Qurban di Masjid Beteng Binangun, Dulu Dibungkus Besek Sekarang Kreneng
YOGYA – Rabu pagi hari (21/07), sehari setelah Hari Raya ‘Idul Adha 1442 H, jalan raya di depan Masjid Beteng Binangun, Kadipaten, Yogyakarta, disulap menjadi tempat penyembelihan hewan qurban. Masjid ini baru melaksanakan penyembelihan hewan qurban pada hari itu mengikuti imbauan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau PPKM Darurat.
“Kami mundur tanggal 21, nggih menghargai apa yang disampaikan pemerintah,” jelas Muhammad Haris Diesmawan, Ketua Takmir Masjid Beteng Binangun. Karena pemberlakuan PPKM awalnya sampai 20 Juli, maka pelaksanaan sembelih hewan qurban dilakukan tanggal 21, 22, atau 23 Juli, bertepatan hari tasyrik 11, 12, dan 13 Dzulhijah 1442.
Mengenai pelaksanaan sholat ‘Id, Haris yang juga Ketua Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Kadipaten Wetan, menambahkan, “Di masjid ini tidak mendirikan shalat ‘Id sesuai anjuran Muhammadiyah.” Warga di sekitar masjid diimbau melaksanakan shalat sunah ‘Id di rumah masing-masing.
Noviar, Ketua Panitia ‘Idul Adha, menyampaikan bahwa ada beberapa perbedaan proses pelaksanaan sembelih qurban di masa PPKM ini. Di antaranya, panitia yang biasanya menggunakan serambi masjid untuk penyembelihan dan beberapa ruang masjid untuk pemotongan daging kini beralih menggunakan jalan raya yang lebih luas. “Karena kemarin ada aturan PPKM, prokes-nya jaga jarak, jadi kita pakai di luar semua,” paparnya.
Di samping itu, protokol kesehatan juga dijalankan dengan pengecekan suhu untuk panitia, kewajiban memakai masker, penggunaan handsanitizer, serta pembatasan orang di area penyembelihan. Terdapat sekat yang membatasi jalan raya tempat pelaksanaan penyembelihan. Noviar menjelaskan, “Kalau dulu warga tetep bisa masuk, sekarang nggak boleh. Selain petugas dan shohibul.”
Untuk jumlah hewan qurban, meski dalam kondisi pandemi, tidak menurun drastis. Masjid Beteng Binangun tahun lalu menyembelih empat ekor sapi dan tahun ini justru bertambah menjadi lima ekor. Tahun-tahun sebelumnya jumlah sapi sekitar lima atau enam ekor.
Terdapat hal menarik pada pelaksanaan sembelih qurban di masjid yang terletak di dekat Jalan Ngasem ini. Untuk membungkus daging qurban, panitia berinovasi menggunakan “kreneng”, anyaman bambu tipis kemudian dilapisi daun jati. “Pertimbangannya untuk ngurangin sampah plastik,” jelas Noviar. Sebelumnya pernah menggunakan besek, namun karena sulit dicari dan harganya relatif lebih mahal jadi ditinggalkan.
Inovasi lain yang sedang diupayakan ialah pengadaan alat sembelih hewan qurban. Menurut Haris, dengan alat ini harapannya proses penyembelihan bisa lebih efektif dan mengurangi rasa tersiksa hewan qurban. “Aslinya akan direalisasikan tahun lalu, tapi karena ada corona belum jadi. Mungkin setelah ini,” jelasnya sambil memantau proses pemotongan daging qurban. (*)
Wartawan: Ahimsa
Editor: Heru Prasetya
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow