Pak Haedar Harapkan IMM Wujudkan Semangat Kosmopolitanisme Islam di Kalangan Anak Muda
YOGYA – Pelantikan Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (DPP IMM) 2021-2023 berlangsung di Amphitarium Kampus Utama Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Jalan Ringroad Selatan Yogyakarta, Ahad (28/11). Acara berlangsung secara online dan offline.
Hadir antara lain Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof. Dr. H. Haedar Nashir, M.Si., Menteri Pemuda dan Olahraga Dr. H. Zainudin Amali, S.E., M.Si., Ketua Umum PP ‘Aisyiyah Dr. Siti Noordjannah Djohantini, M.M., M.Si., Ketua BPH UAD Prof. Dr. Marsudi Triatmodjo, M.Hum., Rektor UAD Dr. Muchlas, M.T., dan Ketua Umum DPP IMM 2018-2020 Najih Prastiyo, S.H., M.H.I.
Pembacaan ikrar dipandu Abdul Musawir Yahya, Ketua Umum DPP IMM terpilih 2021-2023. Ia didampingi Sekretaris Jenderal Zaki Nugraha dan Bendahara Umum Rian Betra Delza sebagai Bendahara Umum. Kepengurusan ini hasil Muktamar XIX IMM di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, Oktober 2021.
IMM periode 2021-2023 mengusungl tema Inklusif Berkemajuan. Menurut Abdul Musawir Yahya dalam pidato iftitahnya, makna kata inklusif secara harfiah adalah membuka diri atau mengikutsertakan.
“Dari inklusif itu, kita bisa mengambil makna bahwa ada kolaborasi sebagaimana tema besar Muktamar Muhammadiyah 2015 di Makassar, yakni Islam berkemajuan. Artinya, ada cita-cita besar bagi bangsa negara dan dunia untuk membangun peradaban manusia yang lebih bermartabat,” tutur Abdul.
Ia menuturkan jawaban hasil analisis teman-teman mahasiswa Indonesia bahwa adanya eksklusivitas gerakan atau golongan mahasiswa. Banyak gerakan mementingkan golongan sendiri. Gerakan mahasiswa cenderung mengedepankan kelompok masing-masing.
“Inilah yang menjadikan keresahan kita bersama di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah. Hari ini mari kita berkolaborasi, tidak ada musuh selain kapitalisme, kemiskinan, dan kemunduran,” ajaknya.
Haedar Nashir berpesan agar IMM terus menjaga tradisi dalam sketsa panjang perjalanan Muhammadiyah. Sekaligus mengupayakan pengembangan kapasitas untuk mewujudkan Islam sebagai Dinul-Hadharah.
Sketsa panjang yang dimaksud adalah kehadiran Muhammadiyah selalu memberi lompatan zaman ke arah kemajuan yang bersifat adil, objektif, dan moderat sembari menggunakan ilmu pengetahuan dengan tetap berprinsip pada Al Qur’an dan Sunnah Nabawiyah sebagaimana yang dicontohkan oleh K.H. Ahmad Dahlan.
“Sudah menjadi keniscayaan bahwa sketsa besar ini harus kita rekonstruksi di tengah perubahan dinamika keumatan, dinamika kebangsaan, dan dinamika global. Ini memerlukan pikiran-pikiran besar, sketsa besar karena spektrumnya juga berbeda dari masa lalu,” katanya.
Ia berharap, DPP IMM di masa kepemimpinan baru dapat mewujudkan semangat kosmopolitanisme Islam di kalangan anak-anak muda dengan terobosan-terobosan baru sehingga sketsa besar Muhammadiyah terus menjadi tradisi yang terjaga.
“Kami berharap IMM ada di garda depan itu. Mampu menerjemahkan Islam dengan Islam Berkemajuan dalam sketsa besar di bidang politik, ekonomi, budaya, bahkan dalam alam pikiran saat ini di tengah lalu-lintas alam pikiran yang begitu rupa bahkan berbenturan satu sama lain,” tegasnya.
Menpora Zainuddin Amali melalui kuliah umumnya, menyampaikan agar IMM jangan berubah. Sebagai organisasi otonom di bawah naungan Muhammadiyah, IMM harus mampu menjaga dan melestarikan tradisi modernisasi dan kemajuan seperti yang telah dicontohkan oleh pendiri Muhammadiyah dan penerusnya.
Berkaitan dengan inklusif berkemajuan, kata Amali, IMM tidak perlu khawatir. “Saya katakan bahwa Muhammadiyah merupakan organisasi paripurna, bagaimana mengelola organisasi yang sejalan urusan dunia, ekonomi, pendidikan, kesehatan, namun urusan dakwah juga jalan. Hal ini tidak mudah dan bisa menjadi referensi bagi IMM,” tambahnya. (*)
Wartawan: Dzikril Firmansyah Atha Ridhai
Editor: Heru Prasetya
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow