Literasi Digital, Arif Jamali Imbau Muhammadiyah Manfaatkan Data: Bukankah Kita Organisasi Berkemajuan?
YOGYA - Sekretaris Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) DI Yogyakarta Arif Jamali Muis, M.Pd. berharap Rapat Kerja Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) PWM DIY dapat menjadi forum untuk konsolidasi organisasi dan program yang tentu sudah dirumuskan oleh MPI.
“Dari Rakerwil ini, semoga ada upaya penerjemahan keputusan Musyawarah Wilayah ke-13 untuk PDM (dan cabang - ranting). Itu menjadi alam pikiran dan cara berpikir Majelis Pustaka dan Informasi untuk membuat program-program kerja,” katanya saat membuka Rakerwil MPI PWM DIY di Aula Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan, Sabtu (24/12).
Mengacu pada 8 program prioritas PWM DIY, dua di antaranya adalah digitalisasi manajemen organisasi dan dakwah digital. Keduanya menjadi prioritas bagi Muhammadiyah DIY dalam rangka menjangkau lahan dakwah yang lebih luas lagi.
Terutama, berkaitan dengan dakwah di media yang sekarang menjadi pilihan utama masyarakat. Melihat tema yang diangkat, yaitu ‘Menggairahkan Tradisi Literasi sebagai Penguatan Gerakan Mencerahkan Semesta Digital’, Arif menekankan poin literasi menjadi kata kunci utama dalam dakwah Muhammadiyah.
Dalam sejarah perjalanan Muhammadiyah, literasi menjadi nafas dari persyarikatan. Pada tahun 1915, 2 tahun setelah Muhammadiyah berdiri, dalam rangka untuk melaksanakan dakwahnya pilihan K.H. Ahmad Dahlan saat itu adalah dengan mendirikan Suara Muhammadiyah dengan pimpinan redaksi pertamanya adalah K.H. Fachrodin.
“Dari sini sudah menunjukkan bahwa literasi itu adalah nafas dari dakwah dan perjuangan Muhammadiyah. Apalagi sekarang momentum literasi itu harus menjadi fokus utama bagi gerakan-gerakan MPI di tingkat manapun di semesta digital,” ujar Arif.
Kemudian, mengutip Tom Nicholls dalam bukunya yang berjudul ‘The Dead of Expertise’, Guru Matematika SMA Negeri 5 Yogyakarta itu melihat di masa sekarang banyak sekali orang-orang yang kalau mau mencari informasi tentang apapun, termasuk agama langsung mencarinya di internet.
Tak lagi bertanya kepada ustaz atau kyai yang keilmuannya sudah khatam, dan hal ini juga terjadi di lingkungan Muhammadiyah dimana warganya banyak yang tidak membuka Himpunan Putusan Tarjih untuk mengakses informasi soal fatwa tarjih.
Terlebih juga, kalau kita mencari informasi di laman Google tentang fatwa keagamaan dan sejenisnya, maka yang muncul adalah media-media lain, bukannya situs Tarjih, Muhammadiyah, dan sebagainya.
Apalagi sekarang keberadaan Artificial Intelegence (AI) juga turut mempengaruhi kehidupan bermasyarakat. Sebagai contoh, munculnya ChatGPT seakan menjadi solusi praktis dalam mencari jawaban seputar pengetahuan umum hingga agama.
Fenomena teknologi digital yang disebutkan tadi menurut saya menjadi tantangan Muhammadiyah yang harus dihadapi. Jadi, MPI PWM DIY diharapkan mampu memfasilitasi pimpinan dan warga Muhammadiyah di DIY dalam pemanfaatan literasi digital.
Bagi Arif, literasi itu harus dimaknai sebagai kebijakan atau pembacaan terhadap sesuatu. Sehingga dalam mengambil keputusan itu harus berdasarkan dan berbasis pada data. Arif menghimbau agar ini harus terus digelorakan oleh MPI PWM DIY.
Selain itu, literasi harus menjadi tema sentral dakwah Muhammadiyah dengan dimaknai sebagai upaya membaca data untuk mengambil kebijakan-kebijakan dalam penentuan keputusan organisasi.
“Bukankah organisasi kita ini organisasi berkemajuan yang sesungguhnya data itu menjadi penting bagi organisasi kita dalam mengambil kebijakan-kebijakan?” tanya Arif. (*)
Wartawan: Dzikril Firmansyah
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow