Kajian ‘Aisyah IMM UAD: Stop Baperan, Mari Berperan
YOGYA – Kajian “Menjadi ‘Aisyah Masa Kini” diadakan secara daring dengan tema “Stop Baperan, Yuk Jadi Muslimah yang Berperan untuk Masa Depan”. Kegiatan ini kolaborasi sejumlah pimpinan komisariat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) yakni Farmasi, FKM (Fakultas Kesehatan Masyarakat), dan FTI (Fakultas Teknologi Industri).
Ella Yussy Dwi Astuti, S.S. (Presiden Mahasiswa UAD 2015-2016) menjadi pemateri dalam forum yang diikuti kurang lebih 25 peserta ini.
Ella melemparkan sebuah pertanyaan kepada audiens, “Apa yang menghambat kamu dalam mengembangkan minat dan bakat?” Sebelum jauh-jauh berbicara soal peran muslimah, ia mengatakan penting untuk menganalisis diri sendiri terlebih dahulu.
Perempuan yang berdaya perlu belajar berani menentukan pilihan, apalagi kalau terkait dengan kewajiban. Seperti beribadah, mengenakan jilbab, dan sebagainya. “Tentu setiap pilihan ada konsekuensinya,” tutur Ella. Oleh karenanya, perempuan juga harus siap berkompromi dengan hambatan-hambatan yang menjadi konsekuensi atas pilihannya.
“Be honest to yourself,” tandasnya.
Demi kompromi tersebut, perempuan perlu berani angkat suara. Bukan berarti angkat suara ini teraik-teriak dan koar-koar sembarangan, melainkan berdasar pada ilmu yang kuat. Tentu saja di antara ilmu-ilmu tersebut adalah ajaran agama dan wawasan pengetahuan yang luas.
Selain itu, pembicara yang saat ini tergabung dalam korps IMMawati DPP (Dewan Pimpinan Pusat) IMM juga menyampaikan bahwa penting bagi perempuan untuk saling mendukung satu sama lain. Faktanya, dalam aktivitas ekonomi, politik, dan pembuatan keputusan, peran perempuan masih sangat minim. “Ini tidak hanya untuk menuntut hak, tapi juga menunjukkan bahwa perempuan juga bisa berperan,” tutur Ella.
Ia pun menampilkan sosok Nyai Walidah, pendiri ‘Aisyiyah, salah satu representasi perempuan yang mampu berperan tidak hanya dalam lingkup domestik (keluarga), juga di masyarakat. Paradigma patriarki yang menganggap bahwa peran perempuan hanya di rumah sangat disayangkan. Kehidupan keluarga akan lebih utuh ketika suami dan istri saling bekerjasama.
Ia juga masuk ke dalam topik mengenai gender dalam Islam. Mengacu pada penelitian M. Rusydi yang berjudul “Relasi Laki-laki – Perempuan dalam Al Qur’an menurut Amna Wadud”, Ella mengungkapkan tiga prinsip utama untuk menyelesaikan problem gender, yakni tauhid, takwa (ukuran derajat manusia adalah ketaqwaan), khalifah (semua muslim adalah agen moral untuk menjaga keharmonisan dunia).
Membaca ayat-ayat Al Qur’an tentang perempuan dan hubungan laki-laki-perempuan, menurut Ella, perlu dilakukan secara holistik. Setidaknya terdapat tiga aspek yang perlu diperhatikan, yakni konteks pewahyuhan ayat, komposisi dan gramatika teks, serta pandangan dunia teks. Selama ini terdapat beberapa ayat maupun hadits yang secara penafsiran perlu ditilik kembali.
Pematerian kemudian diikuti sesi tanya jawab. Setelah selesai, dilanjutkan dengan acara game untuk me-recharge semangat peserta. Panitia kemudian memberikan hadiah sebagai apresiasi bagi tiga peserta terbaik dengan kategori posttest terbaik, penanya terbaik, serta pemenang game. (*)
Wartawan: Ahimsa
Editor: Heru Prasetya
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow