Sarasehan Milad Kokam se- Sleman: Demi Bangsa Indonesia Berkemajuan
SLEMAN — Malam itu, 30 September 2019, nampak suasana berbeda di Gedung Dakwah Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Sleman. Apalagi dihadiri Ketua Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah DIY Anton Nugroho, SE.
Sekitar 500 orang anggota Kokam se-Kabupaten Sleman dengan seragam khasnya, nampak gagah dalam helatan acara sarasehan Milad Kokam ke-54, yang dihadiri Eko Suwardiyanto (Ketua Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah Sleman) dan Komandan Kokam Daerah Sleman Ndan Marwan Hamid.
Acara sarasehan kali ini bertujuan untuk menggairahkan kembali semangat Kolam di Sleman dengan bingkai acara yang besar.
Di samping itu, juga dilakukan kajian-kajian rutin secara berkeliling di 17 cabang yang ada di Sleman. “Sehingga ghirah berorganisasi dan keislaman akan senantiasa terjaga,” kata Eko Suwardiyanto, Ketua Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah Sleman.
Sarasehan kali ini menghadirkan H Harjaka, S.Pd, S.Ag, MA, Ketua Pimpinan Daerah Muhamadiyah (PDM) Sleman, Iwan Setiawan, M.Si (Sekjen Kokam Pusat) dan Kapten Inf. Kusno, ST (Danramil Gamping) yang mewakili Dandim Sleman.
Ketua PDM Sleman, H Harjaka, S.Pd, S.Ag, MA, mengawali ceramahnya dengan mengutip QS al-Qur’an surat al-‘Adiyat ayat 6. “Sesungguhnya manusia itu kebanyakan bersifat kanud, gersang, menutup diri terhadap Tuhannya atau juga bisa berarti menggunakan hak orang lain,” papar H Harjaka, S.Pd, S.Ag, MA.
Bagi Harjaka, Kokam sebagai anak Muhammadiyah harus mampu mengedepankan hak orang lain. “Harus diberikan, namun jangan sampai hak kita dilanggar atau dirampas orang dan harus kita pertahankan semaksimal mungki dan mengamankan aset Muhammadiyah serta aset bangsa agar tidak dirampas oleh orang lain yang tidak berhak,” kata Harjaka.
Di sisi lain, Iwan Setiawan, M.Si, Sekretaris Jendral Kokam Pusat, menggugah memori dan semangat peserta.
Bapak TNI adalah Jenderal Soedirman yang notabene juga merupakan tokoh Muhammadiyah, pada usia yang sangat muda 30 tahun menjadi Panglima Besar TNI pada perang kemerdekaan. “Karena jiwa kepemimpinan dan akhlak yang kuat, hal itu tidak lain adalah berkat didikan dasar yang diperoleh selama menjadi anggota pandu Hisbul Wathan dan didikan selama menjadi guru Muhammadiyah di Banyumas yang dilanjutkan dengan PETA,” kata Iwan Setiawan.
Kelahiran Kokam (Komando Kesiapsiagaan Angkatan Muda Muhammadiyah) adalah panggilan sejarah terjadinya pengkhianatan G30S/PKI.
Letkol HS Prodjokusumo salah satu anggota Muhammadiyah adalah seorang militer aktif yang juga menjadi Ketua Pimpinan Wilayah Muhamadiyah (PWM) DKI Jakarta pada 1 Oktober 1965.
Untuk menanggulangi bahaya laten komunis yang mengancam umat Islam dan bangsa Indonesia, semangat itu harus senantiasa dijaga dan digelorakan oleh semua anggota Kokam untuk senantiasa beramar makruf nahi munkar.
Sedangkan Kapten Inf. Kusno, ST, yang mewakili Dandim Sleman menyampaikan, sesuai dengan pasal 27 dan 30 UUD 1945 setiap warga negara wajib ikut serta dalam belanegara. “Terutama menghadapi bahaya dan ancaman laten dari faham komunis dan faham lain,” kata Kusno. Sejarah mencatat, berkali-kali khianat yang dilakukan oleh kaum komunis terhadap negara, peristiwa Madiun 1948 G30S/PKI adalah ancaman yang riil dan harus selalu diwaspadai kebangkitannya. (Arief H)
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow