Ketika Ketua Umum PP NA Bicara tentang Perkaderan Muhammadiyah

Ketika Ketua Umum PP NA Bicara tentang Perkaderan Muhammadiyah

Smallest Font
Largest Font

YOGYA – Kajian Fathul Asrar Miftahussa’adah yang dikelola Majelis Tabligh Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Yogyakarta kembali hadir Sabtu (20/11). Kali ke-14 ini mengangkat tema “Refleksi Milad ke-109 Muhammadiyah: Memperkokoh Perkaderan Berbasis Keluarga Tangguh”.

Dilakukan secara online termasuk disiarkan melalui YouTube, kegiatan selepas Shubuh ini diikuti lebih dari 400 peserta. Narasumber yang dihadirkan Diyah Puspitarini, M.Pd, Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Nasyiatul ‘Aisyiyah.

Advertisement
Scroll To Continue with Content

Acara dibuka dengan sambutan oleh Drs. H. Akhid Widi Rahmanto, Ketua PDM Kota Yogyakarta. “Perkaderan adalah keniscayaan yang dilakukan melalui majelis, lembaga, dan ortom,” tegasnya.

Sedangkan Diyah Puspitarini mengulangi penjelasan Prof. Haedar Nashir (Ketua Umum PP Muhammadiyah) soal moderasi beragama. Ia menuturkan pentingnya sifat ini untuk menghadapi tantangan bangsa dengan banyak keanekaragaman. Perbedaan hal yang biasa, tetapi jangan diperbesarkan.

Tentang perkaderan, Diyah yang juga dosen Universitas Ahmad Dahlan ini menyampaikan tiga basis perkaderan di Muhammadiyah: keluarga, lingkungan, serta amal usaha.

Ia mengaku terlibat dan lekat di Muhammadiyah melalui Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) yang pernah bernama Ikatan Remaja Muhammadiyah (IRM). Berkat dorongan sang ayah, meskipun sebetulnya bukan dari sekolah Muhammadiyah, Diyah dapat aktif di IRM.

Basis perkaderan kedua ialah lingkungan. Diyah mengaku, kebanyakan temannya tertarik bergabung di persyarikatan karena ajakan teman lain, melalui pengajian, atau karena pernyataan sikap Muhammadiyah sendiri. “Ini yang menarik, ada trend kenaikan bergabung ke Muhammadiyah,” jelasnya.

Hal itu disebabkan sikap Muhammadiyah yang egaliter dan selalu berada di tengah-tengah. Kebanyakan masyarakat yang terlibat ialah warga perkotaan. Di samping itu, para karyawan amal usaha sebenarnya secara tidak langsung juga mengalami proses perkaderan.

Narasumber menampilkan beberapa data tentang dampak ekstrem pandemi di keluarga yang diambil dari BKKBN, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, serta Kementerian Sosial (Kemensos). Situasi pandemi menjadi salah satu tantangan besar warga Muhammadiyah termasuk di level keluarga.

Misalnya, kenaikan angka perceraian sebanyak 10-15%, kenaikan perkawinan anak 10%, kenaikan kekerasan dalam rumah tangga mencapai 15-20%, serta kenaikan anak stunting sekitar 1-3%.

Allah SWT mengingatkan kaum beriman dalam Surat At-Tahrim (66) ayat 6, “Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”

Di situasi pandemi Covid-19 ini, orang beriman harus memastikan keluarga tidak tertular virus dan dijauhkan dari dampak-dampak ekstrem tadi. Diyah mencontohkan bagaimana Ahmad Dahlan melakukan perkaderan di Muhammadiyah sebagai lahan beramal.

Ia mengajak keluarga inti dan keluarga besarnya, para tetangganya, sahabat-sahabatnya, serta tokoh-tokoh yang diakrabi. Di antara kenalannya ialah HOS Tjokroaminoto, Dr. Soetomo, dan lain-lain yang merupakan tokoh Sarekat Islam dan Boedi Oetomo.

Diyah menegaskan, definisi keluarga sakinah ialah bangunan keluarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan sah dan tercatat di kantor urusan agama, dilandasi rasa tanggung jawab dalam menghadirkan suasana kedamaian, ketenteraman, dan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

Di NA, keluarga sakinah juga memperoleh sebutan sebagai keluarga tangguh. Terdapat 10 pilar yang merupakan penyokong dari ketangguhan keluarga ini.

  1. Kokoh akidah dan akhlaqul karimah
  2. Sehat jasmani, rohani, dan lingkungan
  3. Kemandirian
  4. Keadilan dengan semangat Al-Ma’un
  5. Misi perdamaian
  6. Demokrasi
  7. Anti kekerasan
  8. Kesetaraan akses
  9. Ramah lingkungan
  10. Tanggap bencana

Diyah menegaskan pentingnya perkaderan untuk dilibatkan dan terus dikuatkan mulai dari level keluarga. “Karena dari perkaderan ini pula, kita tahu bahwa Muhammadiyah dapat terus berkontribusi hingga satu abad. Itu fakta dan nyata,” ungkapnya. (*)

Wartawan: Ahimsa W. Swadeshi
Editor: Heru Prasetya

Editors Team
Daisy Floren

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow