8) kesetaraan akses, 9) ramah lingkungan, serta 10) tanggap bencana.

Ulinnuha mengakhiri diskusi tersebut dengan menjelaskan pentingnya ketahanan keluarga. “Keluarga tangguh di sini artinya harus adaptif terhadap perubahan,” tuturnya.

Pentingnya ketangguhan keluarga dikarenakan keluarga merupakan sentral dalam berbagai urusan tata negara. Kebijakan mulai dari pemerintah pusat sampai RT menjadikan keluarga sebagai sasaran. “Keluarga tangguh membentuk masyarakat tangguh dan harapannya Indonesia tangguh,” tegasnya. Diskusi semakin hidup dalam sesi tanya jawab dengan peserta.

Dalam acara tersebut dilaunching buku Antologi Perempuan Berkemajuan yang berisi karya-karya 12 kader NA. “Kalau ada yang tanya Nasyiah ngapain di masa pandemi, menulis buku ini bisa jadi jawabannya,” seru Syahdara Annisa Makruf, M.Pd.I., Ketua Departemen Dakwah, salah satu yang berperan dalam penyusunan buku ini.

Acara ditutup dengan penyerahan bantuan sembako untuk tiap daerah yang diwakili para narasumber sebagai representasi wakil daerah. Kelimanya juga mendapatkan oleh-oleh karya buku antologi yang baru saja dilaunching. (*)

 Wartawan: Ahimsa W Swadeshi
Editor: Heru Prasetya

Editors Team
Daisy Floren

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow