Fathurrahman Kamal: Mubaligh Muhammadiyah Harus Mampu Merangkul Generasi Milenial  

Fathurrahman Kamal: Mubaligh Muhammadiyah Harus Mampu Merangkul Generasi Milenial  

Smallest Font
Largest Font

YOGYA - Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah Fathurrahman Kamal, Lc. M.S.I. mengungkapkan jika tantangan dakwah persyarikatan semakin luas dan kompleks di segala lini. Terlebih, pada Muktamar ke-48 Muhammadiyah November 2022 lalu, Majelis Tabligh dan berbagai stakeholder terkait telah memotret berbagai macam tantangan luar biasa yang masuk dalam isu - isu strategis keumatan, kebangsaan, dan kemanusiaan.

Tantangan terbesar dalam internal umat Islam, yang dipotret pada Muktamar 48, seperti bagaimana membangun ukhuwah di antara sesama umat Islam. Tentunya tantangan ini tidaklah mudah, karena masing - masing orang hadir dengan narasi eksklusivismenya masing - masing.

Advertisement
Scroll To Continue with Content

Oleh karena itu, Muhammadiyah perlu mengambil peran, khususnya para mubaligh agar bagaimana persyarikatan sebagaimana dikatakan para sesepuh dan senior sebagai tenda besar umat Islam, tidak boleh berhenti pada narasi.

"Jadi, harus betul - betul memayungi semua kelompok umat Islam, dalam artian membangun komunikasi yang produktif untuk memberikan langkah - langkah yang konkret di dalam menyelesaikan persoalan umat kita," ucapnya saat menghadiri Rakerwil Majelis Tabligh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah DI Yogyakarta (PWM DIY), hari Sabtu (13 Rabiul Akhir 1445 H bertepatan 28 Oktober 2023) di Aula Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan (UAD).

Ukhuwah yang dimaksud, lanjut Kamal, yakni kembali kepada Al Quran, bukannya ukhuwah yang berdasarkan pada nilai - nilai pragmatis. Ukhuwah persaudaraan yang dibangun juga bersendikan pada kesadaran keimanan di antara kita sebagai kaum muslimin.

Maka, apabila salah satu karakter dari pada orang yang menyadari bahwa karakternya dibangun atas dasar keimanan, niscaya dia akan menjadi orang yang tasamuh, toleran, inklusif, mudah memaafkan, tidak mudah memberikan stigma pada kelompok lainnya.

"Saya kira inilah yang sangat krusial pada isu keumatan di samping juga persoalan meningkatkan kualitas dari pada umat kita," ujar Kanal.

Di luar itu secara spesifik, Muhammadiyah juga melihat tantangan lainnya yang tak kalah sulitnya, yakni keberagamaan bagi kaum milenial dan pasca-milenial. Anak-anak usia muda ini sangatlah luar biasa, karena bahkan sejak lahir sudah masuk sebagai native digital dimana mereka lahir di realitas masyarakat digital. Yang mana kemudian pada salah satu karakter, mereka menjadi orang yang sangat independen, namun di satu sisi jauh dari agama dan tuhan.

Kamal memaparkan jika banyak peneliti memberikan data bahwa kaum milenial banyak saat ini terpengaruh mengikuti arus pandangan, misalnya agnotisme. Dimana mereka sudah tidak peduli pada kebenaran klasik yang dianut generasi tua.

Hal ini karena realitas teknologi digital yang ada di hadapan mereka itu sudah memberikan solusi atas berbagai persoalan yang dihadapi. Sehingga mereka dengan berani menanyakan di mana pentingnya agama dan tuhan kalau hidup saja ternyata sudah bisa diselesaikan dengan fasilitas teknologi.

Dengan fakta tersebut, maka inilah yang menjadi tantangan dakwah Muhammadiyah dan para mubaligh tidak boleh menghadapinya secara negatif. Menurut Kamal, mubaligh harus membangun narasi dan solusi bagaimana agar anak - anak muda milenial ini merasa dekat dengan Allah.

Agar mereka bisa muncul di dalam keberagamaan yang positif dan juga pada saat yang sama mampu mengartikulasikan diri sehingga tetap eksis di dunia digital tanpa mengalami kerapuhan yang bersifat aqidah.

"Inilah tantangan yang saya pikir sangat penting, karena mereka adalah generasi emas kita di 2045. Maka dibutuhkan metode, cara - cara berdakwah, dan konten yang efektif. Mereka perlu pendekatan yang bersifat spiritualitas, irfani, dan hikmah, daripada pendekatan yang bersifat konfrontatif terhadap mereka. Mereka adalah anak - anak kita yang menghadapi realitasnya, yang sangat keras bagi kita," jelas Kamal.

Oleh karena itu, Kamal berpesan kepada para mubaligh nantinya agar mampu mendakwahkan generasi milenial dengan cara merangkul berempati, ikut merasakan kegersangan yang mereka rasakan. Dengan demikian, anak - anak muda milenial tidak diletakkan sebagai satu objek yang pasif dalam dakwah, mereka anak - anak yang lahir dengan potensi yang sangat luar biasa.

"Maka tinggal para mubaligh memberikan ruang kreatifitas seluas-luasnya sekaligus ruang untuk meneguhkan kembali fondasi keyakinan dalam keagamaan, dan ini saya kira yang terpenting," tandas Kamal. (*)

 

Wartawan: Dzikril Firmansyah

Editors Team
Daisy Floren

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow