Lewat Forum Sarasehan, Pemikiran dan Keteladanan Buya Syafi'i Ma'arif Dikenang
YOGYA - Program Studi Doktor Politik Islam-Ilmu Politik Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), bersama Lembaga Riset dan Inovasi (LRI), Ahmad Syafii Maarif (ASM) School Thought and Humanity UMY, menggelar sarasehan "Mengenang 1 Tahun Buya Syafii Maarif: Kemanusiaan, Keindonesiaan, dan Keislaman" pada Rabu (29/11) di Ruang Amphitheater lantai 4 Gedung Pascasarjana UMY. Kegiatan tersebut digelar dalam rangka mengenang kiprah dan keteladanan Buya Syafi'i Ma'arif.
Kegiatan ini menghadirkan 3 Narasumber, yaitu Dr. H. Hamim Ilyas, M.Ag., Selaku Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, Dr. Adib Sofia, S.S., M.Hum., Dosen Sosiologi Agama UIN Sunan Kalijaga, dan Erik Taufan Somae, S.HI., M.H.I., Dosen Universitas Ahmad Dahlan.
Hamim Ilyas menyampaikan tentang pandangan Buya Syafi'i tentang Kemanusiaan, keindonesiaan, dan Keislaman. Ia menyampaikan bahwa tiga pandangan itu selalu beriringan dan didasarkan pada Al-Quran dan Hadits.
"Buya Syafi'i menilai tiga hal tersebut dapat bersatu, beriring, dan saling melengkapi. Dalam menjalankan ketiganya, pandangan-pandangan Buya dinilai selalu merujuk kepada Al-Quran dan hadits. Buya memandang tentang keindonesiaan, keislaman, dan kemanusiaan itu bisa menyatu, saling beriringan. Buya selalu merujuk pandangannya kepada Al-Quran dan hadits," jelas Hamim.
Hamim pun mengungkapkan bahwa dalam menghadapi permasalahan keindonesiaan, keislaman, dan kemanusiaan, Buya Syafi'i selalu mengatasinya dengan dakwah.
"Kita sekarang melanjutkan dakwah Buya, membangun bangsa Indonesia supaya menjadi pribadi yang mutmainnah. Melanjutkan perjuangan Buya saat ini sudah lebih mudah, dibanding perjuangan Nabi dulu," imbuhnya.
Sementara itu, Adib Sofia menyampaikan pandangan Buya Syafi'i tentang perempuan. Menurutnya, meskipun tidak terlalu banyak menulis tentang perempuan, Buya Syafi'i mendukung kesetaraan gender, namun tidak secara bebas. Adib juga mengingat pesan yang disampaikan Buya Syafi'i untuk menjadikan Siti Haniyah sebagai panutan.
"Saya ingat, Buya berkata kepada saya, jadikan Haniyah sebagai sosok yang perlu dijadikan rujukan, karena wawasannya luas, bahasa tulisnya bagus, kepemimpinannya luar biasa. Haniyah adalah karakter perempuan pemimpin (dengan qolam dan kalam). Haniyah, selain sosok yang pandai menulis juga merupakan singa podium," tutur Adib.
Siti Haniyah sendiri adalah 1 dari 14 tokoh besar yang menggawangi kongres perempuan 1 (22-25 Desember 1928). Ia mewakili 'Aisyiyah pada kongres yang dihadiri 1000 orang dari 30 organisasi di Jawa dan Sumatera. Saat itu, Haniyah membawakan orasi tentang persatuan manusia.
Di sisi lain, Erik Taufan Somae, S.HI., M.H.I., yang juga asisten pribadi Buya Syafi'i turut menceritakan kedekatannya dengan almarhum. Ia mengungkapkan bahwa ia telah mendampingi Buya Syafi'i selama 10 tahun, mulai tahun 2012 hingga 2022. Bahkan, Erik masih bersama Buya satu jam sebelum meninggalnya. Buya dianggap sebagai sosok yang dekat dengan anak muda, dikenal dengan pemikiran dan pandangan kontroversial yang sering kali melampaui pemahaman umum.
Meskipun pemikirannya kontroversial, Buya adalah sosok yang menjaga ibadahnya dengan baik, mengutamakan sholat dan sering ditemui di masjid. Ia rajin melaksanakan ibadah tahajjud, menulis setelah sholat, rutin berpuasa Senin-Kamis, dan mengaji Al-Quran. Buya dikenal sebagai individu yang sangat tepat waktu, selalu datang lebih awal, dan sangat menghargai kedisiplinan waktu, serta merupakan pendengar yang baik.
"Buya itu lebih gampang ditemui di masjid," ungkap Erik.
Dalam pergaulannya, Erik mengungkapkan, Buya Syafi'i mampu bersahabat dengan siapapun. Buya memiliki wawasan yang luas karena kegemarannya membaca dan menulis.
"Buya pernah bilang, 'curi sebagian waktu tidurmu untuk membaca, itu membekas sekali. Bahkan kegemaran menulis sudah menjadi tradisi Buya sejak masa remajanya,'" Pungkas Erik.
Wartawan: Fatan Asshidqi
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow