Muhammadiyah With You, Kajian Rutin di Masa Pandemi

Muhammadiyah With You, Kajian Rutin di Masa Pandemi

Smallest Font
Largest Font

YOGYA – Kasus Covid-19 yang memuncak awal Juli lalu memaksa pemerintah menetapkan kebijakan membatasi kegiatan masyarakat. Pengajian Muhammadiyah With You yang diselenggarakan Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC) PWM DIY dapat menemani masyarakat ketika #dirumahaja. Apalagi tidak sedikit warga harus menjalani isolasi, baik mandiri maupun di shelter, dan memerlukan kegiatan positif untuk mengisi waktu.

Diadakan setiap hari setelah Isya’ (pukul 19.30), pengajian yang sudah memasuki seri ke-303 ini menghadirkan beragam tema dan berbagai pembicara yang sangat relevan dan bermanfaat. Secara rutin tiap Senin dan Kamis mengupas topik agama. Tiap Selasa dan Jumat membahas tema psikologi, serta Rabu dan Sabtu mendiskusikan kesehatan. Lalu tiap Ahad malam ada sharing dari para penyintas corona.

Advertisement
Scroll To Continue with Content

Tidak hanya dibuka untuk warga Muhammadiyah, pengajian ini sifatnya terbuka untuk umum. Saat pertama kali diadakan sekitar bulan September 2020, kegiatannya masih ditujukan untuk para pasien isoman dan pasien yang berada di shelter UNISA (Universitas Aisyiyah) dan PPA (Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah). Namun, seiring berjalannya waktu semakin lama ternyata peminatnya semakin banyak.

“Jamaah yang ikut pun dari berbagai daerah di Indonesia,” tutur Irwan Rosadi, S.Psi., M.Psi., Psikolog, salah satu anggota pengelola pengajian Muhammadiyah With You. Pernah juga jamaah yang hadir dari Arab Saudi dan Malaysia. Untuk memudahkan berbagi update informasi pengajian, para peserta diwadahi dalam grup WhatsApp yang saat ini anggotanya mencapai lebih dari 200 orang.

Pada seri ke-303 Selasa (20/7), tema yang diangkat adalah “Pendampingan Psikologis pada Balita Isolasi Mandiri”. Novia Fetri Aliza, S.Psi., M.Psi Psikolog yang menjadi pembicara mengupas cara mengelola emosi negatif yang sering muncul di situasi pandemi seperti ini. Karena kondisi ini tidak hanya mempengaruhi kesehatan, ekonomi keluarga juga ikut diuji. Baik anak-anak maupun orangtua semuanya berpotensi mengalami emosi-emosi negatif.

Menurut penjelasan pembicara yang kerap disapa Aliza ini, ketika emosi negatif muncul yang terpenting adalah menyadarinya dahulu. Tidak masalah kalau harus marah, tapi perlu dibatasi waktu dan caranya. Ia pun mencontohkan hal yang sama pada anaknya dengan menyampaikan, “Marah boleh, tapi ada syaratnya, tidak boleh menyakiti diri sendiri, menyakiti orang lain, dan merusak lingkungan.” Ketika orangtua bisa stabil dalam mengelola emosi, anak juga akan mudah distabilkan. (*)

Wartawan: Ahimsa
Editor: Heru Prasetya

Editors Team
Daisy Floren

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow