Tingkatkan Kapasitas, Eco Bhinneka Muhammadiyah Ikuti Documentation and Storytelling Workshop
KENYA - Untuk meningkatkan kapasitas mitra dalam mendokumentasikan kegiatan program JISRA dan cerita sukses, Faith to Action Network telah menyelenggarakan Documentation and Storytelling Workshop bagi mitra lokal yang menjalankan program JISRA. Workshop ini diikuti oleh 23 peserta dan dilaksanakan selama empat hari, mulai dari 16 hingga 20 November 2024, di Mombasa, Kenya. Peserta workshop terdiri dari perwakilan tim program, tim komunikasi, serta tim M&E dari mitra lokal di Kenya, Uganda, Ethiopia, dan Indonesia.
Workshop ini mencakup berbagai topik, antara lain penulisan studi kasus, cerita sukses, cerita perubahan, dan pelaporan yang terstruktur. Sebagai persiapan pelatihan, peserta diminta untuk menyiapkan bahan-bahan yang meliputi studi kasus (2 halaman) yang menjelaskan metodologi atau pendekatan yang digunakan, cerita sukses dengan tiga foto relevan, foto lapangan sebagai sampel, serta video berdurasi 1-2 menit yang menunjukkan hasil kerja atau cerita sukses tertentu. Materi tersebut akan ditinjau oleh konsultan sebelum workshop dan menjadi dasar dalam pelatihan. Terdapat 4 orang tim konsultan ahli bidang komunikasi yang memfasilitasi kegiatan ini, yaitu: Bill Philip Okaka, Joyce Orawo, Leonard Wambiya, and Hezekiah Bundeh.
Tim dari Indonesia yang terlibat mengikuti workshop ini terdiri dari organisasi Muhammadiyah dan Fatayat NU Jawa Barat sebagai mitra lokal pelaksana program JISRA (Joint Initiative for Strategic Religious Action) di bawah koordinasi konsorsium Faith to Action Network. Program JISRA yang dilaksanakan oleh Muhammadiyah turut mendorong kerukunan umat beragama melalui pendekatan lingkungan, atau dikenal dengan nama program Eco Bhinneka Muhammadiyah. Sejak 2021, program ini dilaksanakan oleh Muhammadiyah di 4 wilayah, yaitu di Pontianak (Kalimantan Barat), Ternate (Maluku Utara), Surakarta (Jawa Tengah), dan Banyuwangi (Jawa Timur). Terdapat 4 orang delegasi dari Eco Bhinneka Muhammadiyah yang berkesempatan hadir pada kegiatan ini. Mereka adalah Ahsan Hamidi (Pegiat Eco Bhinneka), Usman Mansur (Regional Manager Eco Bhinneka Muhammadiyah Ternate), Lia Kharisma Saraswati (Regional Staff Eco Bhinneka Nasyiatul Aisyiyah Banyuwangi), dan Dzikrina Farah Adiba (Communication and Partnership Manager Eco Bhinneka).
Rangkaian Kegiatan
Pada hari pertama pelatihan, peserta mempelajari praktik terbaik dalam dokumentasi dan penceritaan, membuat pesan singkat, serta pentingnya penyusunan agenda, pengelolaan waktu, pembuatan peta pikiran, dan penggunaan umpan balik untuk meningkatkan kualitas dokumentasi dan penceritaan. Dalam sesi Praktik Terbaik dalam Dokumentasi, ditekankan bahwa proses dokumentasi harus jelas, ringkas, konsisten, dan memanfaatkan elemen visual yang baik, seperti foto, diagram, atau kutipan. Sementara itu, dalam sesi Praktik Terbaik dalam Penceritaan, fasilitator menekankan pentingnya pemetaan audiens untuk memastikan bahwa materi yang disiapkan sesuai dengan tujuan audiens, seperti donor, pemangku kepentingan, pemimpin agama, dan komunitas lainnya.
Peserta juga mempelajari konsep “Snack Messaging”, yaitu penyampaian informasi secara singkat dengan visual yang menarik, karena orang cenderung mengingat apa yang mereka lihat. Peserta juga mempelajari pentingnya menyusun agenda, mengelola waktu, serta membuat peta pikiran (mind map) untuk tetap fokus pada pesan yang ingin disampaikan, menghindari kebuntuan ide, dan memastikan tulisan tetap terarah. Menggunakan umpan balik juga sangat penting untuk meningkatkan dokumentasi dan penceritaan, agar lebih efektif di masa mendatang.
Pada hari kedua, peserta belajar cara membuat garis besar ‘Success Story’. Mereka diberi kesempatan untuk menyusun ide-ide dalam alur penulisan, mulai dari judul yang menarik, tantangan, inisiatif, wawasan kunci, hasil, hingga pelajaran yang didapat. Peserta juga mempelajari teknik propaganda positif, yang melibatkan keterlibatan orang-orang berpengaruh dalam setiap kegiatan dan mempublikasikannya melalui media sosial serta siaran pers. Orang-orang berpengaruh ini bisa termasuk wali kota, akademisi, pemimpin agama, dan pemuda lintas agama.
Untuk meningkatkan keterampilan peserta, fasilitator memberikan tugas setiap hari. Pada hari pertama, tugas meliputi pembuatan technical brief tentang program, cerita sukses, konten media sosial, dan video pendek. Pada hari kedua, peserta diberi tugas untuk menulis cerita sukses dengan studi kasus dan metode permainan propaganda, serta membuat 10 caption menggunakan AI generator tweet.
Pada hari ketiga pelatihan, peserta berlatih untuk menulis laporan, technical brief, dan abstrak secara efektif. Untuk menulis laporan, laporan harus memiliki panjang maksimal 2 halaman dan mencakup komponen 5W 1H: apa, kapan, mengapa, siapa, di mana, dan bagaimana. Selanjutnya, untuk menulis technical brief, peserta perlu memastikan strukturnya meliputi: judul, foto, abstrak, pendahuluan, pendekatan, hasil (termasuk foto dan grafik jika diperlukan), faktor-faktor yang mendukung keberhasilan, tantangan dalam pelaksanaan, langkah berikutnya, kesimpulan, dan rekomendasi. Setiap negara melakukan presentasi mengenai ringkasan teknis. Setelah presentasi, sesi berikutnya adalah menulis abstrak. Abstrak dengan singkat melaporkan tujuan dan hasil dari penelitian/implementasi, sehingga pembaca tahu dengan jelas apa yang dibahas dalam makalah. Abstrak biasanya terdiri dari 100 – 300 kata, yang memungkinkan pembaca yang mungkin tertarik pada karya yang lebih panjang untuk segera memutuskan apakah layak meluangkan waktu untuk membacanya.
Pada hari keempat pelatihan, sesi yang diadakan adalah materi mengenai Hukum dan Etika Media, serta praktik menulis dan mengirimkan abstrak untuk acara ‘Call for Abstract’ di konferensi yang ada di setiap negara. Area utama hukum media mencakup hak universal atas kebebasan berbicara dan pers, serta pembatasannya, hukum privasi, hak cipta, pencemaran nama baik dan fitnah, akses informasi, dan regulasi penyiaran. Prinsip etika media meliputi pemahaman tentang peran kode etik profesi, pentingnya memverifikasi informasi dan menyajikan fakta dengan konsisten, serta tanggung jawab untuk mengoreksi kesalahan dan mengungkapkan konflik kepentingan. Saat berlatih menulis abstrak, kami mencoba menggunakan AI text generator secara online. Pertama, kami menyalin technical brief kami ke generator teks AI online, dan meminta AI untuk membuat abstrak darinya. Kemudian kami mengoreksi hasilnya dan menambahkan nama penulis. Setelah abstrak siap untuk diajukan, kami mencari acara konferensi dan mengirimkan abstrak tersebut.
Selama seluruh proses latihan, semua fasilitator ikut serta dan duduk di meja peserta, serta memeriksa setiap peserta untuk memastikan bahwa setiap peserta mengikuti alur workshop dengan baik dan memahami materi serta tugas praktisnya. Setelah sesi di setiap hari, fasilitator meminta umpan balik tentang "bagaimana pelatihan berjalan dan apa yang perlu diperbaiki" dari semua peserta. Mereka mencatatnya dan mempresentasikannya di awal sei pada hari berikutnya, tepat sebelum sesi dimulai. Umpan balik ini sangat membantu untuk meningkatkan efektivitas workshop. Pada hari terakhir pelatihan, fasilitator mendampingi peserta menuliskan rencana tindak lanjut, di mana setiap peserta diminta memproduksi tulisan case study, success story, technical brief, dan membuat short video, dengan dilengkapi timeline proses pengerjaannya.
Kesan dan Harapan Peserta dari Eco Bhinneka Muhammadiyah
"Materi yang disampaikan sangat bagus, dan dengan adanya praktek, semuanya jadi lebih mudah dipahami dan diterapkan, terutama untuk membuat report, success story, dan storytelling,” kata Lia Kharisma Saraswati, Regional Staff Eco Bhinneka Nasyiatul Aisyiyah Banyuwangi. “Saya ingin lebih intens dalam membuat storytelling, apalagi setelah mengetahui strukturnya. Harapannya, apa yang sudah kita lakukan dapat dimanfaatkan dan diterapkan di daerah lain. Kita juga bisa mempublikasikan dampak apa yang sudah kita capai," lanjutnya.
Sementara itu, Usman Mansur, Regional Manager Eco Bhinneka Muhammadiyah Ternate merasa senang mendapat kesempatan mengikuti workshop ini. “Saya mendapatkan pengalaman, pengetahuan baru, serta jejaring yang luas. Kami bisa bertemu dengan teman-teman pelaksana program JISRA dari negara lainnya,” kata Usman. “Setelah ini saya akan mengajarkan dan mempraktekkan ilmu baru ini di regional saya dan melanjutkannya kepada komunitas PEKA (Partner Eco Bhinneka) Ternate. Harapan saya ke depan kami dapat membuat berita yang lebih baik untuk disampaikan ke khalayak ramai," imbuhnya.
Rencana Tindak Lanjut
Dzikrina Farah Adiba, Communication and Partnership Manager Eco Bhinneka Muhammadiyah, berharap bahwa dengan keterampilan yang diperoleh, ke depan Tim Eco Bhinneka Muhammadiyah dapat menulis laporan yang lebih berdampak dan mudah dipahami, serta mampu menentukan kepada siapa tulisan ditujukan, agar relevan dengan pemangku kepentingan yang dituju. “Kami ingin memastikan bahwa penulisan success story mengikuti garis besar yang telah dilatihan, seperti penggunaan judul yang menarik, pemaparan tantangan, inisiatif, wawasan kunci (key insights), hasil, serta menyoroti pelajaran yang dapat dipetik,” ungkapnya. Ke depan, ia ingin agar pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari workshop ini dapat diterapkan dalam penulisan JISRA Annual Report 2024 dan materi publikasi yang akan datang.
Sedangkan Ahsan Hamidi, Pegiat Eco Bhinneka, menegaskan pentingnya mencatat semua keberhasilan kecil. “Kita harus sering-sering dan selalu mencatat semua keberhasilan-keberhasilan kecil, yang kita peroleh di Surakarta, Banyuwangi, Ternate, dan Pontianak. Kita harus mampu menuliskan cerita-cerita sukses yang terjadi di lapangan, walaupun itu kecil, tetapi punya dampak yang besar,” ungkapnya. “Cerita sukses itu banyak, hanya kadang-kadang kita kurang mawas,” lanjutnya. Ia menyarankan agar cara penulisan kawan-kawan Eco Bhinneka Muhammadiyah perlu dilatih kembali, supaya kawan-kawan punya kemampuan untuk menulis cerita sukses, dan perubahan yang terjadi yang berhasil kita wujudkan di 4 daerah tersebut.
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow