News

News

MediaMU.COM

May 1, 2024
Otomatis
Mode Gelap
Mode Terang
Breaking
Luar Biasa! 926 Guru PAUD/TK ABA Hadir di Silaturahim Keluarga Besar IGABA Sleman Demam Timnas, 200 Titik Pimpinan dan Amal Usaha Muhammadiyah Gelar Nobar PCIM Tiongkok Gelar Kajian Syawal Bersama Din Syamsuddin, Kuatkan Dakwah Melalui Diaspora Timnas Indonesia Kalah Atas Uzbekistan, Haedar Nashir Beri Semangat: Kalian Pahlawan Bangsa Tanpa Mahkota! Ramai Gelar Nobar Timnas U-23, Dosen UMY Beri Penjelasan Begini Rektor Berharap PSHW UMY Jadi Kebanggan Pemuda dan Perguruan Tinggi Muhammadiyah Amanatkan Jaga Tradisi Syawalan, Haedar Nashir: Identitas Kita Sebagai Bangsa Haedar Nashir Tegaskan Muhammadiyah Netral dalam Politik, Ingatkan Semua Pihak Berintrospeksi Atasi Perubahan Iklim, MLH PP Muhammadiyah Tanam 1000 Pohon Mangrove Timnas U-23 Indonesia Kalahkan Korsel di Piala Asia, PP Muhammadiyah Beri Apresiasi Menang Lewat Adu Penalti lawan Korsel, Indonesia Satu Kaki Menuju Olimpiade 2024 Babak I Perempat Final Piala Asia U-23: Indonesia Unggul 2-1 atas Korea Selatan Inilah Doa untuk Mengharap Kemenangan Timnas U-23 Indonesia di Piala Asia PP Muhammadiyah Apresiasi Sikap Kenegarawanan Anies dan Ganjar Haedar Nashir: Indonesia Harus Dibangun dengan Pemikiran Moderasi dan Multi Perspektif Pasca Putusan MK, Abdul Mu'ti Apresiasi Sikap Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud FLC PWM DIY dan SDN Karangsari Kolaborasi Tingkatkan Motivasi Belajar Anwar Abbas Harap Muhammadiyah-NU Bersatu Hadapi Peralihan Peradaban Ketum PP Pemuda Muhammadiyah Minta Semua Pihak Hormati Putusan MK Inilah Makna Syawalan Bagi Cabang Ranting dan Masjid Berkemajuan

Farid Gaban: Mudah bagi Muhammadiyah Atasi Masalah Lingkungan

YOGYAKARTA — Selain sebagai tempat beribadah, masjid sebaiknya juga menjadi pusat kegiatan sosial, misalnya menggerakkan roda perekonomian, pengembangan budaya, dan mengatasi persoalan lingkungan. Dengan demikian pemecahan masalah akan lebih efektif karena dimulai dari kelompok kecil yang langsung bersinggungan dengan persoalan sebenarnya.

Penegasan itu disampaikan Ustadz Farid Gaban, jurnalis senior, dalam Tausiyah Online #15 yang diselenggarakan Majelis Tabligh Pimpinan Muhammadiyah Wilayah (PWM) DIY, Selasa 27 April 2021. Farid Gaban menyampaikan materi “Dakwah Komunitas untuk Penyelamatan Lingkungan Hidup” dalam acara yang bisa diikuti melalui YouTube mediamu.ID ini.

“Peningkatan suhu bumi yang akhir-akhir dirasakan masyarakat di segala penjuru dunia disebabkan kerusakan lingkungan sebagai buah tangan manusia,” katanya.

Saat ini isu lingkungan menjadi pembahasan yang sangat menonjol masyarakat Eropa dan Amerika. Ironisnya, kerusakan lingkungan terbesar ya di dunia barat seperti Eropa dan Amerika.

Di Indonesia, kerusakan lingkungan tak kalah parah. Ia menyebut contoh terjadinya banjir di sebagian wilayah Kalimantan belum lama ini. Padahal dibandingkan wilayah lain, Kalimantan jarang sekali terjadi banjir. Banjir yang belum ini durasinya lama dan menggenangi wilayah hampir satu provinsi.

Banyaknya lahan kelapa sawit, dalam pandangannya, sebenarnya jangka panjang merusak lingkungan. Harus ada upaya mengubah cara hidup, misalnya pertanian lebih sehat atau dikenal dengan pertanian organik.

“Kita bisa lakukan cara-cara itu di level lokal, nggak usah level global. Gunakan masjid sebagai tempat aktivitas lingkungan, selain tentu saja untuk beribadah,” kata Farid Gaban.

Muhammadiyah memiliki jaringan mengakar ke bawah. Selain itu, lanjutnya, struktur organisasi sangat lengkap. Sehingga bagi Muhammadiyah akan lebih mudah menggerakkan diri untuk mengatasi persoalan lingkungan ini.

Potensi lokal ini menjadi modal awal keberhasilan mengatasi persoalan lingkungan. “Selama ini pemerintah agak berlebihan dalam kampanye mendatangkan investor. Padahal, bertumpu pada potensi lokal lebih bagus dan lebih efektif,” tandasnya.

Hal-hal konkrit bisa dilakukan di tingkat lokal untuk masalah lingkungan sekaligus ekonomi. Ia menyebut contoh mengolah singkong menjadi tepung mocaf (modified cassava flour) seperti dilakukan Muhammadiyah selama ini, jika selama ini beternak ayam, sebaiknya mulai diversifikasi dengan ternak jangkrik.

“Yang selama ini terjadi kan membawa barang dari desa ke kota, kemudian dari kota dibawa kembali ke desa dengan harga sudah berlipat. Memanfaatkan potensi lokal sangat menguntungkan, karena bisa memutus mata rantai,” ungkap Farid Gaban.

Beberapa hal yang sudah diujicobakan Farid Gaban di kampung halamannya adalah mengolah kulit pisang menjadi es krim, mengolah cabe menjadi tepung, mengolah ampas kopi (sisa minuman) menjadi pupuk. Jurnalis senior itu tinggal di Wonosobo, Jateng. Disana ia memiliki lahan seluas sekitar 1.000 meter persegi yang sering dipakai untuk melakukan uji coba terkait dengan persoalan lingkungan. (hr)

Comment

Your email address will not be published

There are no comments here yet
Be the first to comment here