Kolaborasi PWPM Aceh dengan BPDPKS Hasilkan Produk Olahan Higienis

Kolaborasi PWPM Aceh dengan BPDPKS Hasilkan Produk Olahan Higienis

Smallest Font
Largest Font

BANDA ACEH  Kelapa sawit merupakan salah satu komoditi hasil perkebunan yang mempunyai peran penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia. Kelapa sawit juga merupakan salah satu komoditas ekspor Indonesia yang cukup penting sebagai penghasil devisa negara sesudah minyak dan gas.

Banyaknya lahan perkebunan tanaman kelapa sawit yang sudah tidak menghasilkan, istilahnya tanaman tidak menghasilkan (TTM) atau memasuki tahap peremajaan menjadi salah satu kekuatan bagi usaha industri rumah tangga gula merah dari nira kelapa sawit. Batang sawit dapat menghasilkan nira sawit untuk dijadikan gula merah yang memiliki nilai ekonomi. Ungkap Ketua Ketua Panitia Workshop UKMK Sawit Goes to Campus Abu Bakar Jafar

Advertisement
Scroll To Continue with Content

Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah (PWPM) Aceh dan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) melakukan beberapa trobosan untuk memanfaat peluang turunan produksi sawit tersebut dengan  menjadikan limbah sawit menjadi gula merah. 

nira sawit memiliki potensi nilai ekonomi yang cukup besar selain untuk membantu biaya hidup atau pendapatan petani selama sawit masih dalam masa belum menghasilkan. Inovasi usaha pengolahan gula merah dari air nira batang kelapa sawit ini masih baru dilakukan dengan UKMK PWPM Aceh atau skala rumah tangga (kecil).

Untuk itu Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah (PWPM) Aceh bersama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) melaksanakan kegiatan Workshop UKMK Sawit Goes to Campus tanggal 18 – 19 Oktober 2024, di Aula Fakultas Ekonomi lt. 4 Universitas Muhammadiyah Aceh (UNMUHA). Jum’at (18/10)

PWPM Aceh selanjutnya menggandeng Asosiasi Petani Kelapa Sawit Perkebunan Inti Rakyat (ASPEKPIR) merupakan organisasi yang berkedudukan di Jakarta dan memiliki 15 DPD I di Indonesia untuk memproduksi nira tersebut. Kegiatan pembuatan gula merah tersebut dilakukan di Universitas Muhammadiyah Aceh (UNMUHA)

Penyadapan nira kelapa sawit dari TTM ini ada dua cara yaitu pertama mengiris tangkai bunga yang seludangnya belum membuka. Nira yang dihasilkan dari cara penyadapan ini memiliki aroma dan rasa yang khas, namun jumlah yang dihasilkan sedikit. 

Cara kedua penyadapan nira dapat dilakukan setelah pohon ditumbang selama 3 – 7 hari. Pohon kelapa sawit yang tumbang menghasilkan rata-rata 3,4 – 146,7 liter dengan kadar gula 8 – 19,1%. Banyaknya nira yang dihasilkan bergantung pada besarnya pohon yang disadap

Gula merah sawit yang diproduksi dengan ukuran rata-rata 250 gram per biji, tidak jauh berbeda dengan gula merah lainnya termasuk aren. Gula tersebut akan kita pasarkan di setiap Hotel yang ada di Banda Aceh. 

Masyarakat pada umumnya lebih mengenal gula merah yang terbuat dari nira tanaman aren dan masih sangat sedikit masyarakat yang mengetahui bahwa gula merah juga dapat diolah dari nira kelapa sawit, padahal kualitas gula merah yang dihasilkan tidak jauh berbeda. 

Ini mengakibatkan harga gula merah dari kelapa sawit lebih rendah dibandingkan gula merah aren di pasaran. Gula merah sawit diperkenalkan sebagai gula aren nomor dua. Tantangan yang dihadapi oleh agroindustri gula merah kelapa sawit adalah strategi pemasaran produk yang terbatas hanya di beberapa pasar tradisional di Kota Banda Aceh juga beberapa daerah yang berdekatan dengannya, pembuatan produk berdasarkan pesanan, produsen bertindak sebagai penerima harga.

Ada beberapa pola pemasaran yang terlibat dalam pemasaran gula merah sawit dari produsen atau pengrajin hingga ke konsumen. Pada umumnya pedagang pengumpul desa sudah mempunyai pengrajin langganan. Pedagang pengumpul desa datang ke rumah pengrajin secara berkala dua atau tiga hari sekali. (*)

Editors Team
Daisy Floren

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow