Jamaluddin Ahmad: Isilah Waktu dengan Beramal Shalih

Jamaluddin Ahmad: Isilah Waktu dengan Beramal Shalih

Smallest Font
Largest Font

BANTUL – Perjalanan hidup seseorang tidak bisa terpisah oleh waktu. Bertambahnya angka tahun berarti berkurang waktu hidup seseorang, termasuk berkurangnya umur dunia yang berarti makin mendekati kiamat. Allah SWT telah mengangkat tema waktu dalam salah satu surah Al Qur’an, yakni Surah Al ‘Ashr.

Hal tersebut tersebut disampaikan M. Jamaluddin Ahmad, S.Psi., Psikolog (WakilKetua LPCR PP Muhammadiyah), dalam Kajian Ahad Pagi (Jihad Pagi), Ahad (8/80. Acara ini diselenggarakan AMM Imogiri dengan tema “Renungan Akhir Tahun 1442 H”.

Advertisement
Scroll To Continue with Content

Ia menjelaskan pesan Surah Al ‘Ashr, bahwa seluruh manusia pada dasarnya akan merugi dengan waktu yang dimiliki. Kecuali, mengisi waktu dengan keimanan yang dibuktikan dengan kemauan beramal sholeh. Pesan berikutnya, dalam tafsirI bnuKatsir seperti dikutip Hamka, untuk saling mengingatkan dengan kebenaran dan kesabaran, yakni dengan dakwah totalitas.

Sisa waktu (umur) seseorang sesungguhnya tinggal sebentar. Tertulis di potongan Surah Fathir ayat 37 yang artinya “apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam tempo yang cukup untuk berpikir bagi orang-orang yang mau berpikir, dan (apakah) tidak datang kepadamu pemberi peringatan”.

Menurut Ibnu Abbas, Hasan al-Bashri, al-Kalbi, Wahab bin Munabbih, dan Masyruq, yang dimaksud dengan “umur panjang dalam tempo (waktu tenggang) yang cukup untuk berpikir” dalam ayat tersebut adalah usia 40 tahun.

“Di usia mulai 40 tahun, secara keagamaan adalah sangat menentukan perjalanan akhir hidup kita. Tapi banyak juga yang meninggal sebelum 40 tahun. Allah SWT dalam Surah Al Hasyr ayat 18 memerintahkan kita untuk bermuhasabah, inilah perintah untuk introspeksi, evaluasi, renungan agar selalu bertakwa pada Allah. Salah satu tanda orang yang bertakwa adalah bermuhasabah,” katanya.

Jamaluddin menekankan, prestasi akhir seorang muslim yang sebenarnya yakni selamat di dunia dan akhirat (hasanah fiddunya wafil akhirah). Ada beberapa sebab perlunya bermuhasabah, di antaranya adalah:

Pertama, semua manusia akan menemui Allah dan mempertanggungjawabkan perbuatannya. Hal ini diinformasikan dari Surah Al Mukminun ayat 15.

Kedua, hidup akan lebih bermakna dan tidaksia-sia, yakni tertulis dalam Surah Ali Imran ayat 190 tentang penciptaan langit dan bumi dan bergantinya siang dan malam. Segala yang diciptakan Allah seharusnya dapat digunakan dengan lebih bermakna karena manusia telah diciptakan dengan akalnya.

Ketiga, dapat semakin memperbanyak amal sholeh dan menjauhi amal salah. Diinformasikan dari Surah Fushilat ayat 46 bahwasanya barangsiapa yang berbuat baik sesungguhnya (pahalanya) untuk dirinya sendiri, dan perbuatan jahat maka sesengguhnya (dosanya) untuk dirinya sendiri.

Keempat, salah satu ciri orang cerdas adalah orang yang selalu bermuhasabah dan beramal shaleh untuk kematiannya. Sedangkan orang lemah adalah yang mengikuti hawa nafsunya dan berangan-angan saja kepada Allah. Pendapat tersebut merupakan Sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan dari Syaddad bin Aus.

Bumi saksi dari perilaku manusia, hal itu disebut dalam firman Allah SWT di Surah Al Zalzalah ayat 4 (pada hari itu bumi menceritakan beritanya). Umar bin Khattab berpesan, hitunglah dirimu sebelum dihitung, dan timbanglah amalanmu sebelum ditimbang, dan bersiaplah dihadapkan pada Allah pada hari penghadapan yang besar.

Jamal kemudian menyampaikan beberapa pertanyaan sebagai renungan diri:

  • bagaimana kabar dan kondisi terakhir ayah dan ibu anda?
  • kapan terakhir kali anda bertemu atau menelpon mereka?
  • bagaimana hubungan kita dengan anak-anak kita/istri/suami kita/ayah dan ibu kita?
  • apakah kita sudah benar-benar mencintai Allah SWT dan Rasul-Nya? (*)

Wartawan: Afifatur Rasyidah I.N.A.
Editor: Heru Prasetya

Editors Team
Daisy Floren

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow