Tak Perlu Mengaku Paling NKRI, Muhammadiyah telah Berbuat Banyak untuk Negeri ini

Tak Perlu Mengaku Paling NKRI, Muhammadiyah telah Berbuat Banyak untuk Negeri ini

Smallest Font
Largest Font

YOGYAKARTA — Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Daerah Istimewa Yogyakarta (PWM DIY) menyelenggarakan acara Refleksi Milad Muhammadiyah yang ke-106 Tahun dengan tema: “Ta’awun untuk Negeri” pada hari Sabtu, 17 November 2018 bertempat di Masjid Haiban Hajid, Kompleks PWM DIY. Acara yang dipimpin oleh H. Muhammad Wiharto, M.Ag., salah satu Pimpinan PWM DIY, dihadiri oleh Ketua-ketua Majelis dan Lembaga, Ortom serta aktivis dan simpatisan Muhammadiyah di lingkungan Muhammadiyah DIY.

Advertisement
Scroll To Continue with Content

Gita Danu Pranata, S.E., M.M. selaku Ketua PWM DIY mensyukuri terlaksananya acara refleksi ini meskipun sederhana tapi tetap dalam suasana penuh kekeluargaan. Menurutnya, tema “ta’awun untuk negeri” ini sebenarnya bukan wacana lagi, sebab kita sudah menjalankannya. Salah satunya, ia menyebutkan tentangprestasi penggalangan dana untuk bencana gempa di NTB dan Donggala sangat menggembirakan karena kita punya potensi sumber-sumber dana. Begitu pula dengan dana kemanusiaan untuk kasus Rohingnya yang luar biasa. Ia berpesan bahwa yang penting kita tidak lelah untuk berbuat baik berperan untuk keumatan sehingga ta’awun perlu diperluas.

Tasyakuran ini menghadirkan dua narasumber, yakni Cahyono, S.Ag. (Lazismu) dan Arif Jamali Muis, M.Pd. (salah satu pimpinan PWM DIY) dengan moderator Robby H. Abror (Ketua MPI PWM). Dalam pandangan Cahyono, Muhammadiyah itu cirinya pantang mengeluh dan pantang menyerah. Kuncinya adalah semangat berbagi dan bertaawun, itulah kenapa sekolah Muhammadiyah tidak ada yang gulung tikar. Ia menambahkan bahwa sekolah-sekolah Muhammadiyah selalu berkembang bahkan di Kota Yogyakarta sampai surplus, capaiannya rata-rata di atas 100 persen. Ia menegaskan bahwa spirit taawun itu ada tiga hal: membangun kesadaran, ghirah dan kepercayaan. Ini strategi untuk gerakan lazismu. Langkah yang pertama membangun kepercayaan dulu. Capaian-capaian lazismu meningkat dan tdk ada yg takut untuk pakai nama lazismu. Tingkat kepercayaan yang meningkat terhadap lazismu. Sehingga menurutnya, Lazismu DIY sudah siap untuk diaudit. Lazismu DIY masuk dalam 7 besar memberi support secara nasional.

Target bulan Januari 2019 bisa melaporkan sesuai standar akuntan. Ghirah atau semangat berbagi harus tetap terlaksana ada atau tidak ada bencana tetap harus terus dikuatkan oleh majelis-majelis yg lainnya.

Sedangkan nara sumber kedua, Arif Jamali Muis menyampaikan pentingnya ta’awun untuk dijadikan spirit dan darah daging Muhammadiyah. Bagi Arif, bisa berbuat kebaikan lebih banyak untuk umat Islam dan bangsa ini. Muhammadiyah tidak perlu mengaku paling NKRI yang penting sudah banyak berbuat untuk bangsa ini. Arif menegaskan bahwa orang Muhammadiyah itu tidak biasa dengan politik transaksional tapi kita ini sudah terbiasa dengan memberi. Sehingga tidak dapat menteri, ya tidak apa-apa. Arif menyebutkan tiga macam model ta’awun Muhammadiyah. Pertama, model pemberdayaan. Tidak hanya datang foto, selfie, terus pergi. Orang Muhammadiyah tidak mudah percaya hoax, karena tahu betul apa yang dia lakukan, yaitu bekerja dan berbagi itu berbasis data. Kedua, model inklusif. Sudah diajarkan oleh KH Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah, yaitu dengan pilihan diksi atau kata “umum” yang tepat untuk PKU di era 1920-an, padahal jauh sebelum Indonesia merdeka, beliau sudah punya pikiran yang sangat maju. Ketiga, model menolong kelompok-kelompok rentan yakni kaum mustad’afin menjadi perhatian besar Muhammadiyah. (erha)

Editors Team
Daisy Floren

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow