IMM DIY Undang Caleg PSI dan Ummat Adu Gagasan Soal Keadilan Iklim
YOGYA - Perubahan iklim saat ini sudah sangat memprihatinkan dengan banyaknya fenomena alam yang terjadi. Meski begitu, pada Pemilu 2024 ini, hampir jarang ditemui para caleg bicara soal perubahan iklim, padahal ini adalah isu penting yang harus segera dicarikan solusinya jika ingin Bumi bisa bertahan dalam waktu lama.
Dewan Pimpinan Daerah Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (DPD IMM) D.I. Yogyakarta sebagai bagian dari masyarakat tentunya memandang serius persoalan iklim dan berhak untuk meminta komitmen dari para caleg untuk ikut memperhatikan isu ini.
Hal tersebut dibuktikan dengan Diskusi Lingkungan tajuk “Pemilu 2024: Pemilih Muda Mendesak Keadilan Iklim” pada Jumat (2/2) di Ndalem Hanoman. Diskusi menghadirkan dua Caleg DPR RI dapil DIY, yaitu Aishah Grey, S.Psi. dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dan drg. Hanum Salsabiela Rais, M.B.A mewakili Partai Ummat serta panelis dari pemerhati lingkungan.
Langkah DPD IMM DIY mengundang dua caleg berbicara masalah keadilan iklim bukan tanpa alasan. Dari generasi muda tentu ingin mendengar seperti apa gagasan dan ide dari caleg terhadap keadilan iklim serta solusi yang ditawarkan.
"Jelas isu lingkungan bukan isu elit. Jadi kita harapkan kader IMM bisa aktif menyuarakan dan terjun ke lapangan terkait isu lingkungan ini. Kita juga berhak menyuarakan isu ini kepada para pemangku kebijakan, khususnya di legislatif dan eksekutif," kata Pramudya Ananta, Ketua DPD IMM DIY bidang Hikmah, Politik, dan Kebijakan Publik.
Memasuki agenda diskusi, Aishah yang diwakili oleh Rani selaku Campaign Manager menyatakan isu perubahan iklim ini sangat urgen untuk dicarikan solusinya. PSI yang menyatakan diri sebagai partai yang didominasi anak muda tentunya sangat concern terhadap isu ini.
Hal itu ditunjukkan olehnya dengan komitmen PSI dengan akan membawa Rancangan Undang-undang (RUU) terkait iklim dan sebagainya.
“PSI adalah salah satu partai juga ikut mendorong disahkannya pengelolaan perubahan iklim karena memang sifatnya urgent. Seperti kata Pak Jokowi (Presiden RI) juga, harus ada langkah yang pasif dan radikal yang dilakukan untuk mengatasi masalah krisis iklim,” ucap Rani.
Selanjutnya, Hanum memandang jika saat ini yang terjadi bukanlah perubahan iklim, melainkan krisis iklim. Menurutnya, perubahan itu terjadi secara pelan-pelan, namun yang terjadi sekarang justru makin cepat dan tak terkendali.
Hanum memberikan contoh, ketika pergi ke Kaliurang biasanya jauh sebelum masuk gerbang saja sudah merasa dingin. “Sekarang, pas melewati RS Grhasia saja sudah terasa panas, tak jauh beda ketika sudah masuk ke Kota Jogja. Sebegitu mengerikannya krisis iklim ini,” ucap Hanum.
Memang, belakangan ini ada gerakan untuk mengurangi pemakaian plastik dan beralih ke gaya hidup ramah lingkungan. Tetapi ternyata hal itu masih belum berefek untuk mengurangi krisis iklim.
Justru menurut Hanum, yang paling berpengaruh terhadap krisis iklim adalah para pengusaha tambang dan deforestasi hutan. Inilah yang harus diprotes.
Untuk itu, ia berharap UU terkait iklim bisa menjadi isu besar yang masuk dalam Prolegnas dan bisa memayungi pencegahan krisis iklim. Hanum siap untuk mengawal pembuatan UU mengenai iklim jika terpilih nanti.
"Saya juga berharap anak-anak muda untuk meningkatkan pemikiran kritis terhadap pemangku kebijakan terkait perubahan iklim," imbuh Hanum. (*)
Wartawan: Dzikril Firmansyah
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow