Ikhwan Ahada: Muhammadiyah dan Aisyiyah Harus Jadi Uswah Hasanah di Pemilu 2024
YOGYA - Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Daerah Istimewa Yogyakarta (PWM DIY) Dr. M. Ikhwan Ahada, M.A. menegaskan bahwa Pancasila merupakan jiwa, way of life dalam kehidupan berbangsa/bernegara dan bahkan menjadi alam pikir yang menjiwai perilaku khas bagi seluruh rakyat negeri ini.
“Melalui Pancasila ini pula bangsa Indonesia yang heterogen dalam agama/kepercayaan, suku, golongan, adat - istiadat dan bahkan etnis dapat bersatu di dalam konsep Bhineka Tunggal Ika,” tegasnya Pidato Kebangsaan pada Hari Beraisyiyah, Ahad (28/1) di Sportorium UMY.
Ikhwan mengatakan jika Pancasila adalah common platform dan common denominator bagi bangsa Indonesia. Dengan demikian, Pancasila merupakan “pernyataan politik” untuk mempersatukan berbagai kepentingan dan aliran politik.
Termasuk di dalamnya berbagai aliran politik (Partai Politik), itu merupakan kekayaan demokrasi dalam rangka mewujudkan cita – cita NKRI. “Dalam khazanah Muhammadiyah, bentuk NKRI dengan segala keragaman dan realitas kemajemukan ini, telah dinyatakan dengan darul ahdi wa asy – syahadah,” ujarnya.
Maka Muhammadiyah berharap kepada siapapun dalam proses pesta demokrasi tahun ini bisa dijalankan sesuai dengan amanat undang – undang. Sekaligus setiap warga yang terlibat langsung maupun tidak langsung untuk dapat mengambil bagian dan tidak boleh apatis (masa bodoh) dalam kehidupan politik melalui berbagai saluran secara positif.
Lalu, prinsip dalam berpolitik harus ditegakkan dengan sejujur-jujurnya dan sesungguh-sungguhnya, yaitu menunaikan amanat dan tidak boleh mengkhianati amanat, menegakkan keadilan, hukum, dan kebenaran. Serta tidak melakukan fasad dan kemungkaran. mementingkan ukhuwah Islamiyah, dan prinsip-prinsip lainnya yang maslahat, ihsan, dan ishlah.
Selanjutnya, berpolitik dalam dan demi kepentingan umat dan bangsa sebagai wujud ibadah kepada Allah dan ishlah serta ihsan kepada sesama. “Jangan mengorbankan kepentingan yang lebih luas dan utama itu demi kepentingan diri sendiri dan kelompok yang sempit,” jelas Ikhwan.
Oleh karena itu dengan penuh harap kepada Allah SWT, Ikhwan berdoa semoga bangunan Indonesia yang menaungi lebih dari 270 juta jiwa, dan jutaan lagi anak bangsa yang akan hadir di masa yang akan datang ini tetap tegak dengan ungkapan gemah ripah loh jinawi, tata titi tentrem kerta raharja, atau baldatun thayyibatun wa rabbun ghafuur.
Untuk bisa mewujudkan kondisi di atas memang tidak mudah, dan menjadi tugas berat pemerintah dari pusat hingga daerah. Oleh karenanya peran – peran elemen bangsa yang lain semestinya tidak dikebiri atau bahkan dirampas dengan dalih apapun. Karena sesungguhnya setiap warga berhak memberikan yang terbaik untuk negaranya.
“Apalagi gerakan jamaah dan organisasi, yang secara nyata memiliki peran strategis menopang pilar kesejahteraan, pendidikan, dan juga kesehatan warga bangsa. Disinilah Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah melakukan pengkhidmatan untuk negeri sebagai khalifatullah fi al-ardl,” papar Ikhwan.
Selain itu, warga Aisyiyah juga banyak, menghadapi persoalan dan perlu perhatian lebih, antara lain: (1) Bayi stunting dan kematian ibu hamil; (2) Persoalan sampah di tengah kota budaya; (3) Klithih/premanisme yang menyatu dengan sebutan kota pelajar; (4) Disorientasi spiritual yang menjurus radikalisme di tengah kesultanan dan tempat lahirnya, persyarikatan; (5) Pengemis dan gelandangan yang berkelit dengan Indek Kesejahteraan Sosial [IKS] tertinggi di Indonesia.
Maka peran – peran PW Muhammadiyah dan 'Aisyiyah DIY, untuk merevitalisasi gerakan dan teologi al – Ma’un dalam spektrum yang lebih luas terus diupayakan, melalui sinergi, kohesi dan kolaborasi dengan berbagai pihak sebagai cerminan kepribadian dan sifat organisasi.
Maka, Ikhwan berpesan sebagaimana amanah Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof. Haedar Nashir dalam pidato Milad November 2023, dalam menghadapi pesta demokrasi hendaknya kepada seluruh pemangku kepentingan bangsa dan warga persyarikatan, serta seluruh pihak dari pusat sampai daerah diharapkan punya jiwa patriotisme, profesionalitas, dan tanggung jawab konstitusional dalam mengawal Pemilu.
"Begitu juga Penyelenggara Pemilu dan para pihak terkait hendaknya menjadi wasit yang adil, profesional, dan bertanggung jawab," pesan Ikhwan.
Kepada seluruh warga bangsa hendaknya menjaga etika, kedewasaan, saling menghargai dan toleransi. Serta semua pihak baik elite maupun warga berintrospeksi diri, dan menjadi teladan dalam mengikuti kontestasi demokrasi.
Lalu, kepada seluruh warga, kader, dan pimpinan Muhammadiyah dan 'Aisyiyah harus menunjukkan uswah hasanah menghadapi Pemilu 2024. Tetap berpedoman pada Khittah, Kepribadian, dan Ketentuan Organisasi tanpa berorientasi kepentingan sendiri-sendiri.
Tentunya, dengan bersikap cerdas, rasional, dewasa, bermartabat, dan berkeadaban mulia dalam berpartisipasi maupun menghadapi perbedaan politik.
“Marilah kita buktikan bahwa warga Muhammadiyah khususnya DIY, berbeda dari yang lain, yakni berpolitik cerdas adiluhung! Sehingga tidak terdengar lagi syair lagu Ibu Pertiwi yang sedang bersusah hati dan berlinang air mata,” ajak Ikhwan kepada seluruh warga Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah DIY. (*)
Wartawan: Dzikril Firmansyah
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow