Pengukuhan PRM dan PRA Nogotirto, Arif Jamali: Makna Tauhid Itu Vertikal dan Horizontal

Pengukuhan PRM dan PRA Nogotirto, Arif Jamali: Makna Tauhid Itu Vertikal dan Horizontal

Smallest Font
Largest Font

SLEMAN – Pemahaman tentang tauhid tidak hanya pengakuan bahwa Allah SWT adalah satu-satunya yang berhak dan layak disembah. Sehingga keluar sedikit saja dari keyakinan tersebut maka tauhid seseorang akan ternoda.

Tauhid juga harus terimplementasi dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga tauhid tidak hanya dimaknai hubungan vertikal kepada Allah SWT, juga horizontal kepada seluruh makhluk di muka bumi.

Advertisement
Scroll To Continue with Content

Penegasan itu disampaikan Arif Jamali Muis, M.Pd., Sekretaris Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) DIY, ketika menyampaikan materi Risalah Islam Berkemajuan (RIB) pada Pengukuhan PRM dan PRA Nogotirto 2022-2027 di Gedung Balai Desa Nogotirto, Gamping, Ahad (6 Rabi’ul Akhir 1445 H bertepatan 22 Oktober 2023 M).

Pengukuhan PRM Nogotirto dilakukan Muhaimin, S.Ag., M.Pd., Ketua PCM Gamping. Sedangkan untuk PRA Nogotirto dilakukan Uswatun Hasanah, S.Ag., dari PCA Gamping. Ketua PRM Nogotirto 2022-2027 adalah Purwanto,  dan Ketua PRA Nogotirto, Sri Wahyuni. Masing-masing dilengkapi Pimpinan Harian dan Anggota Majelis/Lembaga.

“Kiai Dahlan menekankan betul pentingnya hubungan dengan sesama manusia, setidaknya itu dibuktikan ketika selama berbulan-bulan mengajarkan Surat Al Maa’uun kepada para santrinya. Ternyata maksud Kiai Dahlan adalah tidak hanya menghapal tapi mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari,” tegas Arif.

Surat Al Maa’uun yang terdiri atas 7 (tujuh) ayat diawali dengan kalimat “Tahukah kamu orang yang mendustakan agama?” Jawaban atas pertanyaan tersebut muncul pada ayat-ayat selanjutnya yang semuanya mengarah kepada hubungan horizontal. Yaitu, orang yang menghardik anak yatim, kemudian tidak memberi makan orang miskin.

Pada ayat 4 ada pernyataan “Maka celakalah orang yang shalat”, yang kemudian dijelaskan yaitu yang lalai shalatnya, berbuat riya’, dan enggan memberi bantuan.

“Itulah Muhammadiyah, menyatukan ibadah kepada Allah dengan perbuatan baik terhadap sesama manusia dan makhluk lain di muka bumi,” jelasnya.

Muhammadiyah sejak awal didirikan memikirkan persoalan sosial. Sehingga setelah ibadah (membenahi arah kiblat) kemudian masalah pendidikan, kesehatan, dan kegiatan sosial.

“Kebahagiaan warga Muhammadiyah itu kalau ibadahnya terimplentasi dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga sering muncul kalimat “jika lima ‘Aisyiyah berkumpul, maka besoknya akan berdiri satu TK ABA”. Itu untuk menegaskan bahwa Muhammadiyah memang gemar beramal shalih,” kata Arif Jamali Muis.

Pada bagian lain Arif Jamali menjelaskan bahwa kata “berkemajuan” yang saat ini sering digunakan Muhammadiyah, bukanlah kosakata baru. Sejak 1912 Kiai Dahlan menggunakan dalam kalimat “memajukan agama.” Penyebaran atau dakwah agama harus memajukan dan menggembirakan.

“Gembira dan maju. Pengukuhan seperti ini juga harus menggembirakan. Seluruh ketua harus menjadi sosok menggembirakan dan memajukan. Ber-Muhammadiyah dan ber-’Aisyiyah tidak boleh menyusahkan. Semua kegiatan spiritnya harus menggembirakan. Sehingga tidak ada yang namanya garis nesu di Muhammadiyah,” tandasnya. (*)

Berita ini diterima mediamu.com dari PRM Nogotirto

Editors Team
Daisy Floren

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow