Akademisi: Marah-Marah Tidak Mengatasi Masalah
SLEMAN — Negara-negara terlanda Covid-19, termasuk negara super power Amerika Serikat, saat ini mengalami keterpurukan ekonomi luar biasa. Hal itu tidak bisa dipandang remeh. Pertumbuhan ekonomi minus di banyak negara, jika tidak segera diantisipasi secara cermat dan cerdas akan menimbulkan banyak persoalan.
“Virus Corona sudah menghantam seluruh sendiri kehidupan di lebih dari 200 negara di dunia. Hanya gara-gara makhluk kecil seukuran nano, manusia dibuat tidak berdaya,” kata Dr. H. Abdul Choliq Hidayat, M.Si., dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta, Selasa 7 Juli 2020 malam.
Ia kemudian menyebut contoh Indonesia yang perkembangan ekonominya terpuruk ke titik minus 6, padahal semula ditargetkan minimal 7 (tujuh) persen. “Jika tidak segera diatasi, sebentar lagi kita memasuki fase kritis,” ungkap Choliq dalam kajian rutin Malem Rabu secara online yang diselenggarakan Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Nogotirto, Gamping, Sleman, bertema Pentingnya Kemandiria Ekonomi Ummat.
Choliq menambahkan, “Kalau perkembangan ekonomi sampai pada minus 10, Indonesia akan mengalami situasi yang belum pernah dialami sebelumnya. Tiba-tiba tidak bergerak. Ini hal baru, karena selama ini kita belum pernah mengalami.”
Contoh, pada masa euphoria new normal sekarang masyarakat seperti lepas kendali, seakan Covid-19 sudah hilang. Di mana-mana orang bersepeda. Karena kelelahan ada pesepeda yang tiba-tiba oleng, kemudian jatuh. Pesepeda itu tidak menyadari bahwa dirinya kekurangan oksigen. Seperti itulah ekonomi kita jika tidak segera menyadari bahwa sekarang minus 6.
Muncul wacana, negara akan mengurangi pencetakan uang kertas baru dan mengubahnya menjadi e-money. Segala transaksi dilakukan secara virtual di dunia maya. Sebenarnya, kata Choliq, masyarakat secara tidak sadar sekarang sudah mulai “belajar” menggunakan e-money.
“Penggunaan paketan di HP sebenarnya contoh sederhana dari e-money, meskipun kadang masih gabungan dengan cash pada saat membeli pulsa di konter,” jelas Choliq.
Pandemi Covid-19 berdampak ekonomi luar biasa, misalnya banyaknya pemutusan hubungan kerja di beberapa perusahaan besar maupun kecil. Ia menyebut contoh satu maskapai penerbangan yang baru saja merumahkan sekitar 3.000 karyawannya. Bukan tidak mungkin hal tersebut diikuti maskapai lainnya.
Hal yang harus segera dilakukan pada masa sekarang adalah mempersiapkan diri sebaik-baiknya secara ekonomi, agar dampak besar tersebut bisa dihindari. “Al Qur’an Surat At Taubah ayat 105 Allah menegaskan tentang itu,” kata Choliq.
Di dalam Surat At Taubah ayat 105, Allah SWT berfirman yang artinya Dan Katakanlah: Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.
“Dalam hal ekonomi, memang harus dirancang agar tampak nyata dan baik, bukan tampak nyata tapi amburadul. Sebagai muslim kita harus yakin dengan firman Allah yang memerintahkan kita untuk bekerja agar bisa keluar dari krisis hebat sekarang ini,” tegasnya.
Juga dalam Surat Al Mujadalah ayat 11 disebutkan bahwa Allah SWT berfirman Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Di ayat tersebut, kata Choliq, secara ekonomi kata “lapangkanlah” adalah lapangkan secara ekonomi, bukan kehancuran. Jika manusia berusaha melapangkan perihal ekonomi maka Allah akan memberi kelapangan tersebut. Juga ada seruan “Dan apabila dikatakan “berdirilah kamu”, maka berdirilah…” sehingga tidak ada kata berdiam diri sekadar menunggu datangnya fase krisis.
Sekarang yang diperlukan adalah manajemen dan leadership untuk meraih kesuksesan yang diimpikan bersama. Jangan sampai ada pemimpin yang justru tidak tahu apa tujuan besar yang akan dicapai. Itu bukan leader. “Aja muk sombat-sambat ruwet ruwet ruwet. Aja muk marah-marah. Ini masalah yang harus diatasi dengan tindakan nyata, bukan hanya dengan marah-marah. Malah marahi dheg-dhegan rakyate,” tegasnya dalam Bahasa Jawa.
Choliq mengibaratkan, situasi sekarang ini orang sepertinya masih bisa eksis, tapi dengan cara bergelantungan menggunakan dua tangan. Jika situasi tambah runyam, masih bisa menggelantung tetapi tinggal dengan satu tangan. Jika semakin runyam lagi, satu tangan tadi sudah lepas dari gelantungan dan akhirnya jatuh.
“Doa itu penting, tapi jangan hanya berdoa, harus ada ikhtiar sungguh-sungguh agar bisa keluar dari krisis. Sesama mukmin kita harus selalu bergandeng tangan untuk mengatasi krisis ini. Allah berjanji akan menolong hamba yang beriman,” kata Choliq. (hr)
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow