PP NA Gelar Pengajian Ramadhan Bahas Islam Wasathiyah
YOGYAKARTA — Pimpinan Pusat Nasyiatul ‘Aisyiyah (PP NA) menggelar pengajian Ramadhan secara online, Jum’at-Sabtu 25-26 Ramadhan bertepatan dengan 7-8 Mei 2021. Mengambi tema “Meneguhkan Islam Wasathiyah pada Gerakan Nasyiatul ‘Aisyiyah” pengajian ini menghadirkan enam (6) narasumber dengan materi berbeda.
Ustadz Faturrahman Kamal, Lc., M.S.I. dan Anisia Kumala, Lc., M.Psi. menyampaikan “Paham Islam Wasathiyah”, Hj. Mahsunah Syakir, S.E., MEK. (Posisi Perempuan dalam Keluarga Perspektif Islam Wasathiyah), Dr. Agung Danarto, M.Ag. (Posisi Perempuan dalam Kepemimpinan Publik Perspektif Islam Wasathiyah, Dr. Hamim Ilyas, M.Ag. (Islam Wasathiyah dalam Merespon Isu Perkawinan Anak), Dr. Wachid Ridwan (slam Wasathiyah dalam Merespon Isu Radikalisasi), dan Dr. Athiyatul Ulya, M.Ag. (Islam Wasathiyah dalam Merespon Isu Kekerasan terhadap Perempuan).
Menurut Ketua Umum PP NA, Diyah Puspitarini, S.Pd., M.Pd., tujuan kegiatan ini adalah meneguhkan ideologi kader sesuai paham Islam wasathiyah. “Islam wasathiyah adalah jalan tengah yang moderat, inklusif, dan toleran. Dalam nomenklatur kajian Islam internasional, Islam wasathiyah biasa disebut sebagai justly-balanced Islam,” jelasnya.
Mengutip pendapat Din Syamsudin, Diyah Puspitarini mengatakan, Indonesia beruntung sejak masa islamisasi menemukan momentum di wilayah ini pada pertengahan abad ke-13, Islam yang berkembang adalah Islam wasathiyah. Islam dengan corak seperti ini yang dapat dilihat aktualisasinya di Indonesia memiliki karakter antara lain tawashut (tengah), tawazun (seimbang), i’tidal (adil), tasamuh (toleran), islah (reformis), ta’awun (tolongmenolong/gotong-royong), syura/musyawarah (konsultasi), muwathanah (cinta tanah air), musawa (setara), dan qudwah (teladan).
Muhammadiyah sebagai organisasi Islam tertua di Indonesia yang mengusung islam berkemajuan dan tajdid, adalah salah satu ormas yang mengusung dan juga menginisiasi islam wasathiyah. Muhammadiyah memandang bahwa wasathiyah merupakan sikap tengah yang jauh dari sikap pragmatis dengan berpihak pada salah satu kutub. Sikap wasathiyah tercermin dalam keyakinan bahwa Muhammadiyah tidak berafiliasi mahzab, namun mendasarkan pada Al-Qur’an dan Sunnah sebagai rujukan, kemudian juga ijtihad.
NA sebagai organisasi otonom Muhammadiyah, katanya, juga harus memiliki pandangan pemikiran keagamaan yang sejalan, yaitu mengimplementasikan islam wasathiyah dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan seluruh kader. Tetapi hal itu memerlukan proses tidak sebentar, karena mendudukan islam wasathiyah Muhammadiyah di tengah tantangan dari Islam transnasional yang menyebarkan paham dan praksis keagamaan yang kaku, literal, dan radikal, tentu menjadi persoalan tersendiri. (*)
Sumber berita: Rilis PP NA
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow