Majelis Tabligh DIY Rancang Aplikasi Dakwah untuk Tuna Rungu
YOGYA – Langkah besar dan bermanfaat luas dimulai Majelis Tabligh PWM DIY. Ahad (12/9) mereka mengumpulkan berbagai komponen di PWM DIY seperti Majelis Tarjih dan Tajdid, Majelis Pustaka dan Informasi, Hidimu (Himpunan Difabel Muhammadiyah) PP, dan Prodi Teknik Informatika UAD. Materi utamanya adalah rencana pembuatan aplikasi android dakwah difabel tuna rungu.
“Ini akan menjadi kontribusi Muhammadiyah bagi umat. Sebagai langkah maju organisasi berkemajuan,” kata Ketua Majelis Tabligh PWM DIY, H. Hendra Darmawan, S.Pd., M.A., ketika memberi kata pengantar dalam acara di Gedung PWM DIY, Jalan Gedongkuning Yogyakarta, itu.
Hendra kemudian menyebut beberapa produk Muhammadiyah dalam merespon persoalan aktual di masyarakat, antara lain Fikih Kebencanaan, Fikih Informasi, Fikih Air, dan Fikih Difabel. “Aplikasi android dakwah ini sebagai upaya menyapa saudara-saudara kita difabel tuna rungu,” tambahnya.
Dalam sesi paparan dari Komite Disabilitas DIY, Farid Bambang Siswantoro, acara dipandu Ustadz Drs. H. Setyadi Rahman, M.Pd.I., dari Majelis Tabligh PWM DIY. Menurut Farid Bambang, populasi difabel di Indonesia mencapai angka di atas 30 juta jiwa. Jumlah itu adalah perhitungan 8-14,2 persen dari jumlah penduduk Indonesia.
“Sebanyak itu sebagian besar adalah muslim,” jelasnya. Kaum difabel warga Muhammadiyah sekitar 2,4 sampai 4,2 juta jiwa.
Menurutnya, sampai saat ini masih sulit menemukan aplikasi android dakwah bagi difabel. Jika pun ada masih terpisah antara aplikasi dakwah dan aplikasi difabel.
“Kalau aplikasi dakwah sudah banyak, demikian juga aplikasi difabel. Tetapi yang aplikasi dakwah difabel sulit ditemukan,” paparnya.
Hal itulah yang mendasari perlunya dibuat aplikasi tersebut, yang kemudian direspon cepat oleh Majelis Tabligh PWM DIY. Farid Bambang yang juga anggota LHKP PWM DIY ini kemudian menawarkan nama “Bil-Hikmah” untuk aplikasi ini, dengan 10 menu.
“Dari 10 menu itu, 3 di antaranya khusus diperuntukkan bagi disabilitas tuli. Sedangkan 7 lainnya untuk masyarakat umum,” katanya.
Penggunaan kata “tuli” menurut Farid Bambang, lebih diterima para disabilitas dibandingkan “tuna rungu”. Ia mengatakan, “UU memang menyebut kata tuna rungu, tapi para disabilitas sendiri lebih suka dengan sebutan tuli.”
Sebanyak 10 menu yang ia sebutkan adalah:
- Dakwah Difabel (ceramah, kultum, dan khutbah Jum’at dengan terjemahan bahasa isyarat)
- Poster Dakwah (poster dan meme kalimat hikmah)
- Baca Al Qur’an (Al Qur’an digital dengan qari’ pilihan, untuk non difabel atau difabel non tuli)
- Games Edukasi (game edukasi dan untuk mengusir kejenuhan)
- Video Kajian (durasi lebih panjang dibandingkan kultum, dengan terjemahan bahasa isyarat)
- Akhlaq Mulia (tuntunan praktis sehari-hari)
- Waktu Shalat
- Amalan Sunnah (berisi Pedoman Hidup Islami warga Muhammadiyah/PHIM dan koleksi amalan yang disunnahkan)
- Waspada Covid-19 (di-link-kan ke MCCC, MDMC, Lazismu)
- Belajar Isyarat
Menurut Setyadi Rahman, ide dan usulan yang muncul dalam acara tersebut semakin menunjukkan bahwa aplikasi android ini memang diperlukan kehadirannya. Untuk itu segera dibentuk tim yang secara khusus membicarakan hal ini.
“Semoga sebelum Muktamar 2022 tahun depan, sudah bisa digunakan,” katanya. (*)
Wartawan/Editor: Heru Prasetya
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow