Poros Pelajar DIY Siap Respon Isu Nasional
YOGYAKARTA — Beragam isu dan problematika silih berganti datang di negeri Indonesia, mulai dari kenaikan harga BBM, sistem pendidikan nasional, dan beberapa persoalan terkait lainnya. Hal ini tentu memancing respon dari berbagai pihak, salah satunya dari kalangan pelajar.
Guna membahas hal tersebut, sejumlah organisasi pelajar di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) seperti Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM), Pelajar Islam Indonesia (PII), Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU), dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) berkumpul dalam Konsolidasi Pelajar DIY, hari Selasa (6/9), di Graha YKU.
Konsolidasi Pelajar DIY ini digelar sebagai bentuk keprihatinan para pelajar meilhat isu nasional yang kian meresahkan masyarakat. Hal tersebut diamini oleh Gusti Rian Saputra selaku Kepala Bidang Komunikasi Ummat PW PII Yogyakarta Besar.
“Ada beberapa isu nasional yang kami bahas, seperti kenaikan harga BBM, RUU Sisdiknas, PPPK. Karena itu, kami di sini juga merekomendasi kepada Pemda DIY untuk merumuskan undang – undang yang berpihak kepada pelajar,” jelasnya.
Terkait Sisdiknas, Gusti yang mewakili PII menilai jika nilai fundamental yang tertuang dalam RUU Sisdiknas tidak terakomodir dengan baik. Menurutnya, hal-hal yang sudah tercantum dalam Sisdiknas sebelumnya pada tahun 2003, beberapa pasal dihilangkan dan terdapat indikasi industrialisasi pendidikan di dalam RUU Sisdiknas ini.
Maka dari itu, ia menegaskan bahwa para pelajar perlu mengambil tindakan, salah satunya dengan berkumpul dan berdiskusi seperti kali ini. “Karena itu, malam ini merupakan momentum atau ikhtiar kita untuk membela kepentingan umat dan pelajar,” tegas Gusti.
Sementara itu, Ketua PW IPNU DIY, Didi Manarul Hadi berpesan agar pertemuan antar organisasi kepelajaran harus terus berkelanjutan dalam rangka mengawal kepentingan pelajar dan isu-isu kepelajaran. Dalam diskusi tersebut, ia juga menjelaskan banyak hal mengenai Isu – isu pelajar dan dunia pendidikan yang bisa dikaji dan disuarakan, di antaranya terkait kekerasan jalanan atau klitih yang mayoritas pelakunya adalah pelajar, komersialisasi pendidikan, dan pemerataan pendidikan, serta inklusifitas dunia pendidikan.
“DIY sebagai kota pelajar seharusnya menjadi barometer pelajar di Indonesia, oleh karenanya organisasi kepelajaran harus bersatu dan menunjukkan eksistensinya dengan gagasan – gagasan yang cemerlang,” papar Didi.
Adapun, terkait kenaikan harga BBM, IPNU DIY menilai pemerintah seharusnya mengkaji kembali terkait kenaikan BBM tersebut, “karena bagaimana pun semua elemen masyarakat terdampak dari adanya kenaikan BBM tersebut, termasuk pelajar dalam hal biaya akomodasi dan transportasi. Di samping itu kenaikan BBM ini sangat berpengaruh pada stabilitas ekonomi nasional, terlebih pasca pandemi yang baru saja pada tahap pemulihan,” tandasnya.
Setali tiga uang dengan yang disampaikan oleh IPNU, PW IPPNU DIY yang diwakili oleh Fildzah Lina Rohmatina selaku Ketua, menyebut jika kenaikan harga BBM sangat mempengaruhi mobilitas warga indonesia, apalagi di kalangan pelajar putri, dimana untuk berjuang, sekolah, kuliah, dan lain – lain membutuhkan transportasi yang berasal dari BBM tersebut. Seiring dengan kenaikan BBM ini, kebutuhan lainnya juga akan ikut naik.
“Jadi bisa kita lihat betapa banyak pengaruh nya kenaikan harga BBM ini bagi IPPNU, bukan hanya IPPNU tapi juga masyarakat umum juga merasakan dampak dari kenaikan harga BBM tersebut,” jelasnya.
Fildzah juga menambahkan, perempuan sekarang harus berkontribusi atas berbagai isu yang sedang menjadi trending di Indo, saatnya perempuan ikut andil dan menyatakan sikap dengan isu – isu terkini agar peran perempuan tidak dipandang sebelah mata.
“Sebagai pelajar putri NU harus bisa menyikapi dengan kepala dingin, dengan cerdas, supaya tidak ikut terbawa emosi,” tambah Lina.
Dalam pertemuan tersebut, juga disepakati pembentukan Poros Pelajar DIY, yang terdiri dari organisasi pelajar macam IPM, PII, IPNU, IPPNU, dan lain – lain. Melihat hal tersebut, Ketua Umum PW IPM DIY, Racha Julian Chairurrizal menyambut positif pembentukan poros pelajar ini.
“Kami dari IPM menyambut baik momentum pergerakan kolektif organisasi-organisasi pelajar DIY yang tergabung dalam Poros Pelajar DIY. Terbentuknya Poros Pelajar DIY ini juga semakin meneguhkan bahwa semangat semua organisasi pelajar di DIY ini pada dasarnya sama, yaitu membela kepentingan pelajar tanpa terkecuali,” ujarnya.
Racha juga berharap Poros Pelajar DIY ini bisa menjadi kekuatan besar untuk menarik kebijakan – kebijakan yang tidak ramah pelajar menjadi ramah pelajar. Tak lupa, ia mengingatkan agar jangan sampai ada klaim dan pengunggulan ego antar organisasi apabila sudah berada dalam forum ini.
“Kita (Organisasi-Organisasi Pelajar) jalan sendiri-sendiri aja sudah lemah, apalagi kalau kita saling bermusuhan dan terpecah belah,” kata Racha.
Editor: Dzikril
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow