Ikhwan Ahada: Muhammadiyah Jogja Tidak Boleh Terlena Disrupsi
YOGYA – Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Daerah Istimewa Yogyakarta Dr. H. Muhammad Ikhwan Ahada, S.Ag., M.A. menegaskan bahwa bermuhammadiyah itu berislam. Maka yang terpenting ketika bermuhammadiyah adalah bukan untuk mendapatkan dan mencari apa, tetapi bagaimana kita beribadah dan memberi apa untuk Muhammadiyah.
Hal itu disampaikan olehnya pada pengukuhan Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) dan Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah (PDA) Kota Yogyakarta masa jabatan 2022 – 2027, di Grha Ibnu Sina SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta, pada Sabtu (17/6). Dalam amanatnya itu, Ikhwan mengatakan jika sejak awal bermuhammadiyah hanya ingin mendapatkan dan mencari apa, maka dalam perjalanannya bisa dipastikan akan muncul kekecewaan.
“Tetapi kalau bermuhammadiyah itu beribadah dan ingin memberi apa kepada persyarikatan ini, insya Allah Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah adalah wadah atau tempat yang tepat, sehingga pada akhirnya kita semua akan bertemu dan berjumpa dengan Allah di surga-Nya,” ucap Ikhwan.
Selain itu, ciri dari orang Muhammadiyah, sebagaimana yang kerap dinyanyikan oleh Ikhwan saat sambutan, adalah ikhlas. Hal ini bersumber dari Surat Al Hijr ayat 99, yang intinya bahwa beribadah adalah kaffah secara keseluruhan dan tidak boleh berhenti sedikitpun.
“Maka, bagi warga Muhammadiyah, beribadahlah dengan nafas. Mulai dari kita mau tidur sampai tidur kembali,” imbuhnya.
Pada kesempatan ini, Ikhwan Ahada mengucapkan selamat atas dikukuhkannya PDM dan PDA Kota Yogyakarta untuk masa jabatan 2022 – 2027. Kukuh berarti kokoh dan tidak lekang atau roboh, maka pengukuhan bermakna bahwa para pimpinan Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah hendaknya mulai menata niat serta meluruskan kembali, karena dalam 5 tahun ke depan ada yang harus dipertanggungjawabkan kelak di kemudian hari.
Maka, sebagai seorang pemimpin, baik Muhammadiyah dan ‘AIsyiyah harus memiliki prinsip leading is serving atau pemimpin adalah pelayan. Artinya, setiap yang diberi amanah untuk memimpin hakikatnya adalah pelayan dan inilah yang mestinya ditanam sejak awal.
Apalagi PDM dan PDA Kota Yogyakarta dikenal sebagai etalase Muhammadiyah DIY, yang berarti merupakan cerminan persyarikatan di skala nasional, mengingat Muhammadiyah – ‘Aisyiyah lahir dan besar di Yogyakarta. Artinya, menjadi sebuah keharusan bagi Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah di Kota Yogyakarta unggul dari segi ideologi.
“Oleh karenanya, Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah Kota Yogyakarta tidak boleh terlena dengan disrupsi dan lunturnya ideologi karena teknologi. PDM dan PDA Kota Yogyakarta harus menjaga ideologi itu,” pungkas Ikhwan. (*)
Wartawan: Dzikril Firmansyah
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow