Dialog Ideopolitor: Putra-Putri Pengurus Muhammadiyah Harus Aktif di Persyarikatan
SLEMAN – Muhammadiyah sudah lama menegaskan tidak berpolitik praktis, namun bukan berarti anti politik. Persyarikatan ini sadar betul bahwa untuk membangun bangsa diperlukan peranan nyata, serta dibutuhkan politik agar bisa memposisikan diri mengambil peran serta kebijakan agar bisa melakukan transformasi sosial.
“Setiap warga Muhammadiyah harus senantiasa membekali dan membentengi diri secara organisatoris. Juga, tetap menaati aturan dan keputusan persyarikatan,” tegas Ketua Majelis Pendidikan dan Kader (MPK) Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Sleman, Muhammad Ichsan, dalam Dialog Ideopolitor (Ideologi, Politik, dan Organisasi) di Pendapa Rumah Dinas Bupati Sleman, Sabtu (7/1).
Dialog Ideopolitor menjadi bagian dari rangkaian acara semarak Musywil XIII Muhammadiyah DIY. Rencananya Musywil diselenggarakan pada 17-19 Februari 2023 di kampus Universitas ‘Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta.
Acara tersebut menghadirkan empat narasumber dalam dua sesi berbeda. Mereka adalah Ketua LPCR PWM DIY M. Ikhwan Ahada dan Sekretaris PDM Sleman Achmad Affandi (Materi Ideologi dan Organisasi), serta Wakil Ketua PWM DIY Tasman Hamami dan Wakil Ketua LHKP PP Muhammadiyah Ridho Al Hamdi (Materi Politik).
Menurut Ichsan, dialog ini menjadi bagian dari pengkaderan sekaligus penguatan ideologi di lingkungan persyarikatan Muhammadiyah.
“Ideopolitor adalah tentang bagaimana kita menguatkan ideologi di Muhammadiyah bagi warga persyarikatan. Utamanya di Cabang, Ranting, juga pimpinan-pimpinan AUM (Amal Usaha Muhammadiyah) baik itu SD, SMP maupun SMA dan SMK di seluruh Sleman,” kata Ichsan.
Selain menguatkan sisi ideologi dan organisasi, sisi politik juga harus diperkuat. Terlebih belakangan ini, kondisi kehidupan berbangsa dan bernegara sarat dengan masalah dan penuh kepentingan yang menyimpang dari cita-cita nasional.
Hal tersebut tentunya menimbulkan masalah politik yang tidak kondusif bagi penataan sistem nilai sosial-budaya dan ekonomi di masyarakat ditambah dengan situasi politik yang serba tidak pasti.
“Maka, Ideopolitor juga untuk menyadarkan Muhammadiyah apabila datang satu masa dipertemukan dengan kegiatan-kegiatan partai, posisinya harus jelas dan tampak sikapnya seperti apa,” tandas Ichsan.
Dialog Ideopolitor diikuti 150 orang dari berbagai elemen persyarikatan di Sleman, baik itu PDM, PDA, Majelis dan Lembaga, PCM, Ortom tingkat daerah, dan pimpinan AUM di Sleman. Pada dialog ini, para peserta sepakat bahwa putra dan putri pimpinan persyarikatan juga aktif di Muhammadiyah.
Menurut mereka, keikutsertaan putra dan putri pimpinan sangat penting agar bisa menanamkan ideologi Kemuhammadiyahan sejak dini.
“Jangan sampai bapak dan ibunya itu aktif di Muhammadiyah sementara anak-anaknya tidak aktif nanti,” kata Ichsan. (*)
Wartawan: Dzikril Firmansyah
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow