Membentuk Kesiapsiagaan Bencana Melalui Pendidikan: Peran Guru, Perempuan dan Keluarga
SLEMAN - Lembaga Resiliensi Bencana (LRB) atau Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) Yogyakarta mengadakan seminar nasional “Membentuk Kesiapsiagaan Bencana Melalui Pendidikan: Peran Guru, Perempuan dan Keluarga” pada 26 Oktober 2023 lalu.
Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta (UNISA) menjadi tempat berlangsungnya acara yang dihadiri oleh jajaran pimpinan dan pengurus MDMC, PWM DIY, UNISA dan sekolah-sekolah di Yogyakarta.
Bukan tanpa alasan, tema yang diangkat pada seminar ini menyoroti peran perempuan dan keluarga dalam mengatasi bencana. Perempuan tidak lagi dipandang sebagai kaum yang rentan dan korban bencana. Namun, perempuan juga dapat menjadi garda terdepan dalam mengatasi bencana.
Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta mendukung perempuan sebagai bagian dari pelindung keluarga ketika ada bencana.
Dr. Warsiti, S.Kp., M.Kep., Sp.Mat., Rektor UNISA, mengatakan, perempuan hebat dapat berperan menjadi pegiat mitigasi bencana. "Tidak hanya bencana alam, tapi juga bencana nonalam akibat kondisi sekarang yang tidak bisa diprediksi," kata Warsiti.
Contohnya adalah pertumbuhan penduduk akan menjadi bencana ketika tidak bisa diatasi. "Perempuan dapat bersinergi dengan semua unsur dan bidang dalam berperan dalam mitigasi bencana,” tuturnya.
Dikatakan dr. H. Ahmad Faesol, Sp.Rad., M.Kes., M.M.R., Wakil Ketua PWM DIY, mitigasi bencana merupakan salah satu usaha Muhammadiyah untuk memberdayakan masyarakat sadar akan ancaman dan risiko bencana.
“Bagaimana kita bersikap dan sadar terhadap bencana dan cara mengatasinya. Dengan ini, dapat mengurangi dampak negatif dari bencana dan menjaga lingkungan," kata Ahmad Faesol.
PWM DIY akan bersinergi dan berkolaborasi mewujudkan Muhammadiyah yang unggul dan berkemajuan. "Ini merupakan salah satu dari besarnya peran Muhammadiyah dalam berbagai aspek kehidupan," paparnya.
Sementara itu Budi Setiawan, S.T., Ketua MDMC PP Muhammadiyah, mengatakan, seminar ini merupakan langkah awal dalam menciptakan komunitas perempuan yang tangguh dalam mengatasi risiko bencana.
Salah satu memberdayakan perempuan agar tangguh dalam mitigasi bencana adalah melalui pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu upaya yang sungguh-sungguh dalam mitigasi bencana. Pendidikan mengatasi bencana dapat dilakukan melalui pendidikan formal dan nonformal.
Pendidikan mitigasi bencana diselenggarakan secara berjenjang. Pendidikan merupakan sistem untuk yang dapat membentuk kesiapan dan ketangguhan masyarakat. Sebagai upaya mempersiapkan diri dan menyatukan persepsi dalam mengatasi bencana untuk meminimalisir risiko bencana.
Pendidikan siaga bencana merupakan proses pendidikan yang mewujudkan suasana dan proses pembelajaran untuk menciptakan dan mengembangkan potensi dan kecakapan hidup peserta didik dalam mengatasi bencana melalui langkah tepat pengorganisasian.
Program pendidikan siaga bencana tetap terus dikembangkan dan dievaluasi secara berkelanjutan. Program tersebut di antaranya adalah Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Sekolah (PRBBS), Sekolah Siaga Bencana (SSB), Sekolah Aman Bencana (SAB), Sekolah Madrasah Aman Bencana (SMAB), dan Sekolah Pendidikan Aman Bencana (SPAB).
Program SPAB memiliki tiga pilar, yakni memiliki fasilitas sekolah yang aman, sistem manajemen bencana di sekolah serta program PRB sebagai pendidikan dan mitigasi bencana.
Peran guru sebagai sosok pendidik siswa berubah seiring berjalannya waktu. Guru ditempatkan sebagai satu individu yang memegang peran penting dalam mengatasi bencana. Guru diarahkan memberikan pengajaran yang menarik bagi siswa terkait pendidikan bencana.
Proses pembelajaran pendidikan bencana dapat dilakukan dengan cara integrasi kurikulum melalui simulasi bencana di sekolah. Siswa diajarkan untuk mengatasi bencana yang dipraktikkan langsung di sekolah.
Selain itu, lingkungan keluarga juga berperan dalam pendidikan bencana dan meminimalisir risikonya. Keluarga membantu menciptakan dan mendukung pendidikan siaga bencana dengan mengumpulkan dan mendidik anggota keluarga dalam mengatasi bencana.
Azizah Khoiriyah S.Kep., M.Kep., Dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), mengatakan, peran perempuan sebagai ibu dalam keluarga sangat penting dalam mitigasi bencana.
Perempuan bukan lagi dinilai sebagai makhluk yang lemah dan rentan. Perempuan menjadi korban bencana karena tidak memiliki pengetahuan, kapasitas dan kemampuan akan penanganan bencana. "Namun sebagai seorang perempuan, naluri keibuan untuk melindungi anak dan keluarganya sudah pasti ada," terangnya.
Perempuan perlu meminimalisir kerentanan sebagai korban bencana dengan cara meningkatkan kapasitas dan mendapatkan edukasi pengetahuan terkait risiko bencana.
Perempuan memiliki peran dalam mengelola risiko bencana, meningkatkan kesadaran, mengurangi kerentanan, menjaga keberlangsungan serta menciptakan lingkungan tangguh bencana di tingkat keluarga, organisasi dan masyarakat.
Keluarga Tangguh Bencana (KATANA) merupakan keluarga yang memiliki pengetahuan risiko bencana, menyadari tanggung jawabnya dalam mengurangi risiko bencana, membudayakan kesadaran penanggulangan bencana, serta memberdayakan anggota keluarga menjadi tangguh dalam menghadapi bencana. (*)
Wartawan: Affan Safani Adham
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow