Bicara Sepakbola, MCCC Hadirkan Bima Sakti
YOGYA — Muhammadiyah bicara sepakbola? Ho-oh. Ormas ini memang bergerak di segala bidang, ya agama, sosial, ekonomi, budaya, pendidikan, kesehatan, olahraga, dan lain-lain. Di dunia sepakbola sudah lama punya Hizbul Wathon (HW), bahkan ada sekolah sepakbolanya. Sehinggga bukan hal mengagetkan jika sekarang membicarakan sepakbola.
Itulah yang dilakukan Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC) PP Muhammadiyah. Bekerja sama dengan DPP Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), MCCC menyelenggarakan seri diskusi online Covid Talk “Masa Depan Sepakbola Indonesia & Semangat Gotong Royong Suporter dalam Menghadapi Pandemi Covid-19″, Selasa 28 April 2020.
Narasumber dalam diskusi tersebut adalah Bima Sakti (Coach Timnas U-16), Ma’ruf El Rumi (Komentator/Pengamat Sepakbola), Fajar Jun (Dosen UMY/Pengamat Perilaku Suporter), Redo Rinaldi (Kapten PSPS Riau/Timnas U-16), dan Filipo Inzaghi (pemain futsal timnas Indonesia).
Wabah Covid-1 berdampak pada semua bidang, tidak terkecuali olahraga khususnya sepakbola. Hampir semua liga sepakbola dunia dihentikan sementara. Masa depan kompetisi pun tidak jelas karena berakhirnya pandemi juga tidak jelas. Di Indonesia, kompetisi Liga 1 maupun 2 dihentikan mulai 27 Maret lalu. Jika keadaan memungkinkan dimulai lagi 1 Juli 2020.
Penghentian kompetisi ini berimbas pada masa depan sepakbola Indonesia secara umum dan kondisi keuangan klub-klub di Liga 1 maupun 2. Mau tak mau gaji pemain juga kena dampak. Menurut Edaran PSSI, klub bisa menggaji pemain maksimal 25% selama kompetisi dihentikan.
“Bagi kami yang bermain di Liga 2, pemberian gaji maksimal 25% itu berat. Saya punya usaha kecil-kecilan, kalau untuk diri sendiri bisalah, yang lain tidak tahu,” katanya.
Sedangkan menurut Bima Sakti, kondisi tersebut menjadi pembelajaran bagi para pemain di Indonesia, terutama yang masih muda, untuk disiplin mengatur keuangan. “Rejeki pemain bola seperti rejeki harimau, dapatnya banyak habisnya bisa cepat,” tutur Bima.
Tentang kemungkinan dilaksanakannya kompetisi tanpa penonton, menurut Ma’ruf El Rumi, mungkin saja dilakukan. “Sejauh belum ditemukan vaksin Covid-19 maka tidak mungkin pertandingan dengan mengerahkan massa digelar karena risiko penularan sangat besar,” ujarnya.
Ma’ruf menambahkan, dalam konteks situasi di Indonesia dengan segala keterbatasan fasilitas latihan dan pertandingan serta kemampuan melakukan tes Covid-19, maka pertandingan tanpa penonton tetapnmustahil dilakukan. Sepakbola adalah olahraga yang sarat kontak fisik, semua pihak yang terlibat mulai dari pemain, official, wartawan sampai personel perlengkapan pertandingan harus bebas Covid-19.
Fajar Jun mengatakan, yang penting dalam dunia sepakbola Indonesia ke depan adalah pembenahan tata kelola dan pengurangan ketidakpastian. Misalnya jangan sampai jadwal dan tuan rumah pertandingan berubah, seperti yang terjadi di masa lalu.
Bagi Ma’ruf El Rumi, wabah Covid-19 ini harus benar-benar selesai dulu. Sepakbola baiknya tenang dulu dan menunggu lampu hijau dari pemerintah. Kalau pemerintah mengatakan bisa jalan, maka jalanlah dengan mematuhi protokoler kesehatan.
Sebagai bentuk solidaritas adanya pandemi ini, pemain timnas asuhan Bima Sakti melelang jersey mereka. Hal sama dilakukan pemain dan komunitas suporter sepakbola di berbagai daerah, seperti Sleman, Pekanbaru, Jakarta, serta Kebumen. Mereka melakukan aksi sosial seperti penggalangan dana, pendirian dapur umum, dan penjualan jersey tim. Hasilnya disumbangkan untuk penanggulangan wabah Covid-19. (hr)
Sumber: Rilis Tim Media MCCC PP Muhammadiyah
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow