Ismail Fahmi tentang Penyebaran Informasi: Saring Sebelum Sharing
YOGYA – Tersebarnya informasi hoax merupakan problem besar bangsa Indonesia. Sebenarnya sudah ada forum multi stakeholder untuk melawan itu, tetapi realitas membuktikan kabar hoax masih berseliweran di dunia media sosial, terutama grup whatsapp. Padahal forum tadi terdiri dari institusi seperti kepolisian, kominfo, masyarakat anti hoax, kawal covid, dan lain-lain.
Penegasan itu disampaikan Ismail Fahmi, Ph.D. (Founder Drone Emprit) dalam Pengajian Konsolidasi Organisasi Pimpinan Muhammadiyah/’Aisyiyah se DIY, Jum’at (7/8). Acara virtual itu bertema “Cerdas Bermedsos: Menangkal Isu Menyesatkan Sekitar Covid-19”.
Fahmi mendasarkan “lawan hoax” dengan mengutip Al Qur’an Surah Al Hujurat ayat 6 yang artinya “Wahai orang-orang beriman, jika seseorang yang fasik dating kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatan muitu”.
Firman Allah itu mewajibkan dilakukannya melakukan cek dan recek atau tabayyun atas informasi yang diterima. Sehingga informasi yang diterima jangan diterima mentah-mentah.
Mengutip data Mata Najwa Live “Hoax Viruses” (2017), Fahmi mengatakan, salah satu hoax paling besar adalah informasi yang menyebut adanya 10 juta tenaga kerja illegal dari China. Karena menyebut “China” maka banyak kalangan umat Islam yang mempercayai. Hal seperti ini menjadi penyebab terjerumusnya umat Islam.
Pertumbuhan data di Indonesia terus berkembang, salah satunya dari media sosial (youtube, whatsapp, instagram, FB, twitter, dan lain sebagainya). Informasi hoax dan menyesatkan biasanya diambil dari potongan-potongan video yang dicampur, ditambah-tambah, dipilih-pilih, sehingga sepertinya menjadi satu informasi benar.
Fahmi mencontohkan beredarnya pernyataan virologist Judy Mikovits tentang masker. Dalam video itu JM mengatakan bahwa memakai masker akan mengaktifkan virus diri sendiri dan berakibat pemakai masker akan jatuh sakit. “Kalau informasi ini dipercaya, maka orang akan ramai-ramai melepas masker,” kata Ismail Fahmi.
Contoh lain adalah menggabungkan video Dr. Louis dengan video seorang ustadz yang konteksnya berbeda. Setelah melalui editing akan membentuk sebuah cerita.
Di masa krisis dengan situasi kompleks seperti sekarang ini, orang-orang akan mudah percaya dengan yang namanya teori konspirasi. Karena itulah, lanjutnya, mereka butuh penjelasan masuk akal bagi mereka atas situasi yang sedang terjadi.
“Di acara Mata Najwa, pernah diwawancarai seseorang yang membuat hoax (Mr.X). Orang tersebut mengaku mencari berita yang paling menarik dan sifatnya viral. Bersih-bersihnya dia bisa dapet sekitar 10 sampai 15 jutaan rupiah,” tegasnya.
Mengutip hasil penelitian salah satu lembaga, Fahmi mengatakan, untuk menghadapi penyebaran propaganda dan hoax adalah dengan perubahan perilaku manusia. Belum ada tool Al (A satu) yang bisa otomatis mendeteksi hoax dengan akuras itinggi. Tools yang ada hanya sebagai alat bantu menemukan informasi tepat guna tengtang informasi hoax, misal mendapatkan sumber artikel, image, atau video. Sikap yang perlu diambil ialah saring sebelum sharing. (*)
Wartawan: Afifatur Rasyidah I.N.A.
Editor: Heru Prasetya
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow