Kajian Mahasantri IMM Edisi Perdana Bahas Tips Menghidupkan Masjid 

Kajian Mahasantri IMM Edisi Perdana Bahas Tips Menghidupkan Masjid 

Smallest Font
Largest Font

BANTUL – Kegiatan Pelatihan Mubaligh Mahasiswa Muhammadiyah Nasional (PM3NAS) yang diselenggarakan oleh Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah di Tabligh Institute Daerah Istimewa Yogyakarta telah sampai pada hari terakhir.

Pada hari terakhir, Ahad (13/10), dilangsungkan acara Talk Show Kajian Mahasantri dengan tema “Make Masjid Great Again”. Tema yang diambil adalah tema yang diharapkan akan menjadi tonggak awal munculnya ide, inovasi, dan kreativitas dari para peserta dalam memperjuangkan dakwah di daerahnya masing-masing, terutama dalam menghidupkan masjid. 

Advertisement
Scroll To Continue with Content

Kegiatan talk show dibersamai moderator Hizba Muhammad Abror, S.Pd, Ketua Bidang TKK DPD IMM DIY dan dua pemateri yang memiliki kompetensi sesuai dengan tema yang diusung. Kedua pemateri tersebut adalah Budi Setiawan, S.T, Ketua MDMC PP Muhammadiyah sekaligus Takmir Masjid Gedhe Kauman dan Hija Hamid Fauji, S.Pd, Takmir Masjid Kampus UMY. 

Mengawali talkshow, Hizba menanyakan beberapa pertanyaan kepada kedua pemateri dalam kegiatan talk show tersebut. Hija Hamid mengatakan bahwa menjadikan masjid sebagai pusat pemberdayaan masyarakat adalah hal yang sangat bisa diusahakan. “Masjid UMY contohnya, dalam mengadakan kegiatan bekerja sama dengan LPPI UMY untuk melatih juru imam, muadzin, dan khatib-khatib,” tutur Hija. 

Hija juga menjelaskan bahwa di UMY mahasiswa bukan hanya dari kalangan Muhammadiyah saja, tetapi dari banyak kalangan lain. Maka dari itu fungsi masjid sangat diperlukan sebagai instrumen dalam memberikan pengetahuan tentang Muhammadiyah dengan dikemas ke dalam beberapa kegiatan. 

“Sering kali dijumpai pengadaan kajian di kafe-kafe, padahal kalau dilaksanakan di masjid akan sangat baik. Maka dari itu diharapkan IMM ini menjadi momok penggerak untuk melaksanakan kegiatan seperti kajian atau diskusi di masjid,” jelasnya. 

Dalam memperjuangkan penghidupan masjid tentunya akan banyak hambatan, apalagi ada perbedaan orang-orang yang mengelola masjid. Budi menyampaikan bahwa menjadi menarik ketika ada perbedaan seperti Muhammadiyah dan NU, masing masing memiliki pemberdayaannya melalui kegiatan kegiatan di masjid. Ustadz Budi menyebutkan contoh, yaitu masjid yang sedang populer di Sragen. 

“Masjid itu bukan milik Muhammadiyah, melainkan milik Pemda. Kebetulan takmir yang di masjid tersebut merupakan orang Muhammadiyah. Sehingga kegiatan-kegiatan pemberdayaan masyarakat di masjid itu,” kata Budi.

Ustadz Budi memberikan beberapa tips agar masjid ramai dengan jamaah. Pertama dengan mengenal masjid terlebih dahulu dan mengecek kelayakan fasilitas masjid demi kenyamanan jamaah. Kedua mengenali kebutuhan jamaah, apa yang sebenarnya di minati para jamaah. Ketiga dengan jangan menjudge pakaian jamaah dan melarang jamaah untuk berada di sekitar masjid. 

“Banyak bagian masjid yang bisa dijadikan tempat publik atau untuk berkegiatan. Keempat dengan penyamaan pemahaman dan persepsi masing-masing pengelola masjid,” ujar Budi.

Tak hanya itu, Hija menambahkan tentang cara bagaimana menarik jamaah, khususnya di area kampus. Hal itu bisa dilakukan dengan berusaha adil merancang kegiatan-kegiatan masjid dengan melibatkan berbagai bidang keilmuan di kampus. 

Sebagai contoh diadakan kajian dengan mengundang dosen-dosen kampus sebagai pemateri sesuai dengan kompetensi bidang keilmuan yang berbeda-beda. Kemudian mengemas kegiatan kajian dengan poster menarik yang disesuaikan dengan tema keilmuan yang diambil. (*)

Editors Team
Daisy Floren

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow