LSBO PWM dan ASBO PW IPM DIY Adakan Sambang Seniman

LSBO PWM dan ASBO PW IPM DIY Adakan Sambang Seniman

Smallest Font
Largest Font

YOGYA – Demi mengembangkan khazanah kebudayaan Islam di persyarikatan, Lembaga Seni Budaya dan Olahraga (LSBO) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Daerah Istimewa Yogyakarta (PWM DIY) berencana mengadakan silaturahmi ke beberapa tokoh budayawan dan seniman.

Acara “Sambang Seniman “ pertama dilakukan Rabu (20/10) dengan mengunjungi Dr. Junaidi, S.Kar., M.Hum., Dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. Bersama rombongan LSBO PWM DIY adalah perwakilan Pimpinan Wilayah Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PW IPM) DIY.

Advertisement
Scroll To Continue with Content

Rumah Junaidi tidak jauh dari gedung kampus tempatnya mengajar. Selain sebagai tempat tinggal, rumah ini juga menjadi Sanggar Wayang Walisanga. Terdapat beragam koleksi wayang di rumah disitu. Ia mengaku jumlah wayang yang pernah diciptakannya kurang lebih 700 buah.

Ketua LSBO PWM DIY, Akhir Lusono, S.Sn., M.M., membuka kegiatan dengan menyampaikan maksud kunjungan. Salah satunya ialah menyampaikan kegiatan Dialog dan Gelar Seni LSBO DIY sekaligus memohon Dr. Junaidi menjadi salah satu pembicara dalam kegiatan itu.

Tri Mulyono, S.T. dari LSBO Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah menyampaikan bahwa LSBO ingin mengajak Junaidi berkolaborasi dalam kegiatan-kegiatan dakwah melalui budaya. LSBO PP Muhammadiyah memiliki pandangan bahwa DIY menjadi daerah potensial untuk mengawali gerakan kebudayaan di Muhammadiyah.

Hadir juga Drs. Endra Widyarsono, M.Pd., M.M., Ketua Umum Kwartir PP Muhammadiyah, yang menceritakan ketertarikannya pada dunia kebudayaan. Hal itu didorong latar belakang keluarganya yang akrab dengan alat musik gamelan dan kesenian lain.

Endra yang pernah menjadi Ketua LSBO PWM DIY juga menyampaikan keinginan untuk bisa mengajak putranya di kesempatan lain.

Selanjutnya, Ki H. Ashad Kusuma Djaya yang akrab disebut sebagai Budayawan Muhammadiyah turut memberikan pandangannya soal kebudayaan. Orang Jawa memiliki cara pandang luar biasa yang diwujudkan dalam simbol kaya makna. Oleh Belanda kemudian dibelokkan, dianggap sesembahan.

“Titik baliknya saat Perang Diponegoro, kita mulai dibutakan dengan simbol sendiri,” imbuhnya.

Hal ini menjadi garapan besar kebudayaan. Masyarakat perlu diingatkan bahwa seni budaya itu bukan sekadar tontonan atau hiburan, melainkan edia edukasi yang menyimpan makna mendalam.

Tidak hanya itu, Eka Wuryanta, S.Pd., Sekretaris LSBO PWM DIY, menambahkan bahwa hal lain yang menjadi pekerjaan rumah adalah manajemen dakwah. “Manajemen dakwah kita masih terkesan parsial,” jelasnya. Potensi-potensi di DIY, termasuk kebudayaan, belum dikerjakan dan dikelola secara optimal.

Turut pula memberikan pernyataan adalah wakil IPM yakni Ahimsa W. Swadeshi, Sekretaris Bidang ASBO PW IPM DIY. Ia mengaku tertarik mengintip beberapa buku karya Dr. Junaidi di antaranya ialah “Wayang sebagai Media Pendidikan Budi Pekerti bagi Generasi Muda”.

“Ini penting untuk membawakan kebudayaan seperti wayang supaya diminati dan lebih-lebih menjadi media untuk belajar nilai-nilai bagi generasi muda,” tuturnya. Selanjutnya ia ingin lebih banyak menyimak dan belajar dari Junaidi serta para tamu lain yang dianggap lebih senior.

Junaidi menceritakan pengalaman seninya dan pandangan tentang kebudayaan sebagai media. Ia memulai dengan tembang berisi nilai-nilai ketuhanan dan semangat persatuan.

Bagi Junaidi, penting membawa pendidikan agar dapat mendekatkan anak bangsa terhadap budayanya sendiri, bukan malah menjauhkan. “Kalau ini kita gaungkan terus, anak cucu kita tidak akan merasa terpaksa, mereka akan tertarik sendiri,” tegasnya. (*)

Berita ini diterima mediamu.com dari ASBO PW IPM DIY
Editor: Heru Prasetya

Editors Team
Daisy Floren

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow