Ulama dan Ormas Islam Harus Satu Suara
YOGYAKARTA — Di tengah menyebarnya pandemi Covid-19 di Indonesia, peran ulama menjadi sangat penting. Karena keberadaan dampak merebaknya virus Corona juga mempengaruhi kegiatan beragama masyarakat muslim Tanah Air.
“Untuk itu, seluruh ulama dan organisasi masyarakat Islam seperti Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama dan Majelis Ulama Indonesia untuk dapat satu suara dalam mengeluarkan arahan dan imbauan kepada umat,” kata Drs. Muhsin Hariyanto, M.Ag, dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Jum’at (10/4/2020), yang menambahkan terlebih umat Islam itu lebih suka mendengarkan da’i yang menjadi idolanya.
Dikatakan Muhsin Hariyanto, ulama harus dapat bersikap bijak dalam kondisi seperti saat ini. “Pemuka agama dituntut untuk memberikan arahan yang tepat dan juga menenangkan,” kata Muhsin.
Menurutnya, Rasulullah SAW meminta kalau ada wabah di sebuah tempat tidak usah pergi ke sana, tetapi kalau mengalami wabah itu jangan keluar dari tempat tersebut. “Di situlah sikap bijak ulama untuk membuat umat tetap tenang,” katanya.
Muhsin juga menyampaikan, seorang muslim harus bersikap bijak dalam menghadapi situasi saat ini. Namun ia juga tidak dapat menyalahkan umat Islam di Indonesia yang mengambil sikap sendiri-sendiri. “Hal ini terjadi karena tidak adanya sosialisasi yang jelas kepada masyarakat dari pemegang kebijakan,” papar Muhsin.
Maka dalam hal ini, kata Muhsin, pemerintah harus melibatkan para da’i dan ormas Islam untuk berbicara satu suara. “Agar tidak ada perbedaan pendapat dan sikap yang dapat merugikan di kemudian hari,” urainya.
Seharusnya umat Islam bersikap proporsional. Tapi sikap proporsional semacam apa yang harus diambil? Karena mereka belum punya pilihan, akhirnya mereka memilih sendiri-sendiri.
“Dalam hal ini ulama juga punya peran, tetapi ulama juga harus diberi bahan oleh pemerintah supaya fatwanya betul-betul tepat,” kata Muhsin, yang menerangkan ulama juga belum tentu tahu tentang virusnya.
Bagi Muhsin, jangan sampai informasi yang diberikan para ulama setengah-setengah. Dan saat ini para ulama, penceramah dan mubaligh tidak seluruhnya mempunyai informasi yang sama tentang apa yang seharusnya disampaikan kepada masyarakat.
“Setiap ulama juga memiliki jamaahnya masing-masing,” kata Muhsin, mantan anggota Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah itu.
Muhsin khawatir, jika tiap ulama menyampaikan informasi yang berbeda-beda, maka akan menyebabkan kebingungan pada masyarakat. “Karena umat Islam memiliki kecenderungan untuk mengikuti da’i yang menjadi idolanya,” tandas Muhsin.
Dikatakan Muhsin, MUI seharusnya memiliki satu bahasa dan kebijakan yang sama mulai dari tingkat pusat sampai ke bawah. Setelahnya, ormas seperti Muhammadiyah dan NU juga perlu merujuk kepada fatwa MUI agar tidak membuat masyarakat bingung. “Baru kemudian imbauan itu disampaikan kepada jamaah oleh masing-masing ustad atau penceramah,” terang Muhsin.
Seharusnya, kata Muhsin, ada satu kata yang bisa dipakai oleh para ulama, mubaligh dan da’i untuk mengatakan sesuatu kepada masyarakat. “Sehingga masyarakat mempunyai sikap yang tepat terhadap sesuatu yang kita prihatinkan bersama,” pungkasnya. (Affan)
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow