Inilah Nilai Penting Pendidikan Anak Usia Dini oleh ‘Aisyiyah

Inilah Nilai Penting Pendidikan Anak Usia Dini oleh ‘Aisyiyah

Smallest Font
Largest Font

YOGYA – ‘Aisyiyah memiliki kontribusi besar dalam dunia pendidikan di Indonesia, khususnya bagi anak usia dini. Kanal web Suara ‘Aisyiyah (2021) menuliskan bahwa bahwa Taman Kanak-Kanak ‘Aisyiyah Bustanul Athfal (TK ABA) merupakan lembaga pendidikan anak tertua dan pertama di Indonesia.

Terkait dengan pendidikan usia dini tersebut Majelis Tabligh PP ‘Aisyiyah pada acara “Perempuan Mengaji” (Sabtu, 30/10) mengupas topik “Urgensi Internalisasi Nilai-Nilai Religius sejak Usia Dini.” Acara virtual yang diikuti sekitar 85 peserta dari seluruh Indonesia tersebut menghadirkan pembicara Prof. Dr. Masyitoh Chusnan, M.Ag., Ketua PP ‘Aisyiyah.

Advertisement
Scroll To Continue with Content

Menurut Ketua Majelis Tabligh PP ‘Aisyiyah, Dra. Cholifah Syukri, M.S.I., acara tersebut adalah unggulan Majelis Tabligh, dalam pelaksanaannya berkolaborasi dengan majelis lain yang terkait. Misalnya, Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) PPA.

Sementara itu, Prof. Masyitoh yang juga terlibat dalam Divisi Pelatihan Anggota Majelis Tabligh PP Muhammadiyah, membuka materi dengan menyuguhkan QS Luqman: 12-13. Ayat-ayat ini kerap menjadi dasar ilmu parenting. Melalui Ibn Umar ra, Rasulullah SAW pernah menyebutkan sosok Luqman ini:

“Aku berkata benar, sesungguhnya Luqman bukanlah seorang Nabi, tetapi dia adalah seorang hamba yang banyak menampung kebajikan, banyak merenung dan keyakinannya lurus. Dia mencintai Allah maka Allah mencintainya, menganugerahkan kepadanya hikmah.”

Narasumber menuturkan bahwa kalimat-kalimat yang keluar dari Luqman adalah mutiara-mutiara hikmah. “Kita sering banyak bicara, tapi tidak ada gunanya. Ada orang yang jarang bicara, tapi yang keluar dari mulutnya mutiara,” jelasnya tentang kepribadian Luqman.

Tentang komitmen ‘Aisyiyah terhadap pendidikan anak, Masyitoh menyebut empat dasar filosofis dan strategis. Pertama, anak-anak lahir dalam keadaan fitrah. Kedua, anak usia dini berada dalam golden age. Ketiga, lingkungan merupakan faktor strategis. Lingkungan yang dimaksud ialah lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Lingkungan perlu menjadi baiti jannati (rumahku, surgaku). Keempat, pentingnya mengembangkan potensi anak.

Landasan ‘Aisyiyah dalam mewujudkan pendidikan itu ialah Anggaran Rumah Tangga ‘Aisyiyah, Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah (PHIWM), Pembukaan UUD 1945, Amandemen UUD 1945 Pasal 28 C, UU No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, serta UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Masyitoh menegaskan bahwa orangtua dan guru perlu mengambil peran sebagai muaddib, yaitu orang yang memberikan pendidikan. Selain mentransfer knowledge, juga mentransfer value. Bukan sekadar mudarris yang hanya menyampaikan mata pelajaran.

Mengenai PAUD dalam pandangan Al-Quran, ia membacakan arti QS An-Nahl ayat 78: “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati agar kamu bersyukur.”

Ke depan, branding TK harus mampu menunjukkan nilai-nilai dasar religius yang terdiri dari iman, ilmu, serta amal. Ketiga hal ini sangat terkait. Keimanan lebih mantap ketika diintegrasikan dengan ilmu. Pun, amal shaleh menjadi wujud nyata dari keimanan yang akan berkembang baik bila didasari ilmu.

Dari tiga nilai dasar tersebut, muncul karakter-karakter pendidikan yang dibangun melalui PAUD ‘Aisyiyah, yakni spiritualitas, kebajikan, berkemajuan, nasionalisme, serta perdamaian. Kesemuanya diinternalisasi melalui pendekatan bayani, burhani, dan irfani.

  • Pendekatan bayani, mengutamakan teks. Anak-anak diajak untuk belajar hafalan, qiro’ah, serta bahasa.
  • Pendekatan burhani, menitikberatkan rasionalitas dibangun lewat dialog dan eksperimen.
  • Pendekatan irfani, pengasahan insting dan hati dilakukan lewat kegiatan bercerita, bernyanyi, dan wisata.

Ia mengingatkan bahwa sifat terpenting dalam diri anak adalah kegemaran untuk bermain. Sehingga proses belajar harus didukung permainan. “Kalau mereka antusias, otaknya terbuka, mereka dapat belajar banyak,” tandasnya. (*)

 Wartawan: Ahimsa W. Swadeshi
Editor: Heru Prasetya

Editors Team
Daisy Floren

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow