ads
Inilah Cerita Ustadz Ashad tentang Pengalaman Spiritual di Masa Isolasi

Inilah Cerita Ustadz Ashad tentang Pengalaman Spiritual di Masa Isolasi

Smallest Font
Largest Font

YOGYA – Kajian Muhammadiyah With You, Ahad (25/7), menghadirkan cerita dari salah satu penyintas Covid-19, yakni Ashad Kusuma Djaya, yang juga Wakil Ketua PDM Kota Yogyakarta. Pada bulan Juni lalu, Ashad beserta keluarganya divonis positif Covid-19. Ia pun berbagi kisah pertarungannya menghadapi Covid-19 melalui kajian teleconference yang mengangkat tema “Pengalaman Spiritual selama Perawatan dan Isolasi”.

Meskipun sempat ragu saat dulu merasakan gejala seperti demam dan pilek, Ashad akhirnya melakukan tes swab dan mendapatkan hasil positif. Ia mengaku awalnya sempat merasa enggan melakukan tes karena khawatir menemui respon tidak mengasyikkan dari teman dan tetangga. Namun, laki-laki yang memiliki tiga anak tersebut segera berpikir bahwa sikap semacam itu egois, sehingga ia melakukan tes di PKU Muhammadiyah Yogyakarta.

Advertisement
ads
Scroll To Continue with Content

Usai mendapatkan hasil tes tersebut, ia mulai menjalani perawatan dan isolasi di shelter Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah (PPA). Baru setelahnya, disusul kabar hasil tes seluruh anggota keluarganya yang ternyata juga positif. Istri dan ketiga anaknya diarahkan menjalani isolasi mandiri di rumah. Ashad mengaku sangat khawatir karena harus berpisah tempat isolasi dengan keluarga dan juga was-was dengan bagaimana respon masyarakat di sekitar rumahnya.

Kekhawatirannya ternyata keliru. “Support tetangga kepada keluarga saya sungguh mengharukan,” ungkapnya yang juga ia tuliskan dalam materinya. Mulai dari pengurus RW yang mengoordinir para tetangga untuk membantu, pengurus masjid, serta pengurus Ranting ‘Aisyiyah semuanya membantu memastikan kebutuhan keluarga Ashad terpenuhi.

Masa isolasi yang dilakukan Ashad selama 10 hari di shelter dan dilanjutkan seminggu di rumah memberinya banyak ruang untuk merenung. Baginya, ini menjadi pengalaman spiritual yang memantiknya untuk menemukan makna dari ujian yang dihadapi. Baginya ada beberapa buah renungan yang ia bagikan kepada kurang lebih 69 peserta yang hadir di acara malam itu.

Pertama, ia merasa diingatkan bahwa ujung dari kehidupan semua manusia adalah kematian. Oleh karenanya, kesempatan untuk masih hidup perlu digunakan sebaik mungkin untuk beramal baik dengan ikhlas menjalani semuanya karena Allah semata.

Kedua, Ashad juga mengaku bahwa ia diminta untuk bersyukur dengan menyadari nikmatnya kesehatan yang diberikan Allah. Karena dengan begitu, bisa menjalankan banyak aktivitas dan bahkan melahirkan karya-karya.

Ketiga, adanya ujian berupa pandemi ini nantinya menaikkan derajat kita. Kita diuji dan diberi tantangan hari ini agar setelahnya bisa lebih tangguh lagi. Tentunya saat seperti ini, kita diminta lebih bersabar dan berikhtiar dengan tetap bernalar jernih.

Keempat, mendorong semangat kejamaahan dimana semua orang bisa memiliki orientasi mencari solusi dan saling menguatkan antar anggota masyarakat. “Lalu lintas media sosial kita masih dipenuhi caci maki yang banyak emosi negatif,” kata Ashad. Emosi tersebut dapat diredakan bila setiap orang mau memberi kekuatan positif. Semua itu akan lebih mudah dilakukan mulai dari keluarga.

Kelima, ia menuliskan secara lugas dalam materinya, “Betapa pentingnya kebiasaan saling mendoakan, tolong menolong dalam kebajikan dan takwa, serta saling menasihati dan amar makruf nahi munkar dalam koridor bil hikmah wal maudhotih hasanah dalam jalanin pertemanan kita.”

Beberapa hal di atas adalah pengalaman spiritual yang dialami Ashad dimana menurutnya, setiap orang memiliki pengalaman berbeda-beda karena sifatnya sangat pribadi. Pada malam itu, menyimak cerita Ashad, beberapa peserta turut terpantik untuk juga berbagi cerita dan renungan mereka. (*)

Wartawan: Ahimsa
Editor: Heru Prasetya

Editors Team
Daisy Floren

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow