Inilah yang Perlu Dilakukan Agar Peran Strategis Muhammadiyah di DIY Tetap Terjaga

Inilah yang Perlu Dilakukan Agar Peran Strategis Muhammadiyah di DIY Tetap Terjaga

Smallest Font
Largest Font

Arif Jamali Muis
Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah DIY

Muhammadiyah DIY tentu mempunyai makna penting dalam perjalanan Muhammadiyah secara keseluruhan. Jika kita saat ini mengenal Muhammadiyah sebagai organisasi keagamaan modern terbesar di Indonesia bahkan dunia tentu tidak bisa melepaskan dari peran Muhammadiyah DIY. Apa yang perlu dilakukan agar peran strategis Muhammadiyah ke depan tetap terjaga?

Advertisement
Scroll To Continue with Content
  1. Menciptakan pusat-pusat keunggulan.

Kyai Dahlan mewariskan cara berfikir yang visioner sekaligus membumi dalam menyelesaikan persoalan yang terjadi di masyarakat. Cara berfikir warisan Kyai Dahlan ini harus menjadi ciri bagi Muhammadiyah DIY dalam menjalankan roda organisasi. Jika dahulu di Yogya muncul berbagai center of excelent (pusat-pusat keunggulan) seperti sekolah, rumah sakit, rumah sosial, dan lain-lain, maka sejatinya apa yang telah ada harus tetap menjadi pusat keunggulan sekaligus menciptakan pusat-pusat keunggulan baru di berbagai aspek kehidupan. Sebagai ibu kota Muhammadiyah, DIY perlu terus berbenah agar bisa menjadi teladan bagi Muhammadiyah di daerah lain.

  1. Sinergi Muhammadiyah dan Kraton.

Muhammadiyah lahir di Kauman, kampung yang bersebelahan dengan Kraton Yogyakarta sebagai pusat kebudayaan Jawa. Tidak hanya itu Kyai Dahlan adalah abdi dalem kraton dan saat berdirinya Muhammadiyah mendapat “restu” dari Kraton. Ini menunjukkan misi dakwah Islam yang dikembangkan Muhammadiyah tidak bertentangan dengan budaya Jawa bahkan bisa diterima masyarakat Jawa.

Bagi sebagian masyarakat Islam di DIY, Muhammadiyah dalam konteks cara berfikir, ritual ibadah, telah menjadi budaya keseharian masyarakat. Bagi masyarakat DIY, menyekolahkan putra-putrinya di sekolah Muhammadiyah merupakan hal biasa. Bagi masyarakat, Muhammadiyah adalah keseharian mereka walaupun bukan warga Muhammadiyah. Lihatlah di kampung-kampung bagaimana ritual ibadah dilaksanakan menurut tata cara yang diputuskan Muhammadiyah  walau bukan masjid atau jamaah Muhammadiyah. Ini semua menunjukkan Muhammadiyah di DIY telah menyatu dalam masyarakat.

Ke depan pimpinan Muhammadiyah perlu meningkatkan kerjasama dengan Pemerintah DIY dan Kraton untuk mewujudkan tatanan masyarakat yang lebih berkemajuan, Muhammadiyah harus pro aktif mengambil peran dalam program-program keistimewaan.

  1. Menghadirkan Islam yang hidup dalam pranata sosial.

Karena Muhammadiyah di DIY telah menjadi budaya masyarakat, maka tugas Muhammadiyah DIY harus dapat menghadirkan nilai-nilai Islam yang hidup dalam pranata sosial masyarakat terutama dalam bentuk amal-amal usaha yang menjangkau semua lapisan masyarakat.

Amal usaha Muhammadiyah adalah salah satu usaha Muhammadiyah agar dapat melayani masyarakat dengan berlandaskan nilai-nilai Islam yang rahmatan lil ‘alamin, sehingga terwujud masayarakat yang beradab. Muhammadiyah DIY harus mampu menterjemahkan spirit Islam berkemajuan dalam langkah konkret yang berimplikasi pada kemajuan masyarakat di DIY secara luas.

Musywil sebagai Momentum

Tanggal 18-19 Februari 2023 Muhammadiyah Daerah Istimewa Yogyakarta akan melaksanakan Musyawarah Wilayah (Musywil), permusyawaratan tertinggi di tingkat provinsi setelah muktamar di tingkat nasional. Musywil adalah forum untuk menerjemahkan keputusan muktamar pada tataran lokal DIY, selain juga ajang evaluasi, konsolidasi, dan regenerasi organisasi.

Musywil XIII Muhammadiyah DIY harus dijadikan momentum untuk melakukan refleksi bagi pimpinan Muhammadiyah dalam melihat peran-peran Muhammadiyah DIY selama ini, sudahkah pimpinan Muhammadiyah di DIY memaknai arti pentingnya Muhammadiyah DIY bagi keseluruhan perjalanan organisasi ini? Sudahkah kita berhasil mempertahankan pusat-pusat keunggulan yang pernah dihasilkan para pendahulu Muhammadiyah di DIY? Atau sudahkah kita berhasil menciptakan pusat-pusat keunggulan baru?

Dalam konteks memajukan masyarakat, sudahkah kita bersinergi dengan berbagai elemen masyarakat terutama kraton sebagai pusat kebudayaan masyarakat Jawa? Dan tentu masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan reflektif yang bisa diajukan untuk kemajuan Muhammadiyah ke depan.

Muhammadiyah DIY butuh pola organisasi visioner dalam melihat persoalan yang ada agar keberadaannya tidak hanya sebagai pelengkap dari struktur besar Muhammadiyah. DIY adalah pelopor dan seyogyanya terus menjadi pelopor. Tapi semua itu kembali kepada pimpinan Muhammadiyah se-DIY yang akan bermusywil, apa dan bagaimana Muhammadiyah DIY ke depan.

Selamat bermusyawarah. (*)

Editors Team
Daisy Floren

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow