KOKAM, TS, & HW DIY Napak Tilas Pejuang ’45 pada HUT RI 77 Tahun

KOKAM, TS, & HW DIY Napak Tilas Pejuang ’45 pada HUT RI 77 Tahun

Smallest Font
Largest Font

YOGYAKARTA — Perjuangan bangsa angkatan tahun 1945 patut menjadi tauladan generasi sekarang. Hal inilah yang melatarbelakangi Markas Wilayah KOKAM Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menggelar agenda touring Napak Tilas Pejuang Angkatan 45.

Napak tilas ini dihelat oleh KOKAM bersama dengan Tapak Suci dan Hizbul Wathan DIY. Agenda ini dilaksanakan pada Ahad (21/8), dibuka secara resmi oleh Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah DIY, Gita Danu Pranata dan Ketua Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah DIY, Anton Nugroho.

Advertisement
Scroll To Continue with Content

Napak tilas dimulai dari Makam Karangkajen Kompleks Masjid Jami Karangkajen dan di makam inilah, KH. Ahmad Dahlan dikebumikan. Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Yogyakarta, Ki Ashad Kusuma Djaya yang menjadi narasumber menyampaikan bahwa dari KH Ahmad Dahlan, sejarah Muhammadiyah dimulai dan generasi penerus KH Ahmad Dahlan inilah yang menuliskan tinta sejarah perjuangan bangsa. Turut hadir juga Widyastuti dari keluarga KH. Ahmad Dahlan.

Tujuan selanjutnya adalah ke Taman Makam Pahlawan (TMP) Kusumanegara. Di sini, rombongan yang dipimpin Akhid Widi Rahmanto selaku senior KOKAM DIY, berziarah ke Makam Panglima Besar Sudirman. Perjuangan Jenderal Besar Sudirman menjadi kisah yang terpatri di hati warga Muhammadiyah. Sebagai kader Muhammadiyah, keteguhan hati dan kelurusan jiwa Jenderal Sudirman menjadi corak karakter beliau.

Kemudian, rombongan beranjak menuju Kompleks Perguruan Muhammadiyah Darul Ulum, Galur, Kulon progo. Di Darul Ulum ini, peserta napak tilas mengikuti urian Suwardjono, yang merupakan sesepuh Muhammadiyah Galur. Tempat ini muncullah Pak AR Fachrudin, Ketua Umum PP Muhammadiyah dengan karakter yang dirindukan anggota Muhammadiyah bersekolah. Pak AR, panggilan akrabnya, adalah orang asli Galur, Kulon progo.

Setelah itu, rombongan berangkat ke Kampung Tegallayang, Srandakan, Bantul. Hadjam Murusdi, sesepuh Muhammadiyah Tegallayang, berkisah mengenai hijrahnya Askar Perang Sabil (APS) ke Tegallayang. APS adalah organisasi kelaskaran yang diinisiasi oleh ulama-ulama Muhammadiyah, yang didirikan pada 23 Juli 1947, di Masjid Taqwa Suronatan. APS didirikan atas restu Sri Sultan HB IX sebagai respon atas Agresi Militer I Belanda yang menduduki ibukota negara RI.

Saat Agresi Militer II, pada 19 Desember 1948, Belanda menawan Soekarno dan Hatta, alhasil Panglima Besar Jenderal Sudirman menyerukan perang gerilya. APS ikut bergerilya dengan membangun basis pasukan di luar Kota Yogyakarta. Tegallayang menjadi basis APS saat semua tentara dan laskar keluar dari Kota Yogyakarta untuk melaksanakan perang gerilya.

Ndan Soni selaku Komandan KOKAM DIY berharap agenda napak tilas ini dapat menjadi penyemangat dan mengajak Angkatan Muda Muhammadiyah untuk jangan melupakan sejarah ”Jas Merah” mengenal sejarah bangsa, khususnya sejarah Muhammadiyah di tahun 1945. (*)


Penulis: Iwan KC Setiawan

Editor: Arief Hartanto.

Editors Team
Daisy Floren

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow