PC IMM Djazman Al Kindi Yogyakarta Gelar Sekolah Politik Kebangsaan di Tengah Pergolakan Politik Indonesia Menuju Pemilu 2024
YOGYA - Suasana perpolitikan Indonesia yang sedang hangat-hangatnya ini karena Pemilu 2024 dimanfaatkan oleh Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (PC IMM) Djazman Al Kindi Yogyakarta dengan mengadakan Sekolah Politik Kebangsaan, 7-9 Februari 2024.
Agenda ini dibuka secara resmi pada Rabu (7/2) di Gedung DPD RI DI Yogyakarta, dengan jumlah peserta mencapai jumlah sekitar 40 orang. Terdiri dari kader IMM di lingkungan PC Djazman Al Kindi Yogyakarta dan cabang lainnya di dalam dan luar DIY.
Ketua PC IMM Djazman Al Kindi Yogyakarta, Haidar Albana menyatakan bahwa Muhammadiyah memiliki dua tugas yang mulia, yang pertama sebagai agen purifikasi Islam dan yang kedua sebagai agen dinamisasi dalam konteks muamalah.
Ketika berbicara tentang politik kebangsaan, maka bahasannya tentang bagaimana Muhammadiyah melaksanakan ijtihad politik. Biasanya dalam pemilu kita melihat ada semacam dua golongan besar dalam pergolakan politik internal Muhammadiyah.
“Pertama adalah adanya orang-orang yang berpikir bahwa Muhammadiyah tidak boleh terlalu ditarik ke dalam urusan politik praktis dan yang kedua adalah adanya orang-orang yang ingin menarik Muhammadiyah dalam urusan kebangsaan,” papar Haidar.
Politik-politik tentunya punya argumentasinya masing-masing, namun dalam pandangan PC IMM Djazman Al Kindi Yogyakarta, Muhammadiyah harus berada dalam tengah-tengah antara yang praktis maupun kebangsaan. Karena dalam keduanya sebenarnya tidak ada yang istilahnya paling benar.
“Karena mau tidak mau dalam konteks kebangsaan ada dua jalur, yaitu eksternal sebagai moral bangsa dan juga jalur internal sebagai pemegang kebijakan. Nah, terkadang yang salah adalah menjadikan Muhammadiyah hanya sebatas sebagai komoditas politik sebagai lumbung suara,” jelas Haidar.
Keengganan Muhammadiyah untuk menjadi partai politik adalah penegasan dari khittah dari Ujung Pandang hingga Denpasar, sehingga menjadikan Muhammadiyah berjarak dengan politik praktis. Namun, Muhammadiyah tidak kehilangan peran sebagai kompas moral bangsa.
Karena itulah, kader Muhammadiyah termasuk IMM harus bisa menjadi agen-agen yang memberikan amanat kesejukan, perdamaian dan juga progresif. Apalagi, akhir-akhir ini elit kita sedang menunjukkan kemunduran etika dalam demokrasi.
Maka, dari Sekolah Politik Kebangsaan PC IMM Djazman Al Kindi Yogyakarta ini, diharapkan sebagai mahasiswa Muhammadiyah bisa menjaga etika dan melakukan objektivitas dalam nilai-nilai politik ideologi Muhammadiyah.
“Agar nantinya di dalam organisasi yang akan datang membawa ideologi-ideologi Muhammadiyah yang sifatnya rahmatan lil ‘alamin yang itu tidak hanya dirasakan oleh kader Muhammadiyah saja, tapi juga luar agar Muhammadiyah bisa untuk semuanya,” harap Haidar. (*)
Wartawan: Dzikril Firmansyah
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow