Agung Danarto dalam Milad Muhammadiyah di Bantul: Meninggal karena Pandemi Insya Allah Syahid
BANTUL – Pandemi covid-19 merupakan ujian bagi umat. Menurut pandangan Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, orang-orang yang terkena penyakit menular seperti Covid-19 dan akhirnya meninggal dunia adalah mati syahid. Tentu hal ini bagi mereka yang beriman pada Allah SWT.
Penjelasan tersebut disampaikan Sekretaris Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Dr. H. Agung Danarto, M.Ag., dalam Silaturahim dan Pengajian Refleksi Milad Muhammadiyah ke-112, dengan tema “Muhammadiyah Istiqomah sebagai Gerakan Dakwah, Tetap Tangguh Kukuh di Masa Pandemi” yang diadakan PDM Bantul, Sabtu (17/7) secara online.
Diriwayatkan dalam hadits Imam Bukhari dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda: “Orang syahid itu ada lima, pertama orang yang terkena wabah penyakit, kedua orang yang sakit karena di dalam perutnya, ketiga orang yang mati karena tenggelam, keempat orang yang tertimpa reruntuhan bangunan, dan kelima orang yang syahid di jalan Allah”.
“Orang Islam, baik Muhammadiyah atau bukan, yang melakukan usaha secara aktif, sadar, dan sengaja ikut menanggulangi penyebaran Covid, maka itu dikategorikan sebagai jihad. Andaikan mereka meninggal di tengah perjuangan, mereka juga dikategorikan sebagai syahid fii sabilillah,” tutur Agung.
Orang yang akhirnya meninggal dunia karena terkena penyakit covid insya Allah mati syahid (jika beriman pada Allah SWT), dan jika sembuh insya Allah penyakit tersebut sebagai penghapus dosa. Meski demikian, orang sakit memiliki kewajiban untuk berobat dan orang yang sehat harus tetap ikhtiar serta mematuhi protokol kesehatan.
Seseorang akan merasa berat jika memahami keadaan pandemi dengan hanya memakai rasa, tanpa pendekatan agama, seperti pemahaman terhadap maqashidu syariah. Hifdzu nafs (menjaga diri) termasuk bagian terpenting dalam maqashidu syariah, begitupun dalam masa pandemi, harus bisa menjaga diri.
Rasulullah SAW bersabda: “Bumi ini seluruhnya masjid (tempat sujud), kecuali kuburan dan kamar mandi”. Jika dipahami secara literal, masjid tidak harus masjid seperti yang ada di masa kini.
Dalam rangka menghindari kerumunan, hendaknya shalat di rumah saja. Memakmurkan masjid tidak harus selalu dengan berbondong-bondong ke masjid dan yang perlu dipahami adalah substansinya, seperti shalat, zakat, dzikir, dan tadarus. Rumah dapat dijadikan tempat bertaqarrub dengan Allah SWT.
“Dakwah Muhammadiyah selalu eksis karena memberikan aspek kemanusiaan. Umat Muhammadiyah harus bisa mengasihi siapapun, dakwah Muhammadiyah itu mencerahkan dengan pendekatan bayani, burhani, dan irfani,” kata Agung. (*)
Wartawan: Afifatur Rasyidah I.N.A
Editor: Sucipto
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow