Prihatin Fenomena Perilaku Korupsi Dibuatlah Game Goess The Corruptor
YOGYAKARTA — Game “Goess The Coruptor” atau berburu koruptor adalah buah kreatifitas dari pengabdian mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta yang tergabung dalam Tim PKM-M UAD Yogyakarta — dan lolos pendanaan dari Kemenristek Dikti — dengan Ketua Duhana, dan anggotanya adalah Febri, Hasna, ketiganya mahasiswa S1 PGSD serta Defri (Teknik Elektro).
Di bawah bimbingan Mufti Khakim (Dosen FH UAD), program ini dilatarbelakangi oleh keprihatinan melihat fenomena perilaku korupsi yang merajalela menyerang di semua sektor kehidupan.
“Dan fatalnya lagi, ada yang berpendapat korupsi sebagai budaya,” terang Mufti Khakim, Jum’at (25/9/2020).
Mufti menambahkan, korupsi sudah menjadi tumor ganas yang menggerogoti negeri ini dan merapuhkan kekuatan bangsa Indonesia.
Penyadaran betapa bahayanya korupsi itu harus dimulai sejak dini, yaitu anak TK dan SD. “Mereka harus terus dipupuk sampai besar sehingga terinternalisasi dalam kehidupan generasi muda,” ujar Duhana selaku ketua Tim PKM-M, yang menerangkan pelaksanaan program ini pada bulan Agustus sampai September 2020.
Game dengan judul “Goess The Corruptor” atau berburu koruptor, menjadi menarik untuk diwujudkan sebagai bentuk pengabdian pada masyarakat peduli antikorupsi.
Anak usia Sekolah Dasar (SD), menurut Hasna, adalah usia bermain. Di mana pada usia tersebut adalah saat yang tepat untuk menanamkan nilai-nilai positif melalui permainan.
Oleh karena itu, dipilihlah model permainan atau game. Dan game guess the corruptor ini merupakan modifikasi dari game Warewolf, terutama di konten dan juga peralatannya dibuat sedemikian rupa. “Sehingga menyenangkan bagi anak-anak dalam bermain,” terang Hasna.
Kata Hasna, memahami nilai yang terkandung dalam permainan akan lebih mudah dimengerti oleh anak-anak. “Karena mereka juga bermain peran dan terlibat langsung dalam permainan tersebut,” ungkap Hasna.
Permainan ini bisa dimainkan secara luring (langsung antarpemain berinteraksi) maupun daring melalui media internet. Oleh karena itu dibuatlah dua modul pelatihan, baik luring maupun daring.
Dijelaskan Defree, untuk saat ini Tim PKM-M UAD Yogyakarta memilih menggunakan daring. “Mengingat sekarang sedang masa pandemi Covid-19, di mana menjaga kesehatan menjadi prioritas,” kata Defree.
Sekalipun berjauhan dengan media internet, permainan ini tetap seru dan mengasyikkan untuk dimainkan. “Karena anak-anak bisa belajar sambil bermain atau bermain sambal belajar,” papar Defree.
Jumlah anggota permainan ini adalah 6 orang dengan 1 orang pemandu (moderator). Harapannya, akan muncul kesadaran anak sejak awal tentang pentingya jiwa dan sikap antikorupsi di kalangan anak-anak.
SD Muhammadiyah Kayen, yang terletak di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, selaku mitra dari pengabdian tim PKM-M UAD Yogyakarta menyambut baik program tersebut.
Menurut Indriyani, Kepala SD Muhammadiyah Kayen, program ini selain menjadi media pembelajaran, juga menjadi hiburan bagi anak-anak yang belajar daring. “Sebab setelah disimulasikan, permainan ini sangat mengasyikkan dan menantang,” kata Indriyani.
Lebih utama, harapannya anak-anak akan memahami pesan dari permainan ini, yaitu tumbuhnya mental dan sikap antikorupsi.
“Selain itu, kerja sama program ini akan berlanjut sehingga anak-anak akan mendapatkan banyak hal dari para mahasiswa yang melakukan pengabdian masyarakat,” papar Indriyani. (ASA)
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow