Membumikan Aksiologi Pelajar Berdaulat
YOGYAKARTA — Menyoal isu pendidikan terlontar dalam pembukaan Pelatihan Kader Madya Taruna Melati
(PKMTM) 3 Pimpinan Wilayah Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PW IPM) DIY, Ahad (12/1/2020) pagi di Gedung DPD RI DIY Jl Kusumanegara Yogyakarta.
Adapun TM 3 IPM DIY yang diadakan 12 – 17 Januari 2020, kali ini mengusung tema “Membumikan Aksiologi Pelajar Berdaulat” dihadiri puluhan pelajar Muhammadiyah di DIY dan organisasi poros pelajar: PW PII Yogyakarta dan PW IPPNU DIY.
Ahmad Hawari Jundullah, Ketua Umum PW IPM DIY, berharap kegiatan ini bisa membakar semangat bagi 38 orang peserta dari dalam dan luar DIY serta tamu undangan.
Menurut Ahmad Hawari, sebagai pelajar DIY yang punya privilage sebagai kota pelajar sudah sepatutnya harus membuktikan bahwa yang harus ditonjolkan dari pelajar adalah segi intelektualitas, spiritualitas dan religiusitas.
Kemudian, Ketua PP IPM Bidang Perkaderan, Monica Subastia, mengapresiasi atas terselenggaranya PKM TM 3 IPM DIY.
Mewakili PP IPM, Monica Subastia ucapkan selamat kepada PW IPM DIY atas terselenggaranya PKM TM 3. “Semoga setelah TM 3 ini peserta mampu membumikan dan mengaksiologikan gerakan pelajar berdaulat di daerahnya masing-masing,” ujarnya.
Prosesi pembukaan ditandai dengan penyerahan kain batik kepada peserta, dilanjutkan dengan agenda collaboratalk dengan tema pelajar sebagai subjek pendidikan Indonesia.
Sebagai pemantik dalam collaboratalk ini adalah Drs. Muhammad Afnan Hadikusumo (Anggota DPD RI Perwakilan DIY), Muhammad Khoirul Huda, M.Pd (Majelis Dikdasmen PP Muhammadiyah), dan Iman Sumarlan, S.IP, MHI (MPK PWM DIY).
Dalam keynote speechnya, Afnan memotivasi para peserta TM 3 dan para pelajar DIY.
Hal yang terpenting dalam kehidupan ini, menurut Afnan, adalah kemandirian. “Mumpung masih muda dan masa depan masih panjang, gunakan waktu sebaik-baiknya untuk mengikuti kegiatan-kegiatan yang bermanfaat dan cari pengalaman sebanyak-banyaknya seperti pelatihan taruna melati ini,” papar Afnan.
Lalu, Muhammad Khoirul Huda dari Dikdasmen PP Muhammadiyah, turut memaparkan pendapatnya mengenai pendidikan di Indonesia.
Beliau menyatakan bahwa pelajar mulai berserikat atas nama ideologi ketika mereka mulai mengenakan seragam. “Walaupun menurut PISA tingkat literasi Indonesia masih rendah, akan tetapi masyarakat Indonesia memiliki tingkat melek baca yang cukup bagus,” kata Khoirul Huda.
Pada kesempatan itu, Iman Sumarlan berbicara mengenai sembilan persoalan pendidikan meliputi regulasi standar nasional pendidikan yang masih menggantung, pergantian kurikulum, karut-marut kebijakan dan undang-undang pendidikan, digitalisasi pendidikan, pendidikan karakter, sistem penganggaran dan pengadaan sekolah yang tidak seragam ataustandar, sistem belanja sekolah, masa depan buku pendidikan, pengembangan budaya literasi dengan program menulis dan meringkas.
Iman mengungkapkan, jika Kurikulum 2013 (Kurtilas) itu sudah bagus karena sesuai dengan pelajar abad 21.
Selain itu, dia juga menjelaskan terkait digitalisasi pendidikan. “Dalam hal ini seorang guru tetap tidak bisa digantikan oleh teknologi karena guru akan menjadi teladan bagi para pelajar,” ungkapnya.
Seharusnya, kata Iman Suparlan, buku harus digratiskan. “Buku apa saja, baik buku pelajaran maupun non-pelajaran,” kata Iman, yang menambahkan hal ini dilakukan agar bisa meningkatkan literasi di kalangan pelajar. (*\)
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow