Majelis Tabligh PP Muhammadiyah Ajak Mubaligh IMM Membongkar Dikotomi Agama dan Sains

Majelis Tabligh PP Muhammadiyah Ajak Mubaligh IMM Membongkar Dikotomi Agama dan Sains

Smallest Font
Largest Font

BANTUL – Tema membongkar dikotomi agama dan sains adalah tema yang cukup berat karena perdebatan agama dan sains ini berlangsung lama berabad-abad.

“Kita akan membongkar dikotomi agama dan sains dengan khasanah muslim. Ibnu Ishaq yaitu salah satu penulis awal yang menulis Sirah Nabawiyah,” kata Dr. Askuri Ibnu Chamim, M.Si., Sekretaris Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah saat menjadi narasumber materi “Membongkar Dikotomi Agama dan Sains” di PM3NAS Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, Jumat (11/10).

Advertisement
Scroll To Continue with Content

Dalam khasanah muslim, selain Nabi Idris a.s. terdapat Nabi yang disebut Enoch/Henokh. Enoch menuliskan buku mengenai medis. درس dalam bahasa Arab yaitu belajar atau menerjemahkan. Terdapat satu tokoh lagi yaitu bernama Hermes Trismegistus, salah satu dewa pengetahuan. Hermes ini ahli dalam berbegai bidang pengetahuan dan ilmu. Itulah mengapa Islam itu sangat dekat dengan ilmu pengetahuan. 

Kenapa bangsa kuno menyembah banyak tuhan? Pada dasarnya bangsa kuno adalah monoteisme. Ketika bahasa mereka semakin beragam, maka banyak pula sebutan tuhan yang berbeda-beda. “Maka pada saat itu dianggap terjadi perbedaan tuhan, padahal sebenarnya mereka menyembah satu tuhan yang sama,” ujarnya.

Agama bangsa kuno bertransformasi menjadi politeisme. Disisi lain setiap bangsa melakukan glorifikasi atau pengagungan seperti pembuatan patung. Namun seiring berjalannya waktu patung yang dibuat itu disembah. Pada awalnya mereka untuk menghormati patung, tetapi lama kelamaan menyembah patung tersebut. 

Agama juga berkontribusi dalam ilmu pengetahuan untuk menemukan realitas kehidupan seperti bagaimana makhluk hidup diciptakan dan lainnya. Maka dari itu hal tersebut terkandung dalam Al Qur'an. Semakin lama banyak orang yang bertanya, apakah setan itu ada? Apakah Tuhan itu laki-laki? Pertanyaan pertanyaan tersebut lalu diupayakan untuk dicari tahu jawabannya, tetapi hal hal teologis tidak bisa dicerna dengan nalar. 

Kenapa akal itu sebagai sumber pengetahuan? Hal ini masuk ke dalam rasionalisme, yaitu sebagai sumber pengetahuan untuk menemukan kenyataan. “Seperti di Muhammadiyah itu ada yang namanya Hisab yang rasional menggunakan akal untuk memperhitungkan,” jelasnya.

Terdapat empat sumber pengetahuan, diantaranya mitos, agama, Akal, Panca Indera. Maka manusia mengembangkan sistem verifikasi untuk menguji apakah pengetahuan itu kebenaran atau sebatas mitos atau kebohongan. Maka dari itu munculah disiplin ilmu filsafat epistemologi. 

Semua ilmu sains itu menggunakan ilmu empiris. Ajaran agama seperti keberadaan tuhan itu dipertanyakan, karena tidak bisa dibuktikan secara empiris. Orang-orang meragukan kisah tentang Nabi Musa a.s. karena tidak dapat dibuktikan secara empiris. 

Maka dari itu munculah Atheisme dan Agnostik yang masih mempertanyakan keberadaan Tuhan. August Comte  merupakan seorang filsuf yang melahirkan atau berkontribusi dalam filsafat positivisme yang menekankan pentingnya pengetahuan secara empiris. 

Apabila dikulik lebih dalam memang agama dan sains saling terikat satu sama lain. Agama dan sains adalah dua hal yang berjalan beriringan. Semakin perkembangan sains meningkat, agama yang benar akan selaras dengan perkembangan zaman. “Agama Islam tentunya yang paling relevan dengan perkembangan zaman,” tandasnya. (*)

Editors Team
Daisy Floren

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow